Ketika Naya, gadis cantik dari desa, bekerja sebagai babysitter sekaligus penyusui bagi bayi dari keluarga kaya, ia hanya ingin mencari nafkah jujur.
Namun kehadirannya malah menjadi badai di rumah besar itu.
Majikannya, Ardan Maheswara, pria tampan dan dingin yang kehilangan istrinya, mulai terganggu oleh kehangatan dan kelembutan Naya.
Tubuhnya wangi susu, senyumnya lembut, dan caranya menimang bayi—terlalu menenangkan… bahkan untuk seorang pria yang sudah lama mati rasa.
Di antara tangis bayi dan keheningan malam, muncul sesuatu yang tidak seharusnya tumbuh — rasa, perhatian, dan godaan yang membuat batas antara majikan dan babysitter semakin kabur.
“Kau pikir aku hanya tergoda karena tubuhmu, Naya ?”
“Lalu kenapa tatapan mu selalu berhenti di sini, Tuan ?”
“Karena dari situ… kehangatan itu datang.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Rejeki Nomplok
...0o0__0o0...
...Naya terus menatap ke depan — lebih tepatnya ke arah Firan, asisten pribadi Arya yang tak kalah tampan dari sang bos....
...“Aku harus bisa kenalan sama cowok itu,” batinnya, mulai tertarik sekaligus penasaran....
...Firan, yang menyetir di kursi depan, sebenarnya tahu sejak tadi si babysitter itu memperhatikan-nya. Tapi ia pura-pura tak peduli. Meski begitu, ada sedikit rasa tak nyaman... atau mungkin, justru tergoda....
...Bagaimanapun, wanita secantik dan seseksi Naya bukan pemandangan yang mudah di abaikan....
...Sementara itu, Arya yang duduk di samping Naya, menyadari arah pandangan pengasuh anaknya. Namun pria itu memilih diam. ...
...Selama Naya tetap menjalankan tugasnya dengan baik, Arya tak mau ambil pusing....
...Tiba-tiba tangis Karan pecah. Bayi itu baru bangun dari tidurnya dan langsung rewel minta susu....
...“Tuan, tolong ambilkan dotnya Baby Karan di dalam tas,” pinta Naya hati-hati, sambil mencoba menenangkan Karan di pangkuan-nya....
...Arya segera menoleh ke belakang, meraih tas besar berwarna krem itu dan mengobrak-abrik isinya....
...“Mana sih ? Dot Karan nggak ada di sini,” ucapnya datar tapi terdengar mulai kesal....
...Naya mengerutkan kening, panik. Ia yakin betul tadi sudah memasukkan botol ASI ke dalam tas....
...“Coba bawa kemari tasnya, Tuan. Biar saya yang cari,” katanya lembut....
...Arya menatapnya tajam....
...“Kamu mau bikin anak saya nangis terus ? Cepat susui Karan bukan-nya kamu punya sumber-nya ?” katanya dingin dan sarkastik....
...Naya menahan napas, menatap tajam balik. ...
...“Tuan, suara Anda yang keras justru bikin Karan tambah nangis,” tegurnya sebal....
...Akhirnya, tanpa banyak bicara lagi, Naya membuka kancing Dressnya dan mengeluarkan satu payudara-nya, langsung menyusui bayi itu....
...“Lagian saya nggak budek, nggak perlu teriak-teriak begitu,” gumam-nya kesal....
...Beberapa detik kemudian, tangis Karan mereda. Bayi itu tampak tenang, menyusu dengan lahap di pelukan Naya....
...Arya menatap pemandangan itu, antara jengkel dan tidak percaya....
...“Berani juga kamu melawan saya, ya ?” suaranya dingin. “Gaji kamu saya potong.”...
...Naya langsung tersentak, lalu mendongak menatap Arya dengan mata membulat....
...“Tidak bisa gitu, Tuan. Saya kerja dengan benar. Kalau Anda tetap potong gaji saya, saya mogok kerja!” balasnya nekat....
...Arya mendelik, rahangnya mengeras. Tapi ancaman itu membuatnya tak berkutik. Ia tahu, tanpa Naya, Karan akan kesulitan....
...“Baiklah. Kali ini saya maafkan,” katanya datar, tapi jelas menahan kesal. “Tapi jangan coba-coba melawan lagi.”...
...Naya pura-pura tidak mendengar. Ia fokus pada Karan yang sudah anteng kembali di pelukan-nya....
...Sementara di depan, Firan hampir tak bisa menahan tawa. Dari cermin spion, ia melihat ekspresi bosnya yang biasanya dingin dan tak terbantahkan, kini kalah telak oleh seorang babysitter muda....
...“Daebak,” batinnya geli. “Baru kali ini Bos Arya di buat nggak berkutik sama perempuan.”...
...Setelah beberapa menit, Bayi kecil itu kini terlihat tenang di pelukan Naya, matanya setengah terpejam, masih menyusu dengan lahap....
...“Pelan-pelan, Karan…” bisik Naya lembut sambil membelai rambut halus di kepala bayi itu. “Nggak usah buru-buru, susunya nggak bakal kabur, kok.”...
...Senyum kecil muncul di bibirnya — senyum yang jarang terlihat, kecuali saat bersama Naya. Setelah beberapa tegukan terakhir, Karan melepaskan mulutnya sendiri, lalu menguap kecil....
...Naya tertawa kecil, lalu menegakkan tubuh si kecil di dadanya dan menepuk-nepuk punggung mungil itu perlahan....
...“Burp dulu, ganteng… kalau nggak nanti perutnya kembung.”...
...Tak lama kemudian, bunyi sendawa kecil terdengar, membuat Naya spontan terkekeh. “Pintar banget, Karan. Nih, Sus Naya kasih nilai seratus.”...
...Arya yang duduk di sampingnya melirik sekilas, diam ekspresinya sulit di tebak....
...Tapi Naya tak memperhatikan. Ia sibuk menggoda bayi itu, mengubah suaranya jadi seperti boneka lucu....
...“Karan tahu nggak ? Kamu itu bayi paling ganteng seantero kota. Kalau nanti besar, pasti jadi rebutan banyak gadis, deh.”...
...Naya mencubit pelan pipi gembul Karan, lalu mengelus hidungnya dengan ujung hidungnya sendiri. “Coba… mana senyum gantengnya ? Sus Naya mau lihat…”...
...Bayi itu menatap wajah Naya sebentar, lalu tiba-tiba tertawa tawa khas bayi yang renyah dan jujur, membuat suasana di dalam mobil seketika hangat....
...“Ya ampun, ketawanya ganteng banget, sayang masih ompong!” seru Naya bahagia, ikut tertawa bersama si kecil. “Karan, kamu tuh lucunya kebangetan, tahu nggak!”...
...Tawa Naya menular ke Firan yang nyengir dari depan, melirik lewat spion....
...Bahkan sudut bibir Arya sempat terangkat tipis — meski buru-buru ia palingkan wajahnya ke jendela, menyembunyikan senyum yang nyaris muncul....
...Karan masih tertawa, memukul-mukul pelan dada Naya seolah ingin terus di ajak bicara....
...“Iya, iya… nanti Sus Naya nyanyi ya. Tapi janji, jangan nakal lagi kalau enggak Daddy kamu ngamuk,” katanya lembut, menatap bayi itu dengan kasih yang tulus....
...Suasana di dalam mobil berubah total, dari tegang menjadi hangat. ...
...Hanya ada tawa lembut bayi, senyum samar yang tak di akui, dan perasaan aneh di dada Arya yang mulai tak bisa di jelaskan....
...Karan sudah kembali terlelap di pelukan Naya. Wajah kecil itu tenang, dadanya naik turun perlahan. Naya tersenyum puas, lalu menatap bayi itu dengan penuh kasih....
...Tapi karena terlalu fokus menidurkan Karan, Naya lupa satu hal, merapikan bajunya kembali setelah menyusui. Hingga payudaranya tetap menyembul keluar. Dan menjadi tontonan dua pria yang ada di sana...
...Glek..!...
...Kedua pria itu menelan ludahnya kasar, tergoda oleh penampakan jelas payudara Naya yang terekspos jelas, besar dan menggiurkan mata yang memandang-nya....
...Naya sibuk menepuk-nepuk pantat bayi kecil itu, tak sadar bahwa posisi bajunya berantakan. Dan kancing yang tetap terbuka lebar....
...Firan yang menyetir cepat-cepat mengalihkan pandangan ke depan, pura-pura tidak melihat. ...
...Namun Arya, yang duduk di sebelah Naya, memperhatikan dalam diam penuh minat....
...“Naya.” Suara Arya dalam dan datar....
...Gadis itu menoleh polos. “Ya, Tuan ?”...
...Arya menatapnya tajam, tapi tidak bicara langsung. Hanya mencondongkan badan sedikit sambil menunjuk dengan dagu ke arah bajunya....
...“Rapi… kan dulu bajumu.” Ucapnya singkat tapi tegas....
...Naya menatap dirinya sendiri, dan baru menyadari kelalaian-nya. Wajahnya langsung memerah....
...“Ya Tuhan…” gumamnya panik, namun ia kesulitan membetulkan posisi bajunya sambil menunduk malu. “Maaf, saya nggak sadar, Tuan…”...
...Arya hanya menghela napas panjang, lalu mengambil alih Karan yang tertidur pulas sambil mencuri tatapan pada dada Naya dari dekat....
...CKit..!...
...Tiba-tiba Firan mengerem mobilnya mendadak. Hingga membuat tubuh Arya terdorong ke depan dan wajahnya menempel pada dada pengasuh itu....
...Glek..!...
...Arya menelan ludahnya kasar, merasakan begitu kenyal dada Naya. Sedangkan Naya memeluk erat Karan dalam dekapan tubuh besar sang Duda....
...Hening. ...
...Naya dan Arya saling tatap dalam diam, dan di sertai degup jantung yang tiba-tiba maraton....
...Hingga akhirnya suara panik Firan memecah keheningan, "Maaf Pak, Tadi tiba-tiba ada kucing lewat."...
...Arya menegangkan kembali tubuh'nya, lalu mengangkat Putranya. Ia melirik sekilas ke arah Asistennya, Firan yang paham langsung menjalankan mobilnya yang sempat terhenti....
...Sedangkan Naya membenahi pakaian-nya, dengan jantung berdetak kencang dan wajah memanas....
...“Lain kali hati-hati. Kamu sedang di mobil, bukan di kamar.” Ucap Arya dingin tapi jelas terdengar menahan sesuatu entah jengkel atau gairah....
...“Baik, Tuan. Saya benar-benar minta maaf.” Suara Naya pelan, hampir seperti bisikan....
...Firan di depan menggigit bibir, menahan tawa. ...
...Suasana mobil seketika berubah canggung, antara ingin tertawa dan ingin menghilang....
...Naya menunduk sepanjang perjalanan, pipinya masih panas, sementara Arya menatap lurus ke depan dengan rahang mengeras, mendekap erat tubuh sang putra sebagai pertahanan yang semakin goyah....
...Namun, di balik ekspresi datarnya, pria itu justru merasa jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya. ...
..."Sial dadanya sangat empuk dan kenyal." Batin Arya ngiler. "Susunya baunya sangat harum, pantes Karan betah sama Babysitter-nya....
...0o0__0o0...