Elina Widiastuti, dengan rambut sehitam malam yang terurai lembut membingkai wajahnya yang cantik jelita, bukanlah putri seorang bangsawan. Ia hidup sederhana di sebuah rumah kecil yang catnya mulai terkelupas, bersama adik perempuannya, Sophia, yang masih belia, dan kedua orang tuanya. Kehidupan mereka, yang tadinya dipenuhi tawa riang, kini diselimuti bayang-bayang ketakutan. Ketakutan yang berasal dari sosok lelaki yang menyebut dirinya ayah, namun perilakunya jauh dari kata seorang ayah.
Elina pun terjebak di pernikahan tanpa dilandasi rasa cinta, ia pun mendapatkan perlakuan kasar dari orang orang terdekatnya.
bagaimana kelanjutannya?
silahkan membaca dan semoga suka dengan ceritanya.
mohon dukung aku dan beri suportnya karena ini novel pertama aku.
jangan lupa like, komen dan favorit yah 😊
kunjungan kalian sangat berarti buat aku. see you
selamat membaca
see you 😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Rmaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Di sebuah gang sempit yang hampir saja terlupakan, seorang gadis muda dengan pakaian seksinya melenggak lenggok sambil memegangi tembok untuk bisa menopang tubuhnya agar tidak terjatuh. sesekali ia terduduk sambil mengeluarkan semua isi perutnya, rasa mual menggerogoti kerongkongannya, ia kesal bahkan hampir saja mencekik lehernya sendiri.
Ratih mondar mandir sambil memijat pelan kepalanya, sudah hampir pukul dua malam anak gadisnya belum juga kembali. sementara Elina duduk di kursi sambil melipat kedua tangannya, gelagat adik nya itu sudah sangat aneh beberapa hari ini. tapi ia seolah acuh dan membiarkan sejauh mana Sophia akan melangkah.
"Lin, mama takut. nomornya gak aktif aktif, kemana kamu nak" ucap Ratih khawatir.
Elina berdiri memegang pundak Ratih lalu menuntunnya ke tempat duduk agar perasaanya lebih tenang. Elina kemudian melihat ponselnya mencari informasi ke teman Sophia. setelah tersambung, ia kemudian memulai percakapan berharap segera mendapatkan informasi.
"hallo Bianca, ini aku Elina.kamu tau gak Sophia dimana? " ucap Elina
" kak Elina, sophia nya udah pulang kak dianter sama Aldo emang dia belum nyampe? "jawab Bianca dengan nada seraknya, mata sedikit tertutup karena mengantuk, bagaimana tidak Elina menelpon nya di jam dua malam.
"Aldo? siapa dia? "mendengar nama laki laki nada Elina mulai meninggi.
"hmm dia? ... teman Sophia teman aku juga kak" ucap Bianca terbata bata.
Mendengar itu Elina segera mematikan sambungan teleponnya, napasnya naik turun. bagaimana mana mungkin anak sekecil itu pergaulannya sudah melebihi orang dewasa.
"gimana nak, apa ada kabar?" tanya Ratih lagi. membuat Elina hanya menggeleng kan kepala.
jam sudah menunjukan pukul 2:30 sementara Sophia belum juga datang, mata Elina sudah mulai tertutup namun dia mencoba menahannya. rasa kantuk dan badan yang sangat lelah membuatnya ingin segera mengistirahatkan tubuhnya itu.
tatapan Ratih melihat seseorang yang jauh di ujung jalan setapak rumahnya.semakin lama semakin mendekat.
"Sophia" lirihnya pelan, namun bisa didengar Elina yang sedang memainkan ponselnya.
Elina berdiri memastikan apa yang diucapkan mama nya.
"mama duduk aja, biar Elina yang kesana" sambil melangkahkan kakinya, Elina juga mengepalkan tangannya. amarah nya kian memuncak ketika melihat adiknya yang sudah acak acak kan bahkan baju yang Sophia kenakan sudah hampir memperlihatkan payudara nya.
Tamparan keras mendarat di pipi sophia yang mulus, bahkan tamparan itu menimbulkan bekas yang memerah.Elina pun tersentak kaget, ia juga tidak percaya bisa melakukan hal ini pada adik yang selama ia sayangi. namun amarahnya tak bisa ia kendalikan. seketika Sophia mulai sedikit sadar akibat tamparan keras itu, dia lalu memegang pipinya yang terasa sakit, air matanya luruh seakan tak percaya.
"kak sakit tau" ucap Sophia pelan.
Elina memegang lengan Sophia lalu membantu nya berjalan bau alkohol yang begitu menyengat membuat Elina mual.
"Sophia ada apa ini, kenapa jadi seperti ini nak. lalu pakaian apa ini" melihat itu tangis Ratih pecah, ia tidak menyangka anak sekecil ini mampu berperilaku seperti ini seperti orang dewasa. padahal Sophia sekarang masih menduduki bangku sekolah menengah pertama.
"lihatlah apa yang kamu lakukan nak, ibu tidak mengajarkan hal hal seperti ini padamu. apa yang kamu perbuat" sambil mengganti baju Sophia, Ratih terus saja berceloteh,ia menyesal telah memberikan ijin pada sophia.
Setelah itu Elina kembali ke kamar untuk beristirahat. hari ini membuatnya sangat stres belum lagi besok ia akan berangkat pagi pagi sekali untuk bekerja karena ada kunjungan dari atasan.
tidak menunggu lama, Elina kembali terlelap dalam tidurnya.
.
.
.
Elina melakukan rutinitas paginya dengan terburu buru, kejadian semalam membuatnya bangun kesiangan. biasanya mamanya selalu membangunkannya tapi ini tidak seperti biasa. pertanyaan muncul didalam hatinya, namun ia enggan memperdulikannya. kali ini pekerjaan nya lebih penting yang harus ia dahulukan.
Tanpa berkata apapun Elina keluar dari rumahnya dengan sangat tergesa gesa.
tatapan beralih ke samping tempat duduk teras rumahnya, terlihat papanya dengan santainya duduk sambil menghisap sebatang rokok, Elina hanya tersenyum lalu pergi tanpa mau menyapa.
.
.
.
Lanjut yah
See you 😍