NovelToon NovelToon
Rhaella : Kuat Dalam Sakit

Rhaella : Kuat Dalam Sakit

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Mafia / CEO
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Eireyynezkim

Rhaella Delyth adalah seorang gadis cantik dengan kepribadian dingin dan ekspresi wajah yang selalu datar. Meskipun berasal dari keluarga terpandang, kehidupan yang ia jalani jauh dari kata bahagia. Kehadirannya di dunia tidak pernah diharapkan, membuatnya tumbuh dengan hati yang keras dan kesulitan untuk mempercayai orang lain.

Sementara itu, Gabriel adalah seorang pemuda tampan dan berkarisma yang lahir di lingkungan keluarga kaya dan berpengaruh. Di balik pesonanya, ia memiliki sifat dingin, tak mudah didekati, serta sisi kejam yang tidak banyak diketahui orang.

Bagaimana kisah pertemuan mereka bermula? Ikuti perjalanan mereka dalam cerita ini, yang penuh dengan intrik dan adegan penuh ketegangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 15

Hari ini adalah hari Minggu waktu yang pas untuk Rhaella melakukan pengintaian yang sudah ia rencanakan. Sebelumnya Rhaella sudah meretas nomor telepon yang menghubungi Alane kemarin saat Rhaella sedang makan di kantin.

"Kaki gue udah ngga begitu sakit, udah bisa bawa motor" ujarnya pada diri sendiri.

"Gue coba cek lagi deh mungkin si pembunuh bayaran itu udah bergerak" gumamnya melihat handphone dan sedikit mengontak atiknya.

"Ada yang ngirim alamat ke dia, ini alamat apa?" Gumamnya melihat riwayat pesan dari handphone si pembunuh bayaran yang dia retas.

"Ini kaya alamat rumah sakit" gumamnya pelan "astaga, yang namanya Lanai kan berhasil di celakai sama si pembunuh bayaran itu, berarti si Lanai itu pasti ada di rumah sakit dan gue yakin pasti si pembunuh bayaran itu mau melanjutkan perintah dari Tante Alane" ucapnya kembali setelah menyadari itu.

"Gue harus berhasil kesana lebih dulu" ucapnya kemudian bangun dan tak lupa memakai maskernya kemudian keluar dari apartemen.

Saat ini dia memakai Hoodie navy dan celana jeans putih, dia tidak mau terlalu mencolok dengan menggunakan pakaian serba hitam dan itu akan membuat orang sadar dan mencurigainya. Rhaella memacu motornya dengan kecepatan tinggi agar sampai di sana lebih dulu dari pembunuh bayaran itu. Kurang lebih lima belas menit berkendara elsa sampai di rumah sakit dan langsung memarkirkan motornya di tempat yang menurutnya strategis.

Rhaella sampai tujuh menit lebih dulu dari si pembunuh bayaran dan Rhaella sekarang sedang mengikuti arah titik merah bergerak dari layar handphonenya, untuk mengetahui di mana posisi si pembunuh bayaran itu dan mengetahui wajah dari pembunuh bayaran itu.

Setelah mengikuti ke mana arah titik merah itu, terlihat titik merah itu berhenti dan Rhaella pun memperbesar di mana lokasi tepatnya dan lokasinya tidak jauh dari Rhaella berdiri, elsa langsung saja menuju ke sana dan Rhaella bisa melihat ada seseorang yang mencurigakan yang ingin masuk ke salah satu ruangan yang ia yakini itu adalah si pembunuh bayaran.

Tanpa takut Rhaella kemudian berjalan seolah tidak melihat laki-laki itu dan pura-pura menabraknya, alhasil elsa pun bisa melihat jelas bagaimana wajah dari pembunuh bayaran tersebut.

"Oh maaf om saya nggak sengaja, saya salah karena jalan sambil bermain ponsel" ucap Rhaella dengan wajah bersalahnya 'pinter juga akting' gumamnya sendiri dalam hati.

"Lain kali hati-hati dek" ucap datar laki-laki itu.

"Iya saya minta maaf om" lalu Rhaella pun pergi dan duduk di tempat yang tidak jauh dari ruangan yang ia duga adalah ruangan Lanai.

Rhaella melihat pergerakan orang itu yang mulai masuk ke dalam ruangan itu, Rhaella pun kini dengan seksama mendengar apa yang akan di lakukan oleh orang itu pada Lanai.

Yah Rhaella tadi sengaja pura-pura menabrak pembunuh bayaran itu untuk menempelkan sesuatu pada jaket orang itu jadi sekarang Rhaella sedang mendengarkan apa yang terjadi di dalam meskipun tidak bisa melihat. Untuk beberapa menit Rhaella tidak mendengar apapun, Rhaella jadi khawatir bahwa alat penyadap suara yang dia tempelkan tadi tidak berfungsi dan itu sama saja rencananya tadi percuma tapi kekhawatiran itu sirna karena mendengar suara laki-laki itu.

Saya ngga akan membiarkan kamu hidup tenang Alane, orang ini akan jadi senjata ku untuk menghancurkan mu" ucap pembunuh bayaran itu membuat Rhaella mengkerutkan keningnya.

"Saya hanya tinggal bilang bahwa orang ini telah ku bunuh, dan saya akan memberikan sedikit kelegaan padamu Alane sebelum saya menghancurkan mu" oke sepertinya Rhaella sudah sedikit mengerti akan situasi sekarang Rhaella dan orang itu memiliki tujuan yang sama.

"Hallo nyonya Alane saya sudah menyelesaikan tugas saya melenyapkan orang itu, dan saya juga sudah membersihkan jejak dari mayat itu agar tidak dicurigai oleh polisi" ucap pembunuh bayaran itu yang sepertinya sedang menghubungi Alane memberikan tahu bahwa tugasnya melenyapkan seseorang yang dia suruh sudah selesai dia lakukan.

"Baik nyonya" kemudian orang itu memutuskan sambungan teleponnya.

"Dasar bodoh, sekarang mari kita bawa senjata ini untuk menghancurkanmu Alane" ucapnya pada Lanai yang sudah dia dari obat.

Rhaella mendengar semua apa yang di katakan oleh pembunuh bayaran itu, dan sekarang Rhaella sedang menganalisa sejenak kejadian hari ini. Sepertinya dia harus menyelidiki pembunuhan bayaran itu, karena dari yang elsa dengar pembunuh bayaran tadi juga ingin menghancurkan Alane dengan berpura-pura menjadi pembunuh bayaran. Apakah laki-laki itu ada hubungannya dengan masa lalu Alane ?

Saat sedang berperang dengan pikirannya elsa mendengar suara pintu terbuka Rhaella pun kemudian pura-pura menyandarkan kepalanya di dinding sambil menutup mata agar orang itu tidak mencurigainya, setelah orang itu pergi membawa Lanai, Rhaella pun perlahan membuka matanya dan mengikuti lagi kemana orang itu membawa Lanai.

Rhaella berjarak sedikit jauh tapi masih bisa melihat perginya orang itu dia pun kemudian kembali ke tempat motornya di simpan dan kemudian membuka handphonenya untuk melihat ke arah mana orang itu pergi sekarang.

"Jadi dia tinggal disini ? Ini hampir keluar dari kota" gumam Rhaella melihat orang itu berhenti di sebuah rumah.

Rhaella saat ini sudah sampai di mana titik di handphonenya berhenti. Titik merah itu berhenti di sebuah rumah yang bisa di bilang cukup sederhana, seperti sebuah rumah kontrakan, tapi tidak ada warga di sekitar rumah itu, kalau pun ada jaraknya sangat jauh sekitar tiga puluh meter dari rumah itu.

Dan jarak dari dari rumah sakit tadi cukup jauh, dan tentu saja jaraknya sekarang dengan apartemennya bisa memakan waktu lebih dari satu jam. Jika membawa motor dengan santai lain halnya jika memakai kecepatan di atas rata-rata.

"Gue ngga bisa kesana sekarang, nanti orang itu bisa curiga, dia udah liat muka gue hari ini, gue ke sini dua hari lagi biar dia ngga curiga sama gue" gumanya kembali pada dirinya sendiri.

"Udah mau sore, gue balik deh yang penting gue udah tau dimana dia tinggal, dan soal Lanai nanti gue pikirin" gumamnya sendiri yang kemudian menyalakan mesin motornya dan berlalu dari sana.

Dari kejauhan ada seseorang yang sejak dari rumah sakit tadi mengikutinya elsa tanpa sepengetahuan Rhaella.

"Hallo tuan muda"

" Saya mengikuti nona Rhaella sampai kawasan yang hampir keluar dari kota tuan, saya lihat sepertinya nona Rhaella sedang mengintai seseorang"

"Saya lihat sekarang nona Rhaella akan pergi tuan sepertinya nona Rhaella akan kembali ke apartemennya tuan"

"Baik tuan"

...

"Gue mampir beli makanan kali yah, gue nggak makan siang tadi karena ngikutin orang itu dan ini udah sore gue males masak" gumamnya sambil mengendarai motornya.

"Tapi gue kepengen makan capcay, tapi pengen seblak juga'' gumamnya yang ternyata sedang memikirkan makanan apa yang ingin dia makan

"Nah tuh ada abang-abang penjual seblak" ucap Rhaella yang melihat gerobak penjual seblak, Rhaella pun memberhentikan motornya di depan gerobak penjual seblak tersebut.

"Bang seblaknya satu level tiga puluh" ucap Rhaella memesan seblak pada penjual seblak tersebut.

"Siap neng"

"Kasih yang level tiga aja bang" suara bariton seseorang membuat elsa dan penjual seblak itu menoleh ke arah sumber suara. Rhaella sedikit terkejut dengan keberadaan Gabriel saat ini.

"Aden juga mau satu yang level tiga maksudnya?" Tanya penjual itu

"Bukan, pesenan dia kasih yang level tiga" ucap Gabriel dengan menunjuk ke arah Rhaella, dan itu membuat Rhaella menatap tajam Gabriel.

"Nggak, saya pesen yang level tiga puluh bang"

"Kasih yang level tiga"

"Tiga puluh bang"

"Level tiga"

"Ini yang bener yang mana neng Aden yang tiga puluh atau yang tiga atuh?" Tanya penjual seblak itu karna bingung melihat perdebatan yang dia yakini sepasang kekasih ini.

"Tiga, tiga puluh" ucap Gabriel dan Rhaella bersamaan.

"Gini aja neng, Aden. Pesen aja dua yang satu level tiga puluh dan satu lagi level tiga" putus penjual itu memberikan saran karena melihat perdebatan sepasang kekasih di depan matanya.

"Ya udah bikin dua aja bang" putus Rhaella juga yang malas berdebat. Rhaella pun menatap tajam ke arah Gabriel dan yang di tatap hanya menatap datar dengan mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya 'kenapa?'

"Lo ngapain si?" Tanya Rhaella dengan wajah sinisnya.

"Emang gue ngapain?" Tanya Gabriel seolah tidak melakukan sesuatu yang salah.

"Ck tau ah" ujar Rhaella yang sudah malas berdebat.

Setelah beberapa menit menunggu pesanannya, akhirnya seblak pesanan Rhaella pun selesai.

"Ini den, neng pesanannya sudah selesai" ujar penjual seblak itu.

"Berapa bang" tanya Rhaella ke penjual seblak.

"35 ribu aja neng" jawab penjual itu.

"Nih pak. Kembaliannya Ambil aja" Rhaella belum sempat ingin membayarnya ternyata Gabriel sudah lebih dulu memberikan uang 100 ribu kepada penjual itu, Rhaella pun hanya menghela nafas lelahnya 'sebenernya dia kenapa si jadi aneh gini' tanya Rhaella pada dirinya sendiri.

"Banyak banget den Makasih banyak yah den, semoga rezeky Aden lancar dan langgeng sama pacar Aden" ucap penjual itu, Rhaella yang mendengar itu pun mengkerutkan keningnya bingung sedangkan Gabriel sendiri malah tersenyum miring.

"Hmm" jawab Gabriel berdehem.

"Utang gue ke Lo tambah banyak kan, kirim nomor rekening lo gue ganti uangnya sekarang, gue nggak suka punya hutang sama orang" ucap Rhaella sebelum berjalan. Gabriel mendengar itu mengkerutkan keningnya bingung, 'hutang apa yang dia maksud?'

"Waktu itu kan Lo yang bayar belanjaan gue waktu di supermarket" lanjut Rhaella karena melihat Algaraz bingung. Dan kemudian Gabriel kembali menormalkan wajahnya.

"Ngga perlu" jawab datar Gabriel kemudian dia berjalan lebih dulu.

Mereka berdua pun jalan menuju motor mereka karena Gabriel memang memarkirkan motornya di belakang motor Rhaella, tapi sepertinya Gabriel bukan menuju motornya sendiri, melainkan menuju motor Rhaella dan sekarang dia sudah menaiki motornya, Rhaella yang melihat Gabriel naik di motornya sudah melotot kesal.

"Lo ngga salah naik motor kan?" Tanya Rhaella pada Gabriel.

"Engga. Sini kunci motor Lo" jawab datar Gabriel.

"Nggak, turun lo naik aja motor lo sendiri" jawab kesal Rhaella.

"Cepetan"

"Nggak"

"Gue paling nggak suka mengulang ucapan yang sama" sekarang Gabriel sudah sudah mengeluarkan aura dingin dan intimidasinya, Rhaella sendiri entah kenapa selalu saja merasa ciut jika Gabriel sudah seperti ini.

1
Nda_Zlnt
lanjut thor
Varia Irene Patola: Siap dehhhh aku lanjut yah ini...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!