Lingkaran Setan
Siang itu suara riuh setelah pembagian raport,dan mereka naik ke kelas 12,setelah hal melelahkan 5 sekawan,Dinda,Arin,Dimas,Dani dan Wira,mereka berkumpul dikantin sebelum pulang kerumah masing-masing.
"Besok mulai libur nih,kita mau kemana nih?"ungkap Arin sambil menyeruput jus jeruk kesukaannya.
"Iya nih,masa liburan tidak ada hal yang menarik kita lakukan,masa cuma begitu-begitu aja,"ucap Dani setuju sengan ucapan Arin.
"Iya tuh bener,masa libur cuma tidur bangun makan,tidur lagi,makan lagi,"sahut Dimas.
"Huhhhhh..."
Ucapan Dimas,mendapatkan lemparan kulit kacang dari teman-temannya.
Dimas memang terkenal suka tidur,bahkan dalam kelas pun ia sering kedapatan tidur.
Setelah sepakat merekapun akhirnya pulang kerumah masing,2 hari lagi rencananya mereka akan pergi.
Dirumah Dinda,Dinda menghampiri ibunya yang baru selasai menuaikan sholat magrib,"Bu,ibu udah selesai sholatnya?"tanya Dinda sambil duduk ditepi tempat tidur.
"Iya kenapa Din?Tumben nih,pasti ada maunya nih,baikin Ibu,"ujar Ibunya Dinda sambil melipat mukenanya.
"Bu,lusa boleh enggak Dinda muncak keCiremai,"tanya Dinda sambil memainkan baju ibunya.
"Muncak lagi,baru beberapa bulan kemarin kamu kegunung pangrango,apa enggak capek, sesekali dirumah kalau libur bantuin ibu diwarung."
"Kan paling 3 hari Bu,boleh ya,boleh ya Bu,"Dinda berusaha membujuk ibunya sambil terus memainkan bajunya.
"Huhhh...,gimana ya,sama siapa kesananya?"
"Biasa Bu,sama bestie,berlima?"ujar Dinda sambil memainkan alisnya.
"Ibu sih boleh-boleh saja,tapi tanya dulu kakekmu,kalau dia mengijinkan yah berangkat kalau tidak Ibu rasa kamu tidak usah berangkat."
"Kan cuma 3 hari,itung-itung ngilangin stres setelah ujian,lagian kata Ibu kalau Dinda bisa mempertahankan nilai Dinda,Dinda bisa minta apa saja yang penting jangan mahal,"Dinda terus membujuk Ibunya.
"Coba kamu ijin sama kakek dulu,kalau kakek setuju,Ibu juga setuju,"sahut Ibunya.
"Ibu aja yang ijin,lagian kalau Dinda yang telpon takut Tante Rina yang angkat,Dinda masih sakit hati dengan ucapannya,"Dinda menunduk,ia teringat penghinaan adik ibunya ketika Dinda menelponnya.
"Sudah-sudah,jangan sedih,apapun yang dia katakan jangan dimasukin kehati memang watak dia seperti itu.
"Iya Bu,tapi nanti Ibu yang ijinin yah,Dinda males bicara sama tante Rina,lagian kenapa kakek lama-lama disana sih Bu?"
"Tante Rini pengen pas melahirkan nanti kakek ada disana mendampinginya,sudah nanti Ibu yang telpon yah,"Yanti Ibunya Dinda mengajaknya keruang tamu,ia menuju pesawat telponnya.
"Tut tut tut tut..."
Setelah beberapa lama terdengar suara perempuan dari sebrang telepon,"Iya hallo,ada apa Mbak,"terdengar sahutan ketus dari orang yang ditelpon."
"Anu Rin,Bapak ada,saya mau bicara sama Bapak."
"Baru juga ditempat saya sebentar sudah ditelpon,tenang saja dia tidak akan kelaparan,beda kalau tinggal ditempat Mbak?"sahut Rina dengan ketus.
"Astagfirullah Rin,kamu sedang hamil,mbok ya kalau ngomong itu jangan asal keluar,saya cuma mau bicara sebentar,tinggal kasih kan telponnya ke Bapak,lagian saya miskin juga tidak pernah tuh mengemis sama kamu,"Ibunya Dinda terpancing emosinya mendengar ucapan adiknya.
"Pak ini ada telpon dari Mbak Yanti."
Setelah itu tak berapa lama terdengar suara Pak Santoso Bapaknya Yanti,"iya hallo Yan,ada apa?"
"Enggak pak,ini Dinda mau ke gunung Ciremai lusa,"ucap Ibunya.
"Oh,coba mana anaknya biar Bapak bicara langsung dengan Dinda,"ucap pak Santoso.
"Nih Din,"Ibunya Dinda memberikan telponnya pada Dinda.
"Ya,hallo kek."
"Kamu mau naik keCiremai yah?"tanya Kakeknya.
"Iya Kek,boleh yah,boleh yah,please?"
"Ya,tapi sebentar kakek lihat dulu,nanti malam atau besok kakek kabari."
"Yah lama,boleh ya Kek?"
"Iya,tapi nanti kakek lihat dulu yah,"dengan suara lembut kakeknya menjawab.
"Dimanja terus,dimanja terus,nanti ngelunjak dia pak,"terdengar suara Rina tantenya dari jauh.
"Nih Mah,"Dinda langsung memberikan telepon pada Ibunya dan pergi kekamar sambil menghapus airmatanya.
Sementara disana terdengar pak Santoso membentak Rina dan terjadi adu mulut,Yanti ibunya Dinda bergegas menutup telponnya,ia terdiam beberapa saat.
Kasih sayang pak Santoso pada Dinda sering membuat iri Rani,karena Dinda sudah tidak punya seorang Bapak dan sejak kecil diasuh kakeknya,pak Santoso begitu menyayangi Dinda.
Sampai hari Dinda mau berangkat kakeknya belum juga menelpon,sedangkan Ibunya mau menelpon kesana takut ribut sama adiknya.
Dinda sudah bersiap-siap berangkat,dia sedang menunggu teman-temannya menjemputnya,tapi dia terlihat gelisah.
"Bu bagaimana ini,kok kakek belum juga menelpon?"
Ibunya Dinda mendekati Dinda dan memeluknya,kalau kakek enggak menelpon mungkin dia merestui keberangkatanmu,sudah siap semua?"tanya Ibunya,tapi dalam hati kecilnya ia seperti tidak iklas melepaskan Dinda pergi,perasaan sama ketika Dinda mendapatkan masalah ketika pergi kegunung slamet.
"Bu,kok Ibu melamun?"Dinda terkejut Ibunya memeluknya begitu erat seolah tidak ingin melepaskannya.
"Oh enggak apa-apa,nanti kabari yah,kalau udah sampai disana."
Dinda menganguk,sambil tersenyum,melihat pada tas ransel didepannya.
"Tin tin tin....."
Terdengar suara klakson mobil Dimas didepan rumah.
"Dinda,Dinda,"terdengar suara cerewet Arin memanggil Dinda.
"Udah sana,temanmu sudah menjemput,hati-hati,sering kabari Ibu ya Nak."
"Iya Bu,"Dinda menyalami ibunya dan mengangkat tas ransel kepundaknya.
Didepan rumah terlihat Dimas,Wira baru turun bersama Arin,yang berlari mendekati Dinda,Dimas segera mengambil tas ransel milik Dinda.
"Tante kami pamit mau sekalian berangkat,mau kerumah Dani dulu,"ujar Dimas sambil menyalami Ibunya Dinda.
"Iya hati-hati,tante titip Dinda yah,jaga dia Arin."
"Pasti Tante dengan segenap jiwa raga tante,anak tante aman ditanganku,"sahut Dimas,menjawab ucapan Ibunya Dinda pada Arin.
"Huhhh..."
Ucapan Dimas mendapat cibiran dari teman-temannya,kemudian merekapun pamit berangkat.
Terlihat Ibunya Dinda masih termangu didepan halaman rumahnya,entah kenapa sepeninggalan Dinda debaran didadanya semakin kencang,ia memegang dadanya yang terasa nyeri.
"Ya Allah lindungi anak hamba dimanapun dia berada,"dalam hati Ibunya Dinda berdoa minta keselamatan untuk anaknya,kemudian dia masuk kerumah masih memegang dadanya.
Sementara Dinda sudah sampai dirumah Dani,mereka yang sudah terbiasa main kerumah Dani,mereka lansung masuk kedalam rumah sambil mengucapkan salam.
"Assalamu allaikum,Dan,Dani,"Arin dan Dimas berteriak sambil menghempaskan tubuh mereka di sofa,begitupun dengan Wira dan Dinda.
"Eh kalian sudah datang,mau minum dulu enggak?"Dani duduk sebelah Dinda.
"Loh Dan,Mamah,Papahmu kemana?Kok sepi?"tanya Wira.
"Oh,mereka sedang ada bisnis keluar kota,1minggu lagi mereka baru pulang,"sahut Dani.
"Kita berangkat sekarang Dan?Tanya Dimas.
"Ayo,eh tapi sebentar,kita tunggu dua orang lagi,"sahut Dani.
"Siapa Dia,Dan?"tanya Arin terkejut.
Temanku dari Jakarta,katanya mereka pengen ikut liburan juga,tapi mereka sudah kuliah tingkat dua,eh Din,temanku itu sangat menyukaimu,ketika melihat Fotomu,mereka antusias sekali ingin mengenalmu."
Dinda hanya diam,tiba-tiba perasaanya jadi tidak enak,entah ada apa.
"Tin tin tin...."
Terlihat mobil sport masuk kehalaman rumah Dani,setelah berhenti dua orang turun dari mobil dan Dani menyambutnya."
"Kita belum terlambatkan,"ucap laki-laki yang baru turun bersama seorang perempuan.
"Belum,tenang bro,selamat datang,kaliankan ingin berkenalan dengan Dinda,nih ini Dinda,cantikan,"ucap Dani memperkenalkan Dinda yang ikut keluar bersama yang lainnya.
"Oh ini toh,cantik sekali,saya Farhan dan ini pacar saya Fadilah,"Farhan menyalami Dinda,begitu pun dengan Fadilah yang tersenyum manis pada Dinda.
"Dinda,"sahut Dinda menerima uluran tangan mereka,entah mengapa Dinda merasa takut pada kedua temannya Dani,mereka terlihat ramah dan sangat manis,tapi Dinda melihat sorot mata keduanya menakutkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Emak Kam
emak Kam mampir, baru mulai seperti nya seru
2025-01-30
0