NovelToon NovelToon
Back In Time (Reinkarnasi Selir Kejam)

Back In Time (Reinkarnasi Selir Kejam)

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / TimeTravel / Petualangan / Tamat / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.5M
Nilai: 5
Nama Author: Lyana Mentari

Fiksi-Fantasy

Berkisah tentang dokter muda yang ambisius mengabdikan diri untuk kesehatan anak-anak.

Marissa Darwanti, karena sebuah kecelakaan tragis di malam yang penting. Membuatnya harus berpetualang ke dalam novel berjudul Back In Time, karya sang sahabat.

Antara nyata dan tidak, entah ini mimpi atau memang jiwa Risa merasuk ke dalam raga seorang selir, dari dinasti antah-berantah di dalam novel itu. Menjadikannya seorang selir jahat, yang haus akan cinta dan kekuasaan, Selir Agung Wu Li Mei.

Akankah Risa mampu bertahan dan menjalani hidup sebagai Wu Li Mei? Atau ia bisa terbangun sebagai Marissa suatu hari nanti?



Slow update teman-teman, up hari Senin dan Kamis yaa! Terima kasih, dukung novel ini terus ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyana Mentari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Setangkai bunga

"Sedang apa Mei-er?"

Wu Li Mei berbalik, "Salam, Yang Mulia."

"Bangkitlah."

Kaisar Zhou mendekat, berdiri di samping Wu Li Mei. Pemimpin Dinasti Ming itu, melihat ke arah danau. Bunga-bunga mulai bermekaran dan angin hangat berhembus pelan.

"Saya hanya merasa bosan." ujar Wu Li Mei.

Kaisar menoleh, menatap wajah cantik sang selir agung dalam diam. Wu Li Mei menjadi jauh lebih cantik setelah insiden di danau. Wanita itu merias tipis wajahnya dan meninggalkan hanfu merah yang selalu ia kenakan.

Tidak ada tempat di istana ini yang lebih nyaman dari paviliunnya, tapi Wu Li Mei cukup sering menghabiskan hari-harinya menatap danau, dimana banyak bunga teratai dan lotus bermekaran.

"Mendengar gemericik air danau membuatku tenang, Yang Mulia."

"Tenang seperti air." Wu Li Mei menerawang, memejamkan matanya saat angin hangat kembali menerpa wajahnya.

Kaisar Zhou tersenyum miring, ia tidak boleh lengah pada tipu daya Wu Li Mei kali ini. "Air yang tenang, bisa jadi itu berbahaya Mei-er."

"Ya." Wu Li Mei mengangguk. "Jika ia tenang, maka ia pasti dalam."

Wu Li Mei mengalihkan pandangannya dari air danau, "Bukankah, kita harus berhati-hati pada air yang tenang?"

"Tentu saja, siapa yang tahu jika ada buaya lapar disana."

Kaisar Zhou tersenyum tipis saat Wu Li Mei sangat enggan untuk menatapnya, wanita itu memilih melihat ke arah lain atau menunduk.

Sang kaisar berjalan pelan menyusuri pinggiran danau, tangannya bergerak hendak memetik setangkai bunga mawar berwarna merah.

"Jangan, Yang Mulia."

Kaisar Zhou segera menjauhkan tangannya dari tangkai mawar itu, "Mengapa?"

"Biarkan aja." balas Li Mei. "Maksudku biarkan ia tetap tumbuh disana."

"Tapi, aku hendak memberikannya padamu." tuturnya.

Wu Li Mei menggeleng, "Tidak perlu. Lagipula, saya tidak menyukai bunga mawar."

Kaisar Zhou mengerutkan keningnya, sejak kapan sang selir tidak menyukai bunga mawar, dan semua yang berwarna merah. Wu Li Mei yang dulu akan sangat senang jika kaisar memberinya bunga, tapi kini ia menolak.

"Sejak kapan kau tidak menyukai mawar, Mei-er?"

Wu Li Mei mengendikkan bahunya, "Bukan tidak suka, hanya saja, saya tidak mau terluka karena durinya."

"Sangat disayangkan bukan, bunga mawar itu indah, tapi untuk memilikinya kita harus terluka."

Wu Li Mei mendekat, berjalan pelan ke arah ladang mawar yang susah payah ia tanam. Wanita itu sedikit tidak terima jika bunga yang ia rawat dipetik begitu saja.

Minggu lalu, saat ia berjalan-jalan mengelilingi istana, ia tidak sengaja melihat danau timur di dekat paviliun raja nampak gersang. Wu Li Mei memanggil para dayang dan prajurit untuk membantunya menanam banyak bunga, tanaman herbal, dan beberapa pohon agar danau timur kembali asri.

Wu Li Mei mengelus kelopak mawar dengan ibu jarinya, "Jika kau menyukai dengan setulus hati, maka seharusnya dia tetap disini." Wanita itu menjeda kalimatnya, "Karena hakikatnya mencintai, adalah menjaga dan melindungi.

Wu Li Mei tersenyum tulus pada setangkai mawar, bunga itu yang pertama mekar disaat bunga lain masih kuncup. Wanita itu bisa membayangkan betapa indahnya danau ini jika semua bunga sudah bermekaran.

Kaisar Zhou terdiam, baru saja ia mendengar kalimat tulus dari seorang selir yang jahat. Sang kaisar cukup terpesona dengan perubahan dalam diri Wu Li Mei kini lebih baik.

Wajah cantik itu terus saja tersenyum, tapi sayangnya ia justru tersenyum pada bunga-bunga. Kaisar merasa ada yang hilang saat senyum Wu Li Mei kini bukan lagi untuknya. Tangan kaisar terangkat, mengusap pelan wajah sang selir. "Kau lebih cantik dari ribuan mawar, Mei-er."

Wu Li Mei tercekat, hangat di pipinya merambat sampai ke hati. Tatapan dan kalimat pujian dari kaisar, berhasil menggetarkan jiwanya. Wu Li Mei menggenggam tangan sang kaisar di pipinya, dengan tatapan terkunci pada iris hitam kelam Kaisar Zhou Xiu Huan.

"Salam, Yang Mulia."

Permaisuri Yang Jia Li datang bersama rombongannya.

Wu Li Mei sedikit tersentak, sang selir dengan cepat melepaskan tangannya dan melangkah mundur.

"Bangkitlah." titah Kaisar.

"Apa kehadiranku menganggu?" tanya Yang Jia Li, melihat kedekatan Kaisar dan Wu Li Mei membuat hatinya memanas.

Wu Li Mei menunduk, "Salam, Yang Mulia."

"Bangkitlah, Mei Mei." balasnya, "Apa aku mengganggu kalian?" tanyanya lagi.

Wu Li Mei menggeleng, "Tidak, Yang Mulia Permaisuri."

Permaisuri Yang memaksakan senyumnya, melangkah untuk lebih dekat pada kaisar. "Ibu Suri Yang Agung, sudah kembali. Tidakkah anda ingin menyambutnya?"

"Benarkah? Kapan?"

"Beliau baru saja tiba, Yang Mulia."

"Baiklah, aku akan menyambutnya."

"Bolehkah saya ikut bersama anda menyambut Ibu Suri?" tanya Yang Jia Li. Sang permaisuri itu tampak sangat menawan dengan hanfu kuning dan tusuk rambut empat pasang. Berbanding terbalik dengan Wu Li Mei yang sederhana, tapi tetap cantik.

Kaisar mengangguk, "Tentu." balasnya. "Mei-er, kau juga harus ikut."

"Baik, Yang Mulia."

...****************...

Ibu Suri Yang Agung telah kembali, setelah meninggalkan istana hampir satu bulan lamanya. Wanita tua itu masih sangat cantik meskipun sudah banyak keriput di kulitnya. Ibu Suri merasa rindu dengan kampung halamannya, pesisir negeri barat, jadi ia memutuskan untuk pergi kesana bernostalgia.

"Salam, Ibu Suri." sapa Kaisar Zhou.

"Salam, Yang Mulia. Semoga kaisar hidup seribu tahun." balas Ibu Suri Song Yi Fei, dia adalah ibu dari Kaisar Zhou.

"Apa anda mengalami kesulitan selama di negeri barat, Ibu Suri?" tanya Kaisar Zhou.

Ibu Suri menggeleng, justru ia sangat nyaman berada di tanah kelahirannya. Penduduk menyambutnya dengan sangat baik dan ramah. "Tidak ada, aku senang berada disana."

Kaisar Zhou mengangguk, "Baik, silahkan anda beristirahat. Anda pati lelah setelah perjalanan yang sangat jauh itu."

Ibu Suri mengangguk, "Terima kasih, kaisar." Ibu Suri segera pergi, setelah menyapa Permaisuri Yang dan Selir Agung Wu sekilas.

Wanita tua itu diikuti beberapa dayang, menaiki tangga menuju paviliunnya. Para prajurit dan pembawa tandu pun turut pergi meninggalkan halaman paviliun ibu suri.

"Awhhh!!" pekik Ibu Suri, seketika wanita tua itu terjatuh, para dayang berteriak panik.

"Panggil tabib, cepat!"

Ibu Suri terduduk memegangi betisnya yang kaku dan berdenyut nyeri, wanita itu terus merintih.

"Ada apa, ibu?" Kaisar, Permaisuri Yang, dan Wu Li Mei datang mendekat.

"Maaf, Yang Mulia, Ibu Suri mengeluh sakit." jawab seorang dayang.

"Kita harus memanggil tabib, Yang Mulia." saran Permaisuri Yang, wanita itu menggenggam lengan Kaisar Zhou.

Wu Li Mei mendekat tapi pandangan wanita itu terhalang para dayang yang sibuk mengerubungi Ibu Suri. Wu Li Mei menarik salah seorang dayang untuk bertukar posisi.

Wu Li Mei bersimpuh, "Di bagian mana yang terasa sakit, Ibu Suri?" tanyanya.

"Betisku..... argh... sakit sekali!" pekik Ibu Suri menahan sakit, ia terus memegangi betis kanannya.

Wu Li Mei segera meluruskan kedua kaki Ibu Suri dengan lembut, "Awhh, itu sakit."

"Ibu Suri, tenanglah, ambil napas dalam dan keluarkan perlahan." bimbing Wu Li Mei.

Kaisar dan Permaisuri Yang terbelalak, begitu juga dengan para dayang. Mereka jelas kebingungan, mengingat Wu Li Mei sang selir agung tidak akan mau menyentuh ibu suri, karena ketegangan antara kedua klan mereka.

"Tolong beri jarak, biarkan udara bersirkulasi." titah Wu Li Mei dan para dayang berangsur mundur.

Setelah berhasil meluruskan kedua kaki ibu suri, Wu Li Mei memberi pijatan lembut pada betis kanan ibu suri. "Tolong siapkan kain dan air hangat." titahnya pada salah seorang dayang.

"Anda harus tenang, Ibu. Bernapaskan seperti biasa, dan jangan menahan napas."

Ibu Suri bersadar di dinding paviliun, wanita itu segera mengatur napasnya. Menghirup dalam dan mengeluarkan udara secara perlahan. Sakit di betisnya sedikit mereda karena pijatan lembut dari Wu Li Mei.

"Ini, Yang Mulia." seorang dayang datang dengan bejana perunggu berisi air hangat dan kain.

"Terima kasih, dayang."

Wu Li Mei memijat betis Ibu Suri selama hampir tiga menit, "Apa sudah lebih baik, Ibu?" tanyanya, menyadari sang ibu kini sudah tidak merintih lagi.

"Ya, Mei Mei." Ibu suri mengangguk lemas, "Sudah lebih baik, meskipun masih sediki berdenyut."

Wu Li Mei mengambil sehelai kain tebal dan mencelupkannya pada air dalam bejana, wanita itu memerasnya hingga kering. Kemudian menempelkan pada betis ibu suri berulang kali, hingga otot-otot di kaki sang ibu perlahan kembali normal.

Ibu Suri mengatur napasnya, betisnya berangsur membaik.

"Ibu? Apa sudah lebih baik?" tanya Kaisar Zhou, pria itu berlutut di dekat sang ibu.

"Ya, jauh lebih baik."

Tabib Zhong tergesa-gesa menghampiri Ibu Suri, melihat pria tua itu, Wu Li Mei seketika menyingkir.

"Di bagian mana yang sakit, Yang Mulia?" tanya Tabib Zhong.

"Betis kanan." Bukan ibu suri yang menjawab, melainkan Wu Li Mei. Melihat kondisi ibu suri yang masih terengah membuatnya prihatin. "Kram otot di betis kanan, Tabib Zhong. Ini sudah biasa terjadi, mengingat ibu baru kembali dari perjalanan yang jauh. Aku sudah memijitnya untuk membantu melemaskan otot, dan memberi kompres air hangat."

"Sebaiknya kalian membawa ibu ke dalam, agar ibu cepat beristirahat."

Tabib Zhong mengangguk, "Baik, Yang Mulia."

Tabib Zhong dan tabib lainnya membopong ibu suri ke dalam paviliun, dan membaringkannya di ranjang.

"Dayang!" Wu Li Mei memanggil seorang dayang tua yang berpakaian mirip Dayang Yi.

"Berikan ibu lebih banyak air minum agar terhidrasi dengan baik, jangan lupa berikan ibu buah-buahan di pagi hari, terutama pisang atau alpukat, karena banyak mengandung kalium, natrium, dan magnesium. Berikan ibu segelas susu di malam hari, susu juga mengandung magnesium yang baik untuk otot dan tulang ibu yang sudah senja."

Dayang itu dibuat melongo dengan penuturan sang selir agung, ia lalu mengangguk pada beberapa hal yang ia pahami saja. "B-ba-baik, Yang Mulia."

Wu Li Mei mengangguk setelah memberikan penyuluhan pada sang dayang ala Dokter Risa, setiap kali ada yang sakit, pasti jiwa Dokter Risa mengambil peran.

"Nateri..um, kal..um, apa yang kau bicarakan Mei-er?" tanya Kaisar Zhou, sejak tadi pria itu terus memperhatikan gerak-gerik Wu Li Mei yang tidak biasa.

"Aaah, itu." Wu Li Mei menggaruk pelipisnya, "Semacam kandungan yang terdapat di dalam buah dan susu, itu sangat baik untuk kesehatan."

Kaisar hanya mengerutkan keningnya, kali ini ia benar-benar terkejut melihat sisi lain dari Wu Li Mei yang ternyata cukup ahli di bidang kesehatan. Sesuatu yang tidak pernah ia ketahui dari sang selir.

1
Putri
/Good/
Retno Nining
Luar biasa
Tiena Ismiati
peran utama booodoh
Tiena Ismiati
bodoh
Tiena Ismiati
peran utamanya bodoh
Tiena Ismiati
bodoh bodoh bodoh wu li
Tiena Ismiati
bodoh wu li mei
Maureen Aliha Srikandi
wahh akhirnya kaisar ada di pihak wu li mei
#ayu.kurniaa_
.
Jio
Luar biasa
Anna Susiana
semangat...selir wu li mei untuk membalaskan kejahatan ketidakadilan yg terjadi padamu dan anakmu
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
iya sama
Anonymous
Qok rasa2nya kaisar peran nya bodoh banget. Masa kaisar mau bicara takut di dengar tengok kanan kiri wkwkwk konyol
Anonymous
ok
Ulfa Indah Putri
ancoorrrr ini gimana siii,kenapa banyak yg di skip, awal nya ok masi di maklumi, tapi semakin kesini kek nya emang terus-terusan di skip de, ke kurang jadinya, banyak masala konflik yg belum selesai tapi kok tiba2 ber alih lagi ya, astaghfirullah tho thor
Anonymous
ok
Win Wiwin
kisah pngeran dan putri thor lanjut
Juliatni andiani Andiani
Luar biasa
Theresia Sri
lanjut tor
Rini Puspitayani
seperti disinetron kisahx kalah mulu engga asik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!