NovelToon NovelToon
MODERN DEMON CULTIVATOR

MODERN DEMON CULTIVATOR

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Menjadi Pengusaha / Preman / Kultivasi Modern
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Mo Xie, Iblis Merah yang ditakuti di seluruh Alam Shenzhou, dikenal sebagai penghancur dunia yang bahkan para dewa dan kultivator agung bersatu untuk mengalahkannya.

Namun, kematiannya bukanlah akhir. Mo Xie terlahir kembali di dunia kultivator modern sebagai dirinya yang dulu—seorang pria lemah yang direndahkan dan dihancurkan harga dirinya.

Dengan kekuatan dan kebijaksanaan dari kehidupannya sebagai Iblis Merah, Mo Xie bersumpah untuk membalas dendam pada mereka yang pernah meremehkannya dan menaklukkan dunia sekali lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8 Berita Di Pagi Hari: Apa Itu Keadilan?

Mo Lin tertawa kecil mendengar jawaban itu. Setelah memastikan semuanya sudah beres, ia kemudian meninggalkan apartemen kecil mereka untuk bersekolah. Sementara Mo Xie lebih santai dan tidak terburu-buru.

Mo Xie menatap layar televisinya yang sesekali nampak error karena sudah tua dan usang. Di layar televisi yang buram itu, seorang reporter wanita berdiri di lorong sempit yang dipenuhi garis polisi.

Sorot kamera menangkap suasana suram di sekitar lokasi, dengan polisi dan tim forensik yang masih bekerja mengumpulkan bukti. Di belakang reporter, terlihat beberapa kantong jenazah yang telah diangkut ke dalam mobil ambulans.

“Pagi ini, publik dikejutkan oleh penemuan enam korban tewas di lorong Distrik Jingfeng,” kata reporter dengan suara tegas namun penuh kewaspadaan. “Korban terdiri dari lima pria dan satu wanita. Berdasarkan informasi awal dari pihak kepolisian, mereka adalah anggota geng lokal yang sering kali meresahkan warga. Pemimpin geng ini, Go Jin, adalah salah satu korban.”

Mo Xie menatap layar dengan ekspresi datar, tangannya meraih cangkir kopi di meja. Ia meneguk sedikit, matanya tidak lepas dari televisi.

“Polisi belum memberikan pernyataan resmi tentang apa yang sebenarnya terjadi di sini,” lanjut reporter itu. “Namun, berdasarkan kondisi tubuh para korban, ini bukan serangan biasa. Empat pria ditemukan dengan luka parah akibat serangan Qi, sementara kepala Go Jin terputus dari tubuhnya.”

Reporter itu berhenti sejenak, wajahnya terlihat lebih serius ketika ia menyebutkan detail terakhir. “Namun, yang paling mengerikan adalah kondisi korban wanita. Tubuhnya, yang telah diidentifikasi sebagai Sue Lan—murid SMA Jinhai, ditemukan dalam keadaan tidak utuh, hampir tidak bisa dikenali. Sumber dari tim forensik menyatakan bahwa kerusakan ini sangat mungkin disebabkan oleh kekuatan kultivator berelemen gelap yang tidak terdaftar.”

Mo Xie menyandarkan tubuhnya di sofa, satu sudut bibirnya melengkung kecil. Sue Lan adalah orang yang dia ingat betul, salah satu yang memulai penghinaan terhadapnya dan penyebab kematian adiknya di kehidupan sebelumnya.

Wanita itu adalah simbol kesombongan dan keangkuhan dalam geng Go Jin, seseorang yang selalu merasa di atas angin karena memiliki bekingan banyak pria. Sekarang, dia menjadi angka dalam statistik korban di berita pagi.

“Wanita busuk itu pantas mendapatkannya,” gumam Mo Xie sambil tersenyum tipis.

Layar televisi kini menampilkan seorang pria paruh baya dengan tubuh tegap dan wajah penuh wibawa. Rambutnya sedikit beruban, tetapi mata tajamnya mengintimidasi siapa pun yang menatapnya. Ia mengenakan seragam polisi dengan pangkat tinggi yang terpampang jelas di dadanya.

“Ini adalah kasus yang serius dan tidak bisa dianggap enteng,” kata pria itu dengan suara tegas. “Saya, Kepala Kepolisian Qing Wei, ingin menegaskan kepada semua pihak bahwa kami akan menemukan pelaku dari pembantaian keji ini. Tidak peduli seberapa pintar atau kuat mereka, hukum akan selalu mengejar mereka.”

Mo Xie meneguk kopinya perlahan, matanya tetap fokus pada layar. Tatapan Qing Wei tampak seolah menembus layar, langsung menuju ke arah penonton. Lebih tepatnya, seolah menatap langsung ke arah Mo Xie.

“Kepada pelaku, dengarkan ini baik-baik,” Qing Wei melanjutkan, nada suaranya semakin berat. “Kami tidak akan berhenti sampai Anda tertangkap. Anda mungkin berpikir telah melarikan diri dari keadilan, tetapi itu hanya masalah waktu. Tindakan Anda tidak hanya menjatuhkan korban jiwa, tetapi juga mengganggu keseimbangan yang telah kami pertahankan di Distrik Jingfeng. Jangan berharap bisa lolos.”

Mo Xie tersenyum kecil, seperti menanggapi tantangan itu. Ia menyandarkan tubuhnya ke sofa, menaruh cangkir kopinya di meja dengan gerakan tenang.

“Keseimbangan, ya?” gumamnya pelan, suaranya terdengar seperti ejekan. “Keseimbangan macam apa yang kau maksud, Qing Wei? Keseimbangan di mana orang seperti aku diinjak-injak tanpa keadilan?”

Reporter di lokasi kembali mengambil alih, memberikan ringkasan singkat tentang situasi terkini.

Mo Xie berdiri dari sofa, melangkah perlahan ke arah jendela kecil apartemennya. Tirai usang yang masih setengah tertutup membiarkan cahaya matahari masuk, menciptakan bayangan samar di wajahnya. Dari sini, ia bisa melihat sebagian Distrik Jingfeng yang mulai sibuk dengan aktivitas pagi.

“Qing Wei… kau selalu menjadi orang yang berani melawan ketidakadilan, tapi kau juga tahu batasanmu,” bisiknya, matanya menyipit seolah menimbang. “Aku ingin tahu… apakah kau cukup pintar untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi, atau kau hanya boneka dari mereka yang lebih besar?”

Mo Xie menarik napas dalam, lalu tertawa kecil. “Kalau begitu, mari kita lihat seberapa jauh kau bisa melangkah, Qing Wei…”

Di layar, sang reporter menutup laporan dengan serius, tetapi Mo Xie sudah kehilangan minat. Ia mematikan televisi dengan remote-nya, melemparkannya ke meja, kemudian berjalan ke kamar mandi untuk bersiap pergi ke akademi.

Sebenarnya, Mo Xie tidak ingin kembali ke tempat yang dipenuhi anak-anak nakal itu, tempat di mana dia selalu dirundung dan dibully habis-habisan. Namun, sang ayah sudah bekerja keras demi kedua anaknya bisa menempuh pendidikan yang layak, jadi dia tidak ingin mengecewakan keinginan mendiang ayahnya.

...

Mo Xie berdiri di depan cermin kecil yang menempel di dinding kamar mandinya. Uap air hangat membentuk lapisan tipis di permukaan cermin, membuat pantulannya terlihat samar. Ia mengusap permukaan kaca dengan tangannya, menghapus kabut itu hingga wajahnya terlihat jelas.

Wajah Mo Xie kurus, hampir seperti tidak mendapatkan cukup makanan selama bertahun-tahun. Tulang pipinya menonjol, dan kulitnya terlihat pucat dengan lingkaran hitam samar di bawah mata—tanda dari kurang tidur yang kronis.

Rambut hitamnya basah, meneteskan air ke bahu dan lehernya yang juga terlihat kurus. Rambut itu sedikit berantakan, tapi cukup panjang hingga menutupi sebagian mata dan leher belakangnya.

Namun, yang paling mencolok adalah matanya. Pupilnya yang dulu berwarna hitam kini berubah menjadi merah darah—sesuatu yang tidak biasa dan membuat siapa pun yang melihatnya merasa tidak nyaman. Tatapan itu dingin dan tajam, seolah-olah membawa kebencian yang tidak pernah padam.

Mo Xie memiringkan kepalanya sedikit, menatap bayangan dirinya dengan ekspresi datar. “Apa ini benar-benar aku yang sekarang?” gumamnya pelan, suaranya hampir tenggelam oleh bunyi air yang mengalir dari pancuran.

Tangannya menyentuh sisi wajahnya, merasakan tekstur kulit yang kasar akibat luka lama dan bekas memar. Tubuhnya yang lemah dan kurus selalu menjadi bahan ejekan, tapi sekarang, ia tahu bahwa kelemahan itu hanyalah masa lalu.

Di balik tubuhnya yang rapuh, kekuatan baru mengalir melalui nadinya—kekuatan gelap yang ia peroleh dari kehidupannya sebagai iblis.

“Mereka akan melihat apa yang bisa dilakukan tubuh ini, tidak peduli seberapa lemahnya aku terlihat.”

Mo Xie menarik napas dalam-dalam, kemudian mengguyur tubuhnya dengan air hangat. Sensasi itu membawa rasa tenang sementara, tetapi tidak bisa menghapus dinginnya tekad yang kini menguasai dirinya.

Setelah selesai mandi, ia mengeringkan tubuhnya dengan handuk kecil yang sudah lusuh. Ia mengenakan pakaian sederhana—kemeja putih kusam dan celana hitam panjang—yang hampir terlalu longgar untuk tubuh kurusnya. Tapi baginya, itu cukup.

Tidak ada alasan untuk tampil mewah di tempat yang penuh dengan mereka yang meremehkannya.

Mo Xie menatap sekali lagi bayangannya di cermin sebelum meninggalkan kamar mandi. “Hari ini… adalah awal dari segalanya,” bisiknya, suara itu penuh keyakinan. “Mereka yang menghancurkan hidupku akan merasakan balasanku, satu per satu.”

Ia mengambil tas sekolahnya yang sudah usang, lalu melangkah keluar dari apartemen kecil itu menuju akademi. Di luar, Distrik Jingfeng mulai hidup dengan kesibukan pagi, namun bagi Mo Xie, dunia ini tidak akan pernah sama lagi. Tidak dengan dia di dalamnya.

1
Jamal Amir
update banyak chapter nya Thor
Hardware Solution
mawar 🌹 untukmu Thor...yg rajin update /Heart//Heart//Heart//Heart/
Caveine: makasih kak 🔥🔥
total 1 replies
Hardware Solution
ayo Thor....yg rajin update. tak tunggu.!!!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!