NovelToon NovelToon
The Stoicisme

The Stoicisme

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Berbaikan
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Wahyudi0596

Shiratsuka mendecak, lalu membaca salah satu bagian esai yang ditulis Naruto dengan suara pelan tetapi jelas:

"Manusia yang mengejar kebahagiaan adalah manusia yang mengejar fatamorgana. Mereka berlari tanpa arah, berharap menemukan oase yang mereka ciptakan sendiri. Namun, ketika sampai di sana, mereka menyadari bahwa mereka hanya haus, bukan karena kurangnya air, tetapi karena terlalu banyak berharap."

Dia menurunkan kertas itu, menatap Naruto dengan mata tajam. "Jujur saja, kau benar-benar percaya ini?"

Naruto akhirnya berbicara, suaranya datar namun tidak terkesan defensif. "Ya. Kebahagiaan hanyalah efek samping dari bagaimana kita menjalani hidup, bukan sesuatu yang harus kita kejar secara membabi buta."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyudi0596, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 29

Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Pagi itu, atmosfer di Universitas Yokohama begitu tegang, dipenuhi dengan peserta dari berbagai sekolah yang datang dengan ambisi dan harapan besar. Di antara mereka, empat anggota klub Shogi berdiri bersama, mengenakan seragam sekolah mereka dengan rapi, didampingi oleh mentor mereka, Naruto, serta guru pembimbing yang tidak lain adalah Hiratsuka sensei.

Langkah-langkah mereka terdengar mantap, meski jantung mereka berdegup lebih cepat dari biasanya. Mereka telah melewati latihan keras, menghadapi tantangan berat, dan kini saatnya membuktikan bahwa kerja keras mereka tidak sia-sia.

"Aku tidak menyangka kita benar-benar sampai di sini..." bisik Reina, matanya menatap papan pengumuman pertandingan dengan campuran gugup dan antusias.

"Kita tidak boleh gugup sekarang," tambah Sayaka, meskipun genggaman tangannya di ujung rok seragamnya menunjukkan bahwa dia juga merasakan tekanan.

Naruto, yang berjalan di belakang mereka, menyeringai kecil. "Santai saja. Ingat, Shogi bukan hanya soal strategi, tapi juga tentang ketenangan. Jika kalian membiarkan lawan membaca emosi kalian, mereka akan mengendalikan permainan."

Keempatnya mengangguk, mencoba menenangkan diri dengan menarik napas dalam.

Di samping Naruto, Hiratsuka sensei meliriknya sekilas —hanya melihat reaksi Naruto.

"Kau yakin mereka bisa menang?" tanya Hiratsuka sensei pelan.

Naruto menatap para anggota klubnya yang kini tengah bersiap di meja pertandingan. Dia tidak menjawab langsung, melainkan tersenyum tipis.

"Mereka sudah bekerja keras. Sekarang, aku hanya perlu percaya pada mereka."

Turnamen pun dimulai. Di ruangan besar yang penuh dengan suara gesekan bidak di papan, keempat anggota klub Shogi sekolah mereka akhirnya menghadapi ujian sejati dari semua latihan yang telah mereka jalani.

Turnamen Shogi antar sekolah ini merupakan ajang paling bergengsi di tingkat SMA, dengan 64 sekolah terbaik dari berbagai wilayah yang ikut serta. Setiap sekolah mengirimkan tiga pemain utama, yang akan bertanding dalam sistem eliminasi langsung.

Setiap pertandingan terdiri dari tiga ronde individual antara pemain dari masing-masing sekolah. Sekolah yang berhasil meraih dua kemenangan dari tiga pertandingan akan dinyatakan sebagai pemenang dan berhak melaju ke babak berikutnya. Tidak ada sistem grup atau kesempatan kedua—setiap sekolah yang kalah langsung tereliminasi dan harus pulang.

Karena sistem ini, tidak ada hasil seri. Setiap duel harus berakhir dengan kemenangan salah satu pihak, baik melalui strategi yang matang maupun karena kehabisan waktu berpikir. Setiap pemain memiliki batas waktu total yang harus mereka kelola dengan baik. Jika waktu habis sebelum permainan selesai, pemain yang kehabisan waktu akan dinyatakan kalah secara otomatis, terlepas dari posisi papan yang sedang berlangsung.

Dengan 64 sekolah berpartisipasi, perjalanan menuju babak 16 besar bukanlah tugas yang mudah. Untuk mencapai target itu, SMA Sobu harus meraih dua kemenangan beruntun—artinya mereka harus mengalahkan dua sekolah berturut-turut sebelum menghadapi tantangan yang lebih berat di babak berikutnya.

Setiap pertandingan akan menjadi ujian mental dan strategi, terutama bagi klub Shogi SMA Sobu yang sebelumnya hampir bubar. Berkat latihan keras yang dipimpin oleh Naruto, keempat anggotanya kini memiliki keyakinan dan semangat juang yang baru, tetapi apakah itu cukup untuk bertahan di turnamen yang penuh dengan pemain berbakat?

Setiap langkah di papan Shogi akan menentukan nasib mereka. Satu kesalahan kecil bisa menjadi titik balik yang berujung pada kekalahan. Dalam turnamen ini, tidak ada ruang untuk ragu. Hanya tim yang memiliki strategi matang, mental baja, dan kepercayaan diri tinggi yang bisa bertahan.

Hiratsuka-sensei yang mendampingi mereka tahu bahwa ini bukan sekadar turnamen biasa—ini adalah pertaruhan atas eksistensi klub Shogi itu sendiri. Jika mereka gagal, bukan hanya impian mereka yang akan hancur, tetapi juga masa depan klub yang telah mereka perjuangkan bersama.

Turnamen baru saja dimulai, tetapi SMA Sobu sudah langsung dihadapkan dengan tantangan berat. Lawan pertama mereka adalah SMA Koga, salah satu tim empat besar tahun lalu yang dikenal memiliki pemain-pemain tangguh dengan strategi tajam.

Begitu hasil undian diumumkan, suasana di antara tim SMA Sobu seketika berubah. Hiratsuka-sensei yang selalu terlihat percaya diri kali ini menghela napas panjang sambil menyilangkan tangan di dadanya.

"Menghadapi tim empat besar sejak awal? Ini bukan skenario terbaik," gumamnya sambil menatap tiga pemain utama mereka yang baru pertama kali bertanding di turnamen besar seperti ini.

Di atas panggung utama, moderator pertandingan juga tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Suaranya menggema di ruangan, menarik perhatian banyak penonton.

"Sungguh hasil undian yang mengejutkan! SMA Sobu yang baru kembali bangkit harus menghadapi salah satu tim terkuat di turnamen ini, SMA Koga, yang tahun lalu berhasil melaju hingga semifinal! Akankah mereka mampu menghadapi tantangan ini, atau justru akan tumbang lebih awal?"

Sorakan dan gumaman dari penonton terdengar di seluruh ruangan. Banyak yang menganggap pertandingan ini sudah berakhir bahkan sebelum dimulai.

Di tengah atmosfer yang semakin tegang, Naruto tetap tenang. Ia melihat ekspresi tegang di wajah keempat anggota klub Shogi, terutama Reina yang menjadi pemain utama mereka.

Tanpa banyak bicara, Naruto menepuk bahu mereka satu per satu, memberi dorongan moral yang sangat mereka butuhkan saat ini.

"Dengar," ucapnya dengan suara mantap. "Tidak peduli siapa yang kita lawan, papan Shogi tetap sama. Jumlah bidak tetap sama. Yang membedakan hanya cara kita berpikir. Jadi jangan biarkan nama besar mereka menekan kalian. Kalian sudah berlatih keras, sekarang saatnya membuktikan itu."

Ucapan Naruto membuat Reina, Sayaka, dan dua anggota lainnya menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Mereka tahu bahwa tidak ada jalan mundur. Ini adalah pertarungan yang akan menentukan apakah mereka hanya sekadar tim kecil yang kebetulan ikut turnamen—atau sebuah kekuatan baru yang layak diperhitungkan.

Mereka berjalan menuju meja pertandingan dengan langkah mantap. Sementara itu, tim SMA Koga tetap santai, beberapa anggotanya bahkan tersenyum kecil—seolah sudah menganggap kemenangan sebagai sesuatu yang pasti.

Di balik kacamata salah satu pemain SMA Koga yang bernama Takumi Asano, seorang pemain dengan rekor kemenangan luar biasa tahun lalu, ada tatapan tajam penuh percaya diri. Dia menatap Reina dengan ekspresi yang jelas-jelas meremehkan.

"Jangan tersinggung, tapi lebih baik kalian menikmati pertandingan ini karena ini akan jadi satu-satunya pertandingan kalian di turnamen," ucapnya santai.

Reina mengepalkan tangannya di bawah meja, tapi Naruto, yang duduk di belakang mereka sebagai mentor, hanya tersenyum kecil.

"Kau yakin?" jawabnya santai, membuat Takumi sedikit mengangkat alis.

Bersamaan dengan itu, moderator akhirnya memberikan aba-aba.

"Baiklah, pertandingan pertama SMA Sobu vs SMA Koga akan segera dimulai! Para pemain, persiapkan diri kalian!"

Lampu sorot di ruangan sedikit meredup, menyisakan cahaya terang di atas tiga papan Shogi yang akan menjadi medan perang utama mereka.

Detik-detik pertama pertandingan dimulai. Ketiga pemain dari SMA Sobu tahu bahwa ini adalah momen penentuan. Apakah mereka bisa mengalahkan raksasa yang berdiri di hadapan mereka, atau mereka hanya akan menjadi batu loncatan bagi lawan?

Papan telah disusun. Pertarungan telah dimulai.

1
Tessar Wahyudi
Semoga bisa teruss update rutin, gak apa-apa satu hari satu chapter yang penting Istiqomah. semangat terus.
Eka Junaidi
saya baca ada yang janggal, seperti ada yang kurang. coba di koreksi lagi di chapter terakhir
Nekofied「ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ」
untung bukan sayaka 🗿
Tessar Wahyudi: ah nanti terjawab seiring cerita berjalan
Nekofied「ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ」: walaupun masih bingung 🗿 mc nya renkarnasi atau bukan
total 3 replies
Eka Junaidi
Masih dipantau, semoga gak macet seperti karya lainnya. atau semoga semuanya bakal di lanjutkan lagi.
Eka Junaidi
Itu sinar matahari pagi atau sore, kok dia akhir Naruto menemukan dokumen Yamato hanya dalam waktu satu jam setengah. jika Naruto Dateng pagi jam setengah enam, setidaknya waktu baru menunjukkan pukul tujuh pagi. jadi itu adalah typo.
Eka Junaidi
mantap, semangat nulisnya bro
anggita
like👍pertama... 👆iklan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!