"Kaila terpaksa menukar seragam sekolahnya dengan status istri rahasia seorang CEO arogan demi sebuah wasiat. Di dalam menara kaca yang dingin, ia harus bertahan di antara aturan kaku sang suami dan ancaman para musuh bisnis yang siap menghancurkan hidupnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Awph, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8: Sembunyi di Balik Gerbang
Indra pendengarannya menangkap suara deru napas yang sangat dekat di balik pundaknya yang saat ini sedang menegang hebat.
Kaila tidak berani memutar tubuhnya karena ia merasa sangat malu tertangkap basah sedang mencoba menyelinap masuk melalui celah pagar samping sekolah yang berkarat.
Jantungnya berdebar kencang seiring dengan rasa takut yang menjalar hingga ke ujung jemari tangannya yang masih memegang tas sekolah dengan sangat erat.
"Sedang apa kau merangkak di sana seperti pencuri yang ketakutan, Kaila Putri?" tanya suara berat itu dengan nada yang sangat penuh selidik.
Kaila perlahan membalikkan tubuhnya dan mendapati pak satpam sekolah yang bertubuh gempal sudah berdiri dengan tangan berkacak pinggang di hadapannya.
Wajah pria paruh baya itu nampak sangat heran melihat siswi teladan seperti Kaila harus datang terlambat dengan wajah yang sangat pucat dan nampak sangat berantakan.
Di kejauhan suara bel masuk sudah lama berhenti bergema dan menyisakan kesunyian yang nampak sangat menekan di area sekitar gerbang utama sekolah yang tertutup rapat.
"Maaf pak saya tadi ada urusan keluarga yang sangat mendesak di rumah sakit sehingga saya tertinggal kendaraan umum," dusta Kaila dengan suara yang terbata-bata.
Pak satpam itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil membukakan pintu kecil di samping gerbang utama agar Kaila bisa segera masuk ke area sekolah.
Kaila segera berlari melewati lapangan upacara yang nampak sangat luas dan kosong tanpa memedulikan tatapan beberapa guru yang sedang berjalan di koridor.
Ia merasa seolah-olah semua mata sedang menatapnya dengan penuh rasa curiga karena perubahan gaya hidupnya yang sangat mendadak sejak malam pernikahan itu terjadi.
"Kaila tunggu sebentar jangan lari secepat itu atau kau akan menabrak pot bunga besar di depan kantor kepala sekolah," teriak seseorang dari arah belakang.
Gadis itu menghentikan langkah kakinya dengan sangat tiba-tiba hingga sepatu kets yang ia kenakan mengeluarkan suara decitan yang cukup nyaring di atas lantai ubin.
Seorang remaja laki-laki dengan seragam yang sedikit berantakan berlari mendekatinya dengan senyum yang nampak sangat lebar dan sangat ramah sekali.
Itu adalah Rio teman masa kecil Kaila yang selalu tahu kapan saja Kaila sedang merasa sedih atau sedang berada dalam kesulitan yang sangat besar.
"Kau terlambat lagi hari ini dan wajahmu nampak sangat kusut seperti seseorang yang belum tidur semalaman," ucap Rio sambil mencoba merapikan rambut Kaila yang berantakan.
Kaila segera memundurkan tubuhnya secara refleks karena ia teringat akan ancaman Adnan tentang larangan berdekatan dengan laki-laki mana pun selama berada di sekolah.
Ia merasa sangat tidak nyaman dengan perhatian Rio yang biasanya terasa sangat hangat namun kini justru terasa sangat berbahaya bagi keselamatannya sendiri.
Rio nampak sedikit terkejut melihat reaksi Kaila yang sangat dingin dan sangat tidak biasa seperti ada sebuah tembok besar yang baru saja dibangun di antara mereka.
"Maaf Rio aku harus segera masuk ke kelas karena guru matematika kita sudah pasti akan marah besar jika aku terlambat lebih lama lagi," ujar Kaila tanpa menatap mata Rio.
Gadis itu kembali berlari menyusuri lorong kelas dengan perasaan yang sangat campur aduk antara rasa bersalah kepada sahabatnya dan rasa takut kepada suaminya.
Ia sampai di depan kelas dua belas ilmu alam dan segera mengetuk pintu kayu yang nampak sangat kokoh itu dengan kepalan tangan yang sangat gemetar dan sangat lemas.
Semua teman sekelasnya menoleh secara serempak ke arah pintu dan menciptakan sebuah suasana hening yang nampak sangat memekakkan telinga bagi batin Kaila yang lelah.
"Masuklah Kaila dan segera duduk di bangkumu sebelum saya memutuskan untuk mengeluarkanmu dari jam pelajaran ini," tegas sang guru dengan suara yang tajam.
Kaila berjalan menunduk menuju bangkunya yang berada di baris tengah sambil mengabaikan bisik-bisik dari teman-teman sekelasnya yang mulai bertanya-tanya.
Ia mengeluarkan buku catatan dari dalam tasnya namun matanya justru tertuju pada sebuah memar kecil di pergelangan tangannya yang didapatkan saat Adnan menariknya semalam.
Rasa perih itu kembali mengingatkannya bahwa ia bukan lagi seorang gadis bebas yang bisa tertawa lepas bersama teman-temannya di bawah sinar matahari pagi.
Namun konsentrasi Kaila kembali terganggu saat ia merasakan getaran gawai baru yang diletakkan di dalam saku seragamnya yang sangat tersembunyi.
Ia melirik ke bawah meja dan melihat sebuah pesan singkat masuk dari nomor yang tidak ia kenal namun isinya sangat membuat jantungnya hampir melompat keluar.
Pesan itu berisi sebuah foto Kaila yang sedang berdiri di depan gerbang sekolah bersama Rio dengan sebuah kalimat peringatan yang sangat singkat namun sangat mematikan.
"Siapa laki-laki itu dan mengapa kau membiarkannya menyentuh rambutmu di tempat umum seperti itu?" bunyi pesan tersebut yang nampak sangat menakutkan.
Kaila menelan ludah dengan sangat susah payah sambil memandang ke sekeliling sekolah untuk mencari tahu siapa yang sedang mengawasinya saat ini.
Ia menyadari bahwa Adnan benar-benar menempatkan mata-mata di setiap sudut hidupnya hingga ia tidak memiliki ruang untuk bernapas sedikit pun secara bebas.
Keringat dingin kembali membasahi punggungnya saat ia menyadari bahwa nasib Rio mungkin saja sedang berada di ujung tanduk karena kecemburuan buta sang penguasa menara.
Siapa wali muridmu yang akan datang besok pagi untuk mengambil hasil ujian tengah semester?" tanya sang guru tiba-tiba yang membuat Kaila terkejut.