NovelToon NovelToon
Bringing Back My Ex Wife

Bringing Back My Ex Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Single Mom / Anak Genius / Dokter / Mantan
Popularitas:256.7k
Nilai: 5
Nama Author: moon

WARNING❗

CERITA INI BUAT YANG MAU-MAU SAJA.

TIDAK WAJIB BACA JUGA BILA TAK SUKA.

⚠️⚠️⚠️

Setelah hampir satu tahun menjalani pernikahan, Leon baru tahu jika selama ini sang istri tak pernah menginginkan hadirnya anak diantara mereka.

Pilihan Agnes untuk childfree membuat hubungannya dengan sang suami semakin renggang dari hari ke hari.

Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Debby, sahabat Leon yang sekian lama menaruh rasa yang tak biasa pada Leon.

Badai perpisahan pun tak bisa mereka hindari.

Tapi, bagaimana jika beberapa tahun kemudian, semesta membuat mereka kembali berada di bawah langit yang sama?

Bagaimana reaksi Leon ketika tahu bahwa setelah berpisah dari istrinya, Leon tak hanya bergelar duda, tapi juga seorang ayah?

Sementara keadaan tak lagi sama seperti dulu.

"Tega kamu menyembunyikan keberadaan anakku, Nes." -Leonardo Alexander-

"Aku tak pernah bermaksud menyembunyikannya, tapi ... " -Leony Agnes-

"Mom, where's my dad?" -Alvaro Xzander-

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ngambeknya Al

#33

“Al tak akan datang besok! Aku tak ingin keluar rumah! Jadi, Uncle tak usah repot-repot.”

“Uncle tidak merasa repot. Kamu tahu, kan, pekerjaan Uncle sangat fleksibel, jadi—”

“Uncle bukan Daddy-nya Al. Daddy Al terlalu sibuk bekerja! Al nggak mau ketemu Daddy! Al benci Daddy!” 

Prang! 

Piring dalam genggaman Agnes terjatuh begitu saja, kala mendengar suara keras Al. 

Lalu—

Brak! 

Al turun dari kursinya, mendorong benda berkaki empat tersebut, hingga roboh karena didorong Al dengan kekuatan penuh. 

Seisi rumah hening seketika, Rika berlari dari pintu belakang, dan Mama Wina yang sedang duduk di ruang tamu terkejut bukan main. 

Anak laki-laki Agnes itu, biasa kalem dan tenang. Kini ia berubah kasar akibat ledakan rasa marah dan kecewa yang sekian lama ia pendam. 

“Mom, aku tak ingin ke sekolah hari ini!” katanya sebelum masuk kamar dan menutup pintunya. 

Rama bergegas berdiri, hendak mengikuti Al ke kamarnya. “Mas—” Agnes menggeleng, tanda sebuah larangan. 

“Tapi  dia—”

“Aku tahu, Mas. Bukan aku memungkiri betapa penting kehadiran Mas di sisi Al selama ini. Tapi saat ini yang Al butuhkan bukan Mas, tapi— daddy-nya.” 

Nyes! 

Terasa perih setelah mendengar ucapan Agnes, namun, Rama bisa apa? Selain menerima. Karena dirinya memang tak ditakdirkan menjadi ayah kandung Al, sejak awal ia hadir hanya menjadi ayah pengganti untuk Al. 

Kini setelah ayah kandung Al muncul? Rama harus legowo, mengembalikan amanah yang pernah dititipkan Tuhan kepadanya. 

“Mas— m-maaf,” ucap Agnes dengan perasaan takut. Takut Rama marah, takut pria itu kecewa akibat ucapannya. 

Tapi Rama tersenyum, walau dalam hati menangis sedih. Tapi sejak kecil Rama dididik untuk menyembunyikan tangis, bahkan bila mungkin dilarang menangis. 

“Ucapanmu tak salah, memang aku bukan ayah kandungnya, sekeras apapun aku berusaha membersamainya. Tapi semakin Al tumbuh besar, ia semakin butuh ada di dekat ayah kandungnya, karena pria itu masih ada didunia ini, bukankah begitu?” 

“Terima kasih atas pengertianmu, Mas.”

Rama meremas tangan Agnes yang kini ia genggam, “Kalau begitu, aku langsung ke Restoran saja, kalau ada apa-apa kabari aku, ya?” 

“Lho, Mas, tidak sarapan dulu?” Agnes melirik piring Rama yang masih di atas meja dalam keadaan kosong. 

“Al saja tidak makan, aku jadi kehilangan selera makanku.”  

Rama pun pamit pergi ke restorannya, “Tante, aku pamit, ya.” 

“Hmm, hati-hati, ya, Nak,” pesan Mama Wina. 

Agnes mengantar kepergian Rama hingga mobil pria itu menghilang dari pandangan matanya. Kemudian ia kembali ke rumah, bermaksud mendatangi kamar Al, dan mengajak putranya bicara.

Walau di saat seperti ini, Al akan tetap mogok bicara hingga yang ia inginkan terpenuhi. 

“Nes, Mama rasa, Al belum bisa diajak bicara.” 

“Lalu aku harus gimana, Ma?” Agnes menatap pintu kamar Al yang kini tertutup rapat. Perasaannya resah, gelisah, tak tahu harus bagaimana. 

“Coba kamu telepon Leon, dan tanya di mana dia sekarang,” ujar Mama Wina memberi saran pada Agnes. 

Agnes mengangguk dan pergi ke teras rumah untuk menghubungi mantan suaminya, tapi panggilannya terhubung, namun, tak ada jawaban. 

Tak menyerah begitu saja, Agnes kembali melakukan panggilan ulang, dan hasilnya sama saja. 

Akhirnya Agnes menelepon Bunda Emira, “Iya, Nes?” 

“Bunda, maaf, aku mengganggu.” 

“Tidak, Bunda masih di perjalanan ke rumah sakit. Oh, iya, tolong bilang sama Al, ya. Nanti malam kami jemput untuk menginap.” 

Agnes memejamkan kedua matanya, ia tak ingin mengecewakan orang-orang yang menyayangi Al, tapi kondisi Al saat ini tak memungkinkan.

“Eh, Bund—”

“Kenapa? Tidak bisa, kah?” sela Bunda Emira, mengingat ia sudah sangat tak sabar untuk bertemu lagi dengan Al. 

“Bukan tidak bisa, Bund. Tapi, Al sedang bete,” jawab Agnes dengan suara perlahan. 

“Lho, kenapa?” 

“Dua hari belakangan ini, Daddy-nya tak datang, sepertinya dia kangen. Padahal setiap kali Leon datang, Al selalu menolak bertemu.” 

Bunda Emira terkekeh gemas, “Ah, dia sedang jual mahal,” tebak Bunda Emira. 

“Aku rasa juga begitu, Bund.” 

“Lalu, sekarang gimana?” Bunda Emira kembali bertanya.

“Dia ngambek, nggak mau sekolah, malah mengurung diri di kamar. Mmm, Bunda— tahu dimana Leon?” tanya Agnes ragu-ragu. “Barusan aku  coba telepon, tapi tak diangkat.” 

“Leon tak di Jakarta, sudah dua hari ini dia ke puncak, ada sebuah rumah sakit di sana, rumah sakit khusus untuk orang-orang tidak mampu yang mendapatkan pengobatan gratis.”

“Dan biasanya jika tak menjawab panggilan, ponselnya ditinggalkan di loker. Sementara dia sedang di ruang operasi,” jawab Bunda Emira panjang lebar. 

“Leon jarang menjawab panggilan jika sudah di sana. Dia—”

Bunda Emira menghentikan kalimatnya, ia hendak mengatakan bahwa di sana Leon sedang terapi diri, dengan banyak beraktivitas di daerah pegunungan. 

Agnes cukup terkejut mendengar jawaban Bunda Emira, Leon se-effort ini melakukan pengobatan untuk orang-orang tidak mampu. Lalu bagaimana dengan pasiennya di Jakarta? 

“Dia, kenapa, Bund?”

“Ah, tidak, lupakan. Intinya jika sedang di sana, dia jarang memegang ponsel. Kalau saran Bunda, sebaiknya kamu tinggalkan pesan, nanti jika dia free, dia pasti buka ponselnya, kok.” 

“Iya, Bund. Paling begitu saja. Terima kasih, ya, Bund. Dan maaf sudah mengganggu.”

“Nggak, ganggu, kok. Bunda senang kamu telepon, kabari Bunda, ya, kapan Al bisa Bunda jemput.” 

“Iya, Bund. Pasti, yang jelas tidak hari ini, karena besok ada acara di sekolah.” 

“Ya, sudah, sampaikan salam kami untuk Al, ya?” pesan Bunda Emira. 

“Pasti, Bund.” 

Panggilan pun berakhir, Agnes kembali masuk ke rumah, tapi sebelum itu, ia mengirimkan pesan pada para pegawai di toko, agar segera memanggang adonan roti dan pastry yang  sudah di-resting. Karena dirinya mungkin akan terlambat pergi ke toko. 

“Gimana? Sudah berhasil menghubungi Leon?” tanya Mama Wina. 

“Dia tak bisa dihubungi, dan Bunda bilang, Leon sedang di sebuah rumah sakit yang terletak di luar Jakarta.” 

“Owalah, pantas saja sejak kemarin lusa ia tak datang. Pasti ia sangat sibuk.” 

Agnes hanya bisa menghembuskan nafas, ia harus menerima keadaan, yang pasti Al tak akan membaik, sebelum Leon datang dan membujuknya sendiri. 

1
ayudya
seru... mengharuh cerita mu Thor, tolong jangan lama² update nya ya, semangat author.
ayudya
o walah Thor piye iki... lagi seneng² baca kamu gak update sih 🤣
moon: othor gak pernah libur loh, walopun apdet 1 babb doank sehari. 🤓
total 1 replies
Pujierde
iya kirain dean yang mw membantu leon untuk mencari tau ttg al
Pujierde
ternyata leon hahaha penasaran juga ya dok 😀😀
Pujierde
dean ato leon tp lebih condongbke dean sih kayanya dean penasaran dengan al 🤭🤭
Pujierde
gen leon menurun banak-banak cama al 😀😀
Pujierde
ada rasa syukurnya wlopun tebekankuh salah 😂😂 akhirnya ketemu bunda emira 😊😊
Pujierde
leonkah ? ato ci nenex cihil hadeee jangan deh klo ci nenex cihil
Uba Muhammad Al-varo
Leon...... si bontot yang manja,ayo tunjukkan kekuatan mu,bela ibu mertua mu dari kejoliman istri muda ayah mertua mu,libas sampai ke akarnya 💪💪💪
Pujierde
kekurangannya rama mandulkah ? harusnya dulu mereka bertemu yaks sebelum jadi dengan leon 🫢🫢
Pujierde
ada keterkaitankah dengan keluarga gerald ?
Pujierde
padahal banyak kesamaan yaks tapi kok otak encer gak jalan sih 🙆🙆
Pujierde
makanya depak aja tuh musuh dalam selimutmu ci nenex cihil
Pujierde
gak ada sengatan listrik liat al dok 😂😂
Pujierde
klo saja eyang emira dan eyang juna tau ttg kamu al tentu kamu jadi rebutan mereka
Pujierde
tapi pada saat kamu dan agnes berhubungan saat kalian bertengkar kan agnes tidak meminum pil nya
Pujierde
leon sudah ketemu al tapi dia tidak menyadari kemiripan al dengan ayah juna dan dirinya sendiri harusnya sih leon juga sadar klo al alergi sama seperti dirinya
Pujierde
sungguh mayla itu membuat hidup bunda adhis, daddy dean cama abang alion berwarna cepelti kue macalon walna walni 😍😍😀😀😀😀😀😀😀
Pujierde
ya ampuuuun mayla cakit pelut onty liat tingkah kamyu itu klo kamyu ada di sini udh onty gucyel" kamyu geumuuuuussssh 😍😍🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Pujierde
cemua makanan bagi mayla mah enyak makanya gak mw bagi" 😂😂😂😂😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!