No action
No romansa
Masuk ke dalam novel❎
Melompati waktu karena penyesalan dan balas dendam ❎
Orang stress baru bangun✅
*****
Ini bukan kisah tentang seorang remaja di dunia modern, ini kisah pangeran tidur di dunia fantasi yang terlahir kembali saat ia tertidur, ia terlahir di dunia lain, lalu kembali bangun di dunianya.
-----------------
"Aku tidak ingin di juluki pangeran tidur! Aku tidak tidur! Kau tau itu?! Aku tidak bisa bangun karena aku berada di dunia lain!" -Lucas Ermintrude
******
Lucas tidak terima dengan julukan yang di berikan oleh penulis novel tanpa judul yang sering ia baca di dunia modern, ia juga tidak ingin mati di castil tua sendirian, dan ia juga tidak mau Bunda nya meninggal.
-------------------
"Ayah aku ingin melepaskan gelar bangsawan ku, aku ingin bebas."-Lucas Ermintrude
"Tentu saja, tidak."-Erick Hans Ermintrude
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lucapen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Tidak disangka-sangka Luciana dan Erick mengizinkan Lucas untuk pergi ke Akademi Sihir namun harus ditemani oleh Liam. Dengan senang hati Lucas setuju.
****
Hari yang ditunggu-tunggu Lucas pun tiba.
Di perjalanan menuju akademi, Lucas memandangi kota dari jendela kereta. Jalan-jalan utama dipenuhi pedagang, anak-anak yang bermain, dan rakyat jelata yang beraktivitas seperti biasa. Tapi, Lucas tahu sesuatu telah berubah. Ada ketegangan yang tak terlihat, terasa di udara.
"Aku pernah membaca bahwa kota ini akan menjadi medan perang," gumam Lucas, lebih kepada dirinya sendiri.
Liam, yang duduk di seberang Lucas, menoleh. "Apa maksud Yang Mulia?"
Lucas memiringkan kepala, mencoba memilih kata yang tepat. "Ada tanda-tanda. Pasukan bergerak diam-diam, perbatasan mulai diperebutkan. Tapi rakyat tidak menyadarinya. Mereka terlalu sibuk dengan hidup mereka, seperti biasa."
Liam menatap tuannya dengan ragu. "Mungkin itu hanya dugaan, Yang Mulia. Kita masih dalam masa damai."
Lucas hanya terkekeh kecil. "Kita lihat saja nanti."
Kereta berhenti di depan Akademi Sihir. Bangunan megah itu berdiri dengan angkuh, dikelilingi tembok tinggi dan lambang-lambang sihir kuno. Lucas turun dari kereta, tongkat kayunya tergeletak di tangan kanan, sementara Liam membantunya menyeimbangkan tubuh.
Saat memasuki gerbang, Lucas melihat siswa-siswa yang sedang berlatih. Mereka melayang-layangkan benda, menciptakan api, atau meluncurkan mantra sederhana. Lucas mengamati mereka dengan wajah datar.
"Aku heran, kenapa mereka sibuk bermain-main dengan kekuatan seperti itu, padahal dunia di luar hampir hancur," ujar Lucas pelan.
Liam tak menjawab, tapi ia menangkap rasa frustrasi di nada Lucas.
Setelah memasuki gerbang Akademi Sihir, Lucas langsung menarik perhatian. Penampilannya yang lemah, berjalan dengan tongkat sambil ditemani Liam, membuat para siswa berbisik-bisik. Sebagian dari mereka bahkan tak mengenali siapa dia.
"Kenapa mereka menatapku seperti aku barang aneh?" gumam Lucas, sedikit kesal.
"Mungkin karena Yang Mulia jarang terlihat di luar istana," jawab Liam dengan nada datar, tapi jelas mencoba menahan tawa.
Lucas hanya mendengus. Mereka melanjutkan langkahnya menuju gedung utama, tempat kantor Kepala Akademi berada. Ketika mereka tiba, seorang asisten akademi membawa mereka masuk ke sebuah ruangan luas yang penuh dengan rak buku tua dan berbagai alat sihir.
Di belakang meja besar yang penuh tumpukan dokumen, seorang pria tua dengan janggut putih tipis dan mata tajam menatap mereka. Itu adalah Kepala Akademi, Alaric Dawn.
"Yang Mulia Pangeran Lucas," sapa Alaric sambil berdiri dari kursinya. "Sebuah kehormatan menerima kunjungan Anda di Akademi kami."
"Jangan terlalu berlebihan, Kepala Akademi," balas Lucas sambil melangkah perlahan ke depan. "Aku datang hanya untuk melihat-lihat. Tapi sepertinya Akademi ini tidak jauh berbeda dari apa yang kubayangkan."
Alaric tersenyum tipis, lalu melirik ke arah Liam. "Dan ini adalah pelayan setia Anda, Liam, bukan? Saya sering mendengar tentang dedikasinya."
Liam membungkuk sopan. "Saya hanya menjalankan tugas saya, Tuan Kepala Akademi."
Lucas menatap meja Alaric yang penuh dengan dokumen dan sebuah bola kristal besar yang memancarkan cahaya redup. "Anda terlihat sibuk. Apa sedang ada masalah besar di Akademi?"
Alaric terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. "Tidak bisa dibilang masalah besar... tapi ada beberapa insiden kecil yang membuat kami khawatir. Misalnya, percobaan sihir yang gagal atau laporan aktivitas mencurigakan di sekitar kampus."
Lucas menyipitkan mata. "Aktivitas mencurigakan? Jelaskan lebih spesifik."
"Beberapa waktu lalu, ada tanda-tanda lingkaran sihir aneh di salah satu ruang latihan. Kami masih menyelidiki siapa yang bertanggung jawab. Selain itu, ada laporan siswa yang menyebutkan keberadaan simbol-simbol yang tidak dikenal di beberapa tempat," jawab Alaric dengan nada serius.
Lucas mendengar itu dengan ekspresi datar, tapi pikirannya mulai berputar. Lingkaran sihir? Simbol-simbol misterius? Ini bukan kebetulan biasa.
"Saya penasaran," kata Lucas akhirnya. "Apa Anda tidak curiga bahwa ini bisa jadi awal dari sesuatu yang lebih besar? Mungkin pengaruh dari luar Akademi?"
Alaric menatap Lucas dengan tajam. "Itu juga yang saya khawatirkan, Yang Mulia. Namun, tanpa bukti yang jelas, kami tidak bisa bertindak lebih jauh."
Lucas menyandarkan diri pada tongkatnya. "Kalau begitu, izinkan aku melihat tempat-tempat yang Anda sebutkan tadi. Mungkin aku bisa menemukan sesuatu yang terlewat."
Alaric terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Tentu saja, Yang Mulia. Tapi apakah kondisi Anda memungkinkan untuk melakukan inspeksi?"
Lucas tersenyum kecil. "Kondisiku tidak seburuk yang terlihat. Lagi pula, aku tidak akan melakukan apapun tanpa Liam."
Liam yang berdiri di belakangnya hanya menghela napas panjang. "Saya akan memastikan Yang Mulia tidak berlebihan."
Alaric tertawa kecil. "Kalau begitu, biarkan saya mengatur seorang pemandu untuk membawa Anda berkeliling."
"Tidak perlu," potong Lucas. "Cukup Liam saja yang menemaniku. Terlalu banyak orang hanya akan mengganggu."
Alaric mengangguk setuju. "Baiklah. Jika Anda menemukan sesuatu, segera beri tahu saya."
Lucas membalas dengan anggukan kecil, lalu berbalik menuju pintu. Sebelum keluar, ia sempat melirik ke arah bola kristal di meja Alaric. "Bola kristal itu... apa fungsinya?"
Alaric tersenyum. "Itu adalah alat pemantauan energi sihir di Akademi. Jika ada lonjakan energi yang tidak biasa, bola itu akan bereaksi."
Lucas mengangguk pelan. "Bagus. Pastikan alat itu tetap aktif. Kita tidak pernah tahu kapan akan ada masalah besar."
****
Di luar kantor Kepala Akademi, Lucas dan Liam berjalan menuju salah satu ruang latihan tempat lingkaran sihir aneh ditemukan.
"Jadi, Yang Mulia benar-benar tertarik dengan hal ini?" tanya Liam dengan nada heran.
"Tentu saja," jawab Lucas tanpa menoleh. "Masalah kecil seperti ini bisa menjadi awal dari bencana besar. Dan aku tidak ingin terkejut ketika bencana itu tiba."
Liam hanya mengangguk pelan. "Kalau begitu, saya akan memastikan Anda tidak terlalu lelah."
Lucas tersenyum kecil. "Jangan khawatir. Aku tidak selemah yang kau pikirkan."
"Saya tahu, tapi saya khawatir yang mulia kaisar akan marah besar bila anda kembali dengan keadaan tidak sadarkan diri," jawab Liam sembari menghela napas kasar.
"Tidak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja," jawab Lucas terlihat malas dengan kekhawatiran Liam.
"Jadi kita sekarang harus ke mana?" tanya Lucas nampak bingung harus pergi ke mana terlebih dahulu.
"Memangnya anda ingin mencari apa di sini?" tanya Liam memegang gagang pedangnya ikut bingung.
"Kita mencari informasi tentang demon," jawab Lucas mulai melangkahkan kakinya pelan.
"Demon sudah tidak ada beribu-ribu abad yang lalu, bahkan sejarah tentang mereka sudah disegel," ucap Liam berdiri di samping kanan Lucas lalu mengulurkan tangan untuk membantu pangerannya berjalan dengan benar.
Lucas menatap tangan Liam tidak acuh. "Aku bisa berjalan sendiri," ucap Lucas malas.
" .... " Liam masih mengulurkan tangannya.
"Ya! Ya! Ya!" jawab Lucas memindahkan tongkatnya ke tangan kirinya, lalu berpegangan pada tangan Liam.
"Apa anda ingin ke tempat latihan sihir dulu?" tanya Liam.
"Tidak, saya akan ke tempat latihan pedang terlebih dahulu," jawab Lucas mendesah lelah.
[TBC]