NovelToon NovelToon
Menjahit Luka Dengan Benang Khianat

Menjahit Luka Dengan Benang Khianat

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Selingkuh
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Penasaran dengan cerita nya lansung aja yuk kita baca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8: Robeknya Topeng Kesetiaan

Suasana di dalam butik setelah gelas kristal itu pecah terasa begitu mencekam. Para staf yang hadir segera membubarkan diri atas isyarat mata dari Arini, meninggalkan Adrian dan Maya yang mematung di tengah ruangan yang kini terasa sangat luas dan mengintimidasi. Keheningan yang tercipta hanya dipecah oleh suara napas Adrian yang memburu karena amarah dan rasa malu yang bercampur aduk.

"Arini! Apa-apaan semua kegilaan ini?" teriak Adrian setelah pintu butik terkunci rapat. Wajahnya yang biasanya tertata rapi kini memerah padam. "Kau mempermalukan aku dan Maya di depan karyawanmu sendiri! Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu?"

Arini perlahan duduk di sofa velvet miliknya, menyilangkan kaki dengan anggun, dan menatap suaminya dengan tatapan yang seolah-olah ia sedang melihat noda lumpur di atas kain sutra mahal. "Kehilangan akal sehat? Tidak, Ian. Justru sebaliknya. Selama beberapa bulan terakhir, aku adalah orang paling waras yang pernah kau temui. Aku dengan sabar menonton pertunjukan teater murahan yang kau mainkan bersama asisten kesayanganku ini."

Maya, yang sejak tadi hanya bisa gemetar, akhirnya membuka suara dengan nada meratap. "Mbak Arini, ini salah paham. Saya dan Mas Adrian... kami hanya..."

"Diam, Maya," potong Arini tajam, suaranya tidak tinggi namun memiliki kekuatan yang mampu membungkam lawan. "Jangan gunakan mulutmu untuk menyebar lebih banyak kebohongan di tempat suci ini. Aku sudah tahu tentang apartemen di Menteng, aku tahu tentang perhiasan yang dibeli dengan kartu kredit perusahaan, dan aku tahu tentang rencana kalian untuk melarikan diri ke Australia setelah menguras uangku."

Maya jatuh terduduk di lantai, tangisnya pecah. Namun bagi Arini, air mata itu hanyalah air mata buaya yang sedang terpojok.

Adrian mencoba mendekati Arini, berusaha mencari celah untuk memanipulasi situasi seperti yang biasa ia lakukan. "Sayang, dengarkan aku. Aku khilaf. Maya yang menggodaku lebih dulu. Dia yang merencanakan semua penggelapan itu. Aku hanya terjebak! Aku melakukan ini karena aku merasa tertekan oleh kesuksesanmu!"

Arini tertawa—sebuah tawa yang terdengar sangat sedih sekaligus sangat dingin. "Menyalahkan wanita lain untuk menutupi ketidakmampuanmu menjadi pria yang jujur? Klasik sekali, Adrian. Kau tidak hanya pengkhianat, kau juga pengecut."

Arini berdiri, berjalan menuju meja kerjanya dan mengambil sebuah amplop cokelat besar yang sudah ia siapkan. Ia melemparkannya ke depan dada Adrian.

"Itu adalah surat gugatan cerai dan laporan kepolisian atas dugaan tindak pidana pencucian uang dan penipuan. Rendra sudah mengurus semuanya. Seluruh rekening bankmu telah dibekukan sementara untuk penyelidikan. Dan oh, satu hal lagi..." Arini tersenyum tipis, sebuah senyuman yang sangat mematikan. "Rumah yang kita tinggali? Itu atas nama ibuku. Aku sudah meminta asistenku untuk mengemas semua barangmu dan meletakkannya di teras depan. Kau dilarang masuk ke sana mulai malam ini."

Adrian membuka amplop itu dengan tangan gemetar. Saat ia membaca isinya, wajahnya berubah menjadi pucat pasi. Ia menyadari bahwa Arini tidak sedang menggertak. Segala sesuatu yang selama ini ia bangun di atas kebohongan kini runtuh hanya dalam waktu satu malam.

"Kau tidak bisa melakukan ini padaku, Arini! Aku suamimu!" teriak Adrian frustrasi.

"Kau dulu suamiku," ralat Arini dengan tenang. "Sekarang, kau hanyalah sepotong benang sisa yang harus kubuang agar tidak merusak kain hidupku yang baru."

Arini menoleh ke arah Maya yang masih menangis di lantai. "Dan kau, Maya. Kau pikir kau bisa menjahit kebahagiaanmu di atas luka orang lain? Kau salah besar. Benang yang kau gunakan adalah benang khianat, dan kau akan segera melihat bagaimana benang itu akan menjerat lehermu sendiri sampai kau tidak bisa bernapas di industri ini."

Arini berjalan menuju pintu keluar, meninggalkan mereka berdua dalam kehancuran. Saat ia melangkah keluar ke udara malam yang dingin, ia merasa beban berat di pundaknya sedikit terangkat. Luka itu memang belum sembuh sepenuhnya, namun setidaknya, ia tidak lagi membiarkan para pengkhianat itu memegang jarumnya.

Malam itu, Arini pulang ke rumah ibunya. Di sana, ia duduk di teras, menatap bintang-bintang, dan menyadari bahwa untuk menjahit hidup yang baru, terkadang seseorang harus berani merobek semua pola lama yang sudah rusak.

1
Yulitajasper
Cerita yang 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!