Pernikahan seharusnya menjadi momen yang paling membahagiakan dan ditunggu oleh pasangan yang saling mencintai. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Noami dan Gilang.
Pasalnya, pernikahan mereka terjadi secara mendadak dan tak mengenakkan akibat kesalahpahaman warga yang mendapati mereka berada di dalam rumah kontrakan Naomi dalam kondisi yang cukup intim.
Warga yang mengira kalau Naomi dan Gilang sudah melakukan tindakan tercela yang mencoreng nama baik desa mereka, memaksa mereka menikah saat itu juga. Tidak punya pilihan, Gilang dan Naomi terpaksa menuruti keinginan warga demi menyelamatkan naman baik mereka sebagai pendatang di sana.
“Meski kita sudah menikah, tapi kamu tidak boleh menuntut hak apapun kepadaku!” Kata Gilang setelah tak lama mereka menjadi pasangan suami istri.
Begitu banyak kesepakatan menyakitkan yang dibuat oleh Gilang ditambah sikap Gilang yang sering mengacuhkannya setelah mereka menikah, membuat Naomi merasa pernikahan yang dijalaninya hanya membuatnya terluka.
Apakah Naomi mampu bertahan dengan pernikahan yang hanya membuat luka untuk dirinya meski sebenarnya tanpa diketahui oleh Gilang jika Naomi sudah mencintai Gilang sejak lama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PML 8 - Tidur Di Rumah Yang Sama
Gilang tak merespon pertanyaan Naomi. Dia melangkah masuk ke dalam rumah melewati tubuh Naomi begitu saja. Kemudian duduk di sebuah kursi yang tersedia di ruangan tamu.
“Gilang, apa kamu tidak mendengar pertanyaanku? Kenapa kamu asal masuk ke rumahku begitu aja. Sungguh tidak sopan?!” Seru Naomi.
Gilang menatap dingin wajah Naomi yang nampak kesal kepadanya saat ini. “Untuk apa aku menjawab pertanyaan yang seharusnya sudah kamu ketahui jawabannya seperti apa.” Balas Gilang.
Dahi Naomi mengkerut. Dia sungguh tidak paham maksud perkataan Gilang.
“Sekarang kita sudah menikah. Jadi mulai malam ini aku akan tidur di sini. Bersamamu.”
“Apa?!” Kedua bola mata Naomi melotot sempurna seolah ingin keluar dari dalam wadahnya. “Kamu jangan bercanda. Aku gak mau tidur di rumah yang sama dengan kamu!”
Tatapan mata Gilang semakin dingin menatap wajah Naomi. “Kamu pikir aku mau? Aku melakukan ini bukan karena keinginanku. Tapi karena rasa tanggung jawabku kepadamu!”
Naomi tercenung. Apa dia tidak salah dengar barusan? “Aku tidak butuh tanggung jawabmu. Sekarang kamu pergi dari sini!” Naomi sudah bergerak hendak mengusir Gilang dari rumahnya. Namun, tatapan mata Gilang yang menajam membuat dirinya seketika takut.
“Apa kamu mau warga melihat sikapmu yang mengusir suamimu sendiri pergi dari rumah ini? Atau kamu memang mau sengaja membuat masalah baru untuk kita?!”
Naomi terdiam dengan wajah yang nampak sebal. Kenapa sekarang dia merasa bagaikan buah simalakama. Maju salah, mundur pun salah.
“Aku sudah tak ingin berdebat. Kalau kamu tidak setuju aku tidur di sini tak masalah, kamu bisa tidur di luar.” Gilang sudah berlalu begitu saja dari hadapan Naomi. Melangkah masuk ke dalam kamar Naomi tanpa permisi.
“Gilang!” Naomi berteriak. Kemudian melangkah menyusul Gilang masuk ke dalam kamarnya.
Gilang sama sekali tidak peduli dengan omelan Naomi. Dia sudah meletakkan bantal dan guling di atas ranjang kemudian berbaring di atas ranjang Naomi yang cukup kecil.
“Sialan. Berani sekali dia bersikap seperti ini kepadaku?!” Umpat Naomi. Karena tidak punya pilihan dan tidak ada gunanya berdebat lagi dengan Gilang, Naomi membiarkan saja Gilang tidur di kamarnya. Sementara dirinya, mau tidak mau tidur di luar kamar karena tidak ingin tidur di ranjang yang sama dengan Gilang.
Pukul setengah lima pagi, Gilang terbangun dari tidurnya. Hal pertama yang ia pikirkan saat membuka mata adalah permasalahan yang terjadi antara dirinya dan Naomi tadi malam.
“Sialan sekali…” gumam Gilang. Bukan hanya Naomi, Gilang juga tidak terima karena harus menikah dengan cara tak mengenakkan seperti tadi malam.
Mendengar suara adzan dari masjid yang berada dekat dengan kontrakan, Gilang segera bangkit dari posisi berbaring. Keluar dari dalam kamar hendak mengambil air wudhu di kamar mandi.
“Ngapain dia tidur pakai jilbab seperti itu. Apa dia gak ngerasa gerah?” Gilang menatap datar wajah Naomi yang sedang terlelap sejenak kemudian melanjutkan langkah menuju kamar mandi.
Tak lama berselang, Naomi akhirnya terjaga dari tidur singkatnya. Ya, Naomi baru tertidur dua jam yang lalu karena merasa sulit untuk tidur di atas sofa yang sempit ditambah memikirkan permasalahan yang terjadi padanya saat ini.
“Badanku jadi pegal-pegal begini!” Gerutu Naomi sambil meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku.
Secara beramaan, Gilang sudah keluar dari dalam kamar mandi. Wajah dan rambut pria itu kelihatan basah terkena air wudhu. Melihat Naomi yang sudah bangun, tak membuat Gilang berniat untuk menyapa. Dia berlalu begitu saja menuju pintu rumah dan segera keluar menuju mesjid berada.
“Mau kemana dia?” Tanya Naomi. Karena penasaran, Naomi mengintip pergerakan Gilang dari jendela. Melihat Gilang yang kini melangkah ke arah mesjid, membuat Naomi terkesiap.
“Sejak kapan dia rajin sholat di mesjid?” Gumam Naomi bertanya-tanya.
***
Teman-teman, sekali lagi jangan lupa klik tombol like dan tinggalkan komentar sebelum meninggalkan halaman buku ini ya. Agar shy masih tetap semangat nulis di sini🤍
Rate bintang 5nya juga jangan lupa. Terima kasih yang masih tetap setia membaca karya shy🤗
Gilang marah tidak ya Naomi pulang ke rumah mamanya untuk menemui kak Nadira tidak mengajaknya