Dinda,Arin,Dimas,Dani dan Wiira berencana mengisi liburan setelah ujian akhir sekolah,mereka berencana pergi ke naik ke gunung ciremai.
Fadilah dan Farhan teman teman Dani yang mendengarnya ikut bergabung,mereka adalah seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi dikota Jakarta sedang liburan ditempatnya Dani.
Mereka tak menyangka liburan mereka jadi bencada dan mengakibatkan kematian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JK Amelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terjebak dihutan
Sementara itu Dinda ditenda sedang memeriksa tas ransel setiap orang,ia berharap akan menemukan makanan.
Sedangkan Arin bertambah parah,wajahnya semakin pucat bahkan untuk bicara saja dia tidak mampu.
Dinda beranjak keluar tenda,ia melihat kesana kemari,Farhan tidak ada diluar,"kemana dia?"batin Dinda,Dinda memeriksa sekitar tenda setelah beberapa saat tidak menjumpai sosok Farhan,ia kembali ketenda dan memasuki tenda satunya,disana dia memeriksa setiap tas,tapi tidak ada makanan sedikitpun.
Dinda keluar lagi dari tenda tersebut,melihat kantong perbekalan tidak apapun disitu yang bisa dia makan,ia lalu mengambil air dan membawanya kedalam tenda.
Dinda mendekati Arin yang semakin pucat,"Rin minum yah,biar badan kamu segeran ucap Dinda dengan sedih,disuapinya air kemulut Arin sesendok demi sesendok,setelah beberakali Arin memberi tanda dengan tangannya agar berhenti,kemudian ia kembali memejamkan matanya.
Dinda menatap wajah Arin,kemudian menelungkupkan wajah di antara kedua kakinya,airmatanya jatuh,ia terisak,"ya Allah,apakah aku akan mati disini,"entah berapa lama ia menangis sampai tubuhnya terasa sangat lelah,dia pun tertidur disamping tubuh Arin.
Tak berapa lama ia tertidur,ia kembali terbangun ketika mendengar suara langkah kaki diseret mengelilingi tenda,Dinda terbangun,ia mencari benda yang bisa ia gunakan untuk memukul,tubuhnya gemetar menahan nafas.
Setelah beberapa saat bayangan itu pun lenyap,Dinda menghembuskan nafas lega,ia berusaha mengintip keluar membuka resleting tendanya,diluar terlihat sepi,"kemana perginya Farhan yah,apakah ia sudah keluar hutan yah,dasar bajing*an,jangan-jangan dia sengaja ingin membuat kita mati dihutan,"gumam Dinda sambil menaikan resleting jaketnya karena udara dingin menusuk tulangnya,ditambah rasa lapar yang mendera membuat udara dingin bertambah dingin.
Dinda kembali berbaring disamping Arin,tapi Dinda terkejut begitu memegang tubuh Arin,tubuh itu begitu dingin dan kaku.
"Rin,Arin bangun Rin,"Dinda menguncang tubuh Arin,tapi tubuh Arin sudah kaku,tidak ada lagi nafas yang menghembus nadinya sudah tidak berdetak,Dinda shock,ketakutan dan semua perasaannya bercampur aduk.
"Rin bangun,Arin kenapa kamu tinggalkan aku,bangun Rin,kita pasti bisa keluar dari hutan ini,Arinnn....,huhuhuhu...,bangun Rin jangan tinggalkan aku."Dinda berusaha mengoyang-goyangkan tubuh Arin yang sudah kaku.
Sementara diluar tenda suara dan bayangan itu muncul lagi,Dinda mengigil ketakutan,"Rin,aku harus bagaimana Rin...,"Dinda bergumam memanggil nama Arin.
"Srekkkkk....,srekkkkk...."
Langkah itu berat dan terseret,bayangan hitam itu mengelilingi tenda lagi,Dinda mengkerut berusaha menahan nafas tubuhnya mengigil ketakutan,setelah beberapa saat bayangan itu menghilang lagi.
"Aku harus pergi dari sini,aku harus keluar hutan ini,harus,"Dinda mengusap kepala Arin,"aku akan kembali mengambilmu,aku akan mencari bantuan,"ujar Dinda,kemudian Dinda membuka sedikit penutup tendanya,ia mengintip keluar melihat kesekeliling.
Setelah beberapa saat dia terdiam memperhatikan dan merasa aman,Dinda keluar dari tenda,"aku harus bisa keluar dari hutan ini,malam ini juga,"batin Dinda,ia kemudian berlari menuju jalan yang kemarin mereka masuk.
Tanpa menghiraukan semak-semak kecil berduri,Dinda menerobos kegelapan hutan,ia berusaha mengingat jalan yang ia lalui,ketika pertama kali masuk hutan.
Sampai beberapa saat ia berlari,Dinda belum juga menemukan jalan keluar,rasa takut menguasainya ketika ia melihat banyak mata yang mengintipnya.
"Aku harus bagaimana ya Allah,tolong selamatkan aku,"Dinda berhenti sejenak mengatur nafasnya yang kelelahan,ketika ia hendak melangkah lagi,ia seperti mendengar suara orang banyak memanggil namanya.
Dari kejauhan terlihat cahaya lampu senter menyoroti kesekeliling hutan,segerombol orang meneriaki namanya,dan nama teman-temannya.
"Dinda,Arin,Wira,Dimas,Dani......,"mereka terus meneriaki memanggil nama Dinda dan teman-temannya.
"Aku selamat,aku selamat,hoi...aku disini,aku disini,"Dinda berlari kearah mereka,tapi mereka seperti tidak mendengar bahkan terus berjalan seperti tidak melihatnya,walaupun jarak mereka tidak terlalu jauh,dan senter mereka mengarah padanya.
"Aku disini,aku disini,"Dinda berusaha terus memanggil mereka,berteriak sambil melambai,tapi mereka semakin menjauh.
Dinda terhenyak,dia berhenti mengejar mulai menangis,"apa aku sudah mati,kenapa mereka tidak bisa melihatku,"Dinda mencubit tangannya,
"Auwwwww...,sakit,tapi,"Dinda terduduk diam,"apa benar aku sudah mati ya Allah,"Dinda merasa putus asa.
"Grosakkk...,grosakkk..."
Dibelakang Dinda terdengar suara gemerisik daun bergesekan,seperti ada hewan yang sedang berjalan.
"Apa itu!!"Dinda bangun,ia melihat kesekeliling,ketika suara itu semakin dekat Dinda bergegas berlari tak tentu arah.
"Brukhhh...."
"Akhhhhh...."
Dinda terjatuh tubuhnya menabrak sesuatu.
"Akhhhh......"
"Dinda?"
Terlihat Dani berdiri didepan Dinda mengulurkan tangannya membantu Dinda berdiri.
"Loh Dani,kamu?"Dinda terkejut sekaligus senang kalau orang yang dia tabrak adalah Dani,ia menghambur memeluk Dani sambil menangis,"Dan Arin,Dan."
"Arin kenapa Din?"Dani melepaskan pelukannya menatap wajah Dinda yang sembab karena menangis dan ketakutan.
"Arin meninggal Dan,Arin meninggal!!tangis Dinda kembali pecah.
Seketika tubuh Dani terasa lemas,ia merasakan tulang-tulangnya seperti tercabut dari tubuhnya.
"Dan,Dani...,Dani...,"Dinda mengoyangkan tubuh Dani yang diam mematung.
"Berarti hanya tinggal kita berdua,"gumam Dani.
"Apa!!"Dinda terkejut,tubuhnya melorot kebawah.
Dani tersadar setelah melihat tubuh Dinda merosot jatuh terduduk ketanah,tatapannya kosong.
"Dinda,Din,sadar ayo kita pergi,kita harus bertahan dan keluar dari hutan ini,"ujar Dani sambil mengangkat tubuh Dinda yang lemas.
"Aku takut Dan,apa bisa kita keluar dari hutan ini?Tadi aku lihat banyak orang membawa obor dan senter memanggil nama kita,sepertinya mereka mencari kita,tapi ketika aku panggil dan mereka melihatku,mereka seolah tidak melihatku,apa aku sudah mati Dan,apa kita sudah mati?"Dinda menatap wajah Dani mencari jawaban.
"Kita belum mati,kita masih hidup,ada yang aneh dengan hutan ini,lebih baik kita bergerak mencari tempat persembunyian,kalau matahari terbit baru kita bergerak mencari jalan pulang,"ujar Dani menguatkan.
"Aku lelah Dan,mungkin aku memang harus berakhir disini,"sahut Dinda dengan lemah.
"Tidak!!Apapun yang mengincar kita,kita harus bertahan,kita harus kuat,ingat orang tua kita pasti menanti kita dengan cemas,ok?"Dani coba menguatkan Dinda yang sudah putus asa.
"Yah,kita harus bertahan,"ujar Dinda dengan suara ragu.
Mereka kembali bergerak,berusaha mencari tempat bersembunyi sambil menunggu pagi.
Diluar hutan,rombongan tim SAR dan beberapa polisi sudah kembali,waktu sudah menunjukan jam 4 pagi,ketua dari tim SAR mendekati keluarga Dinda dan keluarga Dani,sedangkan orangtua dari Wira,Dimas dan Arin baru dikabari dan dalam perjalanan menuju kesitu.
"Pak maaf,jejak-jejak mereka tidak kami temukan,tidak ada bekas tenda ataupun jejak-jejak lainnya,lagian hutan ini,hutan larangan,tidak ada yang boleh camping disini,"kata ketua dari tim SAR bernama pak Yitno.
"Apa hutan larangan!!"Semua orang terkejut,kecuali pak kyai,"Kenapa mereka masuk kesini,"ujar Bu yanti terkejut,begitupun dengan orang tua Dani.
Mamahnya Dani sampai pingsan mendengarnya.
"Aku minta tolong bantu cari lagi,aku yakin cucuku Dinda ada didalam,"ujar pak Santoso kakeknya Dinda.
"Iya pak tolong,mereka semua dalam bahaya,ada sesuatu yang mengincar mereka,ada sesuatu yang menutupi hutan ini,aku susah menembusnya,aku yakin mereka ada didalam hutan,"ucap pak Kyai Safi"i memohon.
"Bapak siapa nya korban?"tanya pak Yitno pada kyai Safi'i.
"Saya Safi'i,orang memanggil saya kyai Safi'i,saya diminta mencari keberadaan cucu teman saya,"jawab kyai Safi'i
"Oh pak Kyai maaf,baiklah kalau begitu,ketika matahari terbit kita akan cari lagi,"ujar ketua tim SAR,iapun pamit untuk bicara pada timnya,mendirikan tenda untuk tempat istirahat mereka.
kembali jadi ke aslinya kakek peot
dr awal aku juga udah curiga sama Dimas...
tengah malam puncak ritual
Dinda di buat telanjang
di depan pemuja setan ?
kabur ketangkep mulu
banyak jiwa Gentayangan
biarpun minim bekal nya
kakek dan Dinda butuh pertolongan secepatnya.
good luck Dani
mudah-mudahan dukunnya hebat aja ini ya ... kekuatan hitam dilawan kekuatan hitam juga... takutnya Dani nih malah meninggoy gimana....
perempuan itu
pemuja setann , sulit sekali di lawan
hutan mnjd angker karna banyak penganut iblis yang bebas melakukan ritual disana
bersekutu dgn ibliss
gaya nya sombong pula ,
tapi ngga tegas ,
pulang saja ,
ibu sama kakeknya juga blm kasih ijin ,