Lima tahun lalu, Liliane Lakovelli kehilangan segalanya ketika Kian Marchetti—pria yang dicintainya—menembak mati ayahnya. Dikhianati, ia melarikan diri ke Jepang, mengganti identitas, dan diam-diam membesarkan putra mereka, Kin.
Kini, takdir mempertemukan mereka kembali. Kian tak menyadari bahwa wanita di balik restoran Italia yang menarik perhatiannya adalah Liliane. Namun, pertemuan mereka bukan hanya tentang cinta yang tersisa, tetapi juga dendam dan rahasia kelam yang belum terungkap.
Saat kebenaran terkuak, masa lalu menuntut balas. Di antara cinta dan bahaya, Kian dan Liliane harus memilih: saling menghancurkan atau bertahan bersama dalam permainan yang bisa membinasakan mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caesarikai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyelamatan
Tak ada lagi yang ia miliki. Ibu Liliane, Morina Lakovelli atau yang memiliki nama Jepang Kaneshiro Morina merenggang nyawa setelah melahirkannya ke dunia ini dengan selamat. Namun, meski begitu sang ayah—John Edoardo Lakovelli tak pernah berlaku gila karena kehilangan belahan jiwanya atau bahkan tak memberikan kasih sayang pada putri satu-satunya.
Sebaliknya, pria itu selalu mencurahkan semua perhatiannya dan kasih sayangnya pada Liliane sampai-sampai Liliane tak pernah merasakan kekurangan sedikitpun dalam hal apapun. Walaupun sang ayah tak bisa berperan sebagai seorang ibu, tetapi pria itu selalu mengusahakannya.
Melihat bagaimana pria yang menjadi ayahnya itu selalu membacakan dongeng untuknya sebelum tidur, atau selalu menemaninya secara rutin saat dirinya melakukan perawatan diri seperti saat dia mengubah potongan rambutnya atau menemaninya juga saat Liliane ingin berbelanja segala pernak pernik perempuan. John Lakovelli tak pernah protes dan selalu menjadi ayah yang baik untuknya.
Jadi, Liliane juga yakin betul bahwa malam itu Kian-lah yang bersalah sepenuhnya. Memutuskan untuk membenci Kian dan melarikan diri dari pria itu setelah kematian ayahnya adalah keputusan yang tepat. Beruntung sekali sang kakek—Kaneshiro Takeshi datang langsung dari Jepang dan entah bagaimana caranya bisa membawanya pergi dari Italia tanpa diketahui oleh Kian Marchetti.
"Apakah kau baik-baik saja, cucuku?" Takeshi bertanya pada Liliane dengan bahasa Jepang saat mereka telah berada dalam ketinggian beribu-ribu kaki di atas permukaan laut.
Mereka tengah berada di jet pribadi milik keluarga Kaneshiro selepas pelarian Liliane dari Kian. Liliane tahu betul, Kian pasti tak akan melepaskannya begitu saja mengingat lelaki itu telah membunuh ayahnya di depan matanya sendiri. Liliane pasti akan menjadi giliran selanjutnya bila masih berkeliaran di Italia.
Gadis cantik berparas asia itu menyandarkan tubuhnya pada kursi empuk dalam pesawat. Sedikit yang menarik perhatian dari Liliane. Gadis itu mewarisi seluruh rupa Morina Lakovelli. Semuanya, kecuali manik matanya yang mengikuti John Lakovelli. Oleh karena itu, meski dirinya adalah seorang blasteran keturunan Italia dan Jepang, Liliane lebih merujuk pada gadis asia yang lugu dan cantik.
Suara helaan napas lelah yang terdengar membuat hati Takeshi ikut merasakan pedih. Cucunya terlihat letih dan juga sedih lantaran tak sempat berduka untuk ayahnya. Takeshi tahu, batin Liliane mungkin saat ini sedang menjerit kencang, tapi cucunya itu tak ingin membuatnya khawatir.
Andai saja Takeshi datang lebih awal. Sedikit lebih awal lagi dari penyerangan klan II Fero pada mansion Lakovelli. Andai saja istrinya tak jatuh sakit pada saat mereka akan berangkat lebih awal ke Italia dalam rangka merayakan ulang tahun Liliane. Yah, semua perandaian itu hanya akan tersimpan menjadi harap selamanya yang tak akan pernah terkabulkan.
Namun, setidaknya helikopter Kaneshiro datang tepat waktu tatkala ledakan yang menghancurkan mansion Lakovelli itu terjadi. Liliane berhasil lari dari Kian Marchetti dan langsung dibawa pergi oleh Takeshi yang datang menjemput dengan helikopternya.
"Aku baik-baik saja, Jiisan¹." Balas Liliane dengan bahasa inggrisnya. Dia sedikit banyak tahu soal bahasa jepang, hanya saja dirinya sejak dulu lebih nyaman berbincang dengan sang kakek dan nenek menggunakan bahasa inggris.
"Akan sangat bahagia jika hal itu benar terjadi, nak." Ucap Takeshi yang menatap Liliane dengan sendu.
"Maafkan aku yang terlambat datang menjemputmu dan John. Harusnya aku datang lebih awal agar bisa menyelamatkan kalian." Lanjut Takeshi penuh dengan penyesalan.
Liliane meringis kecil. "Sungguh tak mengapa, Jiisan. Aku jauh lebih baik sekarang."
Takeshi berjalan dengan tongkatnya untuk menghampiri Liliane. Dia menunduk dan mengecup pelan dahi Liliane yang terlilit perban, cucunya itu memiliki beberapa luka di tubuhnya akibat pelarian sebelumnya. Sungguh pilihan yang tepat saat dirinya memutuskan untuk membawa seorang dokter.
"Kau hebat, Lili." Kata Takeshi dengan suara seraknya.
Sebuah senyuman kecil mengembang di wajah Liliane. "Jiisan lebih hebat dariku. Terimakasih telah menyelamatkanku."
"Tidak, Lili. Andai nenekmu tahu perihal ini, mungkin dia akan menyalahkan aku karena tak menyelamatkanmu lebih awal." Takeshi tersenyum getir membayangkan istrinya yang kini masih terbaring di ranjang sedang memakinya habis-habisan.
"Jangan katakan apapun selain kematian ayah pada Obaasan², Jiisan. Aku takut kesehatan Obaasan bisa menurun karena memikirkan itu." Balas Liliane dengan memohon.
Takeshi mengelus puncak kepala Liliane dengan sayang. "Khawatirkan keadaan dirimu sendiri, nak. Nenekmu akan jauh lebih bahagia bila melihatmu bisa tersenyum bahagia kembali."
Takeshi menarik napasnya dalam-dalam, pikirannya kini dipenuhi dengan sosok bajingan tengik keturunan klan II Fero. Kaneshiro Takeshi bukan tak tahu jika Marchetti adalah klan mafia di Italia. Melakukan segala tindak ilegal yang sayangnya tak terendus sedikitpun oleh pihak berwajib.
Ada sedikit kekehan kecil saat mengingat rubah kecil yang cerdik dan lincah itu. Kaneshiro Takeshi juga tak kalah buruk dari Kian Marchetti. Kaneshiro adalah keluarga yakuza yang berkuasa di Jepang. Tak ada pihak yang berani berurusan dengan keluarga Kaneshiro, jika masih ingin melihat indahnya dunia.
Takeshi sendiri adalah keturunan keempat dari Kagutsuchi-gumi—itu artinya Liliane adalah keturunan keenam keluarga Kaneshiro. Ibu Liliane, Kaneshiro Morina melarikan diri dari Jepang saat keluarga Kaneshiro mendapat serangan dari sebuah klan mafia Amerika. Ia bertemu dengan John Lakovelli dan memutuskan menikah dengan pengusaha kaya raya asal Italia itu. Menikah di usia yang cukup muda dan berujung kematian setelah melahirkan putrinya, sungguh takdir kehidupan yang tak diduga oleh siapapun.
Demi melindungi putri dan cucunya dulu, Takeshi sempat mengganti seluruh identitas diri Morina dan Liliane untuk mengindari serangan dari mafia lain. John Lakovelli tentu saja tahu identitas asli mendiang istrinya, termasuk tentang istrinya yang merupakan keturunan yakuza Jepang.
Dengan segenap jiwa dan raganya, John selalu berusaha melindungi putrinya selama ini. Oleh karena itulah Liliane selalu dijaga ketat oleh pengawal saat John tak berada di sampingnya. Untung saja Liliane tak pernah memberontak karena hal itu, dia adalah gadis penurut yang baik.
"Istirahatlah, nak. Jiisan tak akan mengganggumu lagi." Ucap Takeshi dan kembali duduk di kursinya, sementara Liliane berlalu pergi menuju kamar yang terdapat di dalam jet pribadi tersebut.
"Nakamoto Goku," panggil Takeshi pada asisten pribadinya.
Seorang lelaki asia berbadan kekar yang memakai jas hitam itu datang menghampiri Takeshi dan membungkuk hormat. "Selamat malam, Tuan. Ada yang bisa ku bantu?" Goku berbicara dengan bahasa Jepang.
"Carikan seorang pengawal perempuan terpercaya untuk menjaga cucuku. Dan juga bantu aku sembunyikan identitas asli Liliane. Seperti namanya, gantilah dengan nama Jepangnya yaitu, Kaneshiro Yuri. Ubah juga data yang lainnya, semuanya, karena musuh kita bertambah. Marchetti tak akan melepaskan cucuku begitu saja." Jelas Takeshi dengan tegas. Sorot matanya yang sudah keriput itu menajam seketika hingga membuat Goku sedikit merinding.
Goku menemani Takeshi selama sepuluh tahun belakangan ini setelah menggantikan kakak laki-lakinya yang menjadi tangan kanan Takeshi. Selama ini Goku tahu bagaimana beringasnya Takeshi yang gemar membunuh musuhnya tanpa memandang jenis kelamin maupun latar belakang. Meskipun sudah memasuki usia senja, tetapi pistol dan senapan laras panjang masih dapat dikendalikan oleh Takeshi. Pria tua itu seperti telah berteman dengan semua benda berbahaya yang dapat mencabut nyawa seseorang.
"Baik, Tuan." Balas Goku dengan penuh hormat.
Takeshi memandangi interior langit-langit pesawat. Pandangannya terlihat sulit diartikan.
"Hal apa yang membuatmu membunuh menantuku, rubah kecil?"[]
***
¹ Ojīchan (おじいちゃん) : Sebutan kakek dalam bahasa Jepang.
² Obāchan (おばあちゃん) : Sebutan nenek dalam bahasa Jepang.
seruny......
nyesel klo g baca karya ini