NovelToon NovelToon
Bertahan Tanpa Nafkah Suami

Bertahan Tanpa Nafkah Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Ida Nuraeni

Sudah sepantasnya kalau seorang istri menuntut nafkah pada suaminya. Namun bagaimana jika si suami sendiri yang tidak ada keinginan untuk menunaikan kewajibannya dalam menafkahi keluarga? Inilah yang dialami Hanum Pratiwi, istri dari Faisal Damiri selama 5 tahun terakhir.

Hanum memiliki seorang putra bernama Krisna Permana, yang saat ini masih kuliah di Jurusan Informatika. Tentu saja Hanum masih memerlukan biaya yang cukup banyak untuk biaya pendidikan putranya, ditambah juga untuk biaya hidup mereka sehari-hari. Hanum harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, bahkan seringkali meminjam kepada saudara dan teman-temannya. Beruntung sang anak bersedia membantu menitipkan kue di kantin, yang bisa dijadikan sumber income keluarga. Namun pendapatannya yang tak seberapa itu, hanya cukup untuk transport dan uang saku sang anak, kalaupun ada lebih untuk membeli beras.

Bagaimana Hanum bertahan dalam 5 tahun ini? Apakah kesulitan ini mengharuskannya menyerah? Lalu bagaimana

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 Peluang Tambahan Income

Seperti yang dibicarakan dengan ibunya semalam, besok paginya Faras langsung mengajukan pinjaman online di aplikasi orange. Dia bukanlah orang yang konsumtif atau pun senang berbelanja, tapi Ibunya kalau ada pembelian online selalu menggunakan accountnya. Alhasil account dia masuk kategori gold, dan itulah fasilitas tambahan dari marketplace orange. Pengajuan pinjaman langsung diapprove, tinggal menunggu ditransfer ke rekening.

Di dapur Hanum sedang membuat adonan untuk cireng beserta isiannya. Ya kemarin saat dirinya sakit, pihak kantin sudah menanyakan kapan mengirimkan tester. Semoga saja bisa lolos test food, jadi kue yang dititipkan bertambah jenisnya. Yang tentu saja bisa menambah pendapatan setiap harinya. Saat serius mencetak cireng seperti bentuk pastel, Faras menghampirinya.

"Bu, ini uangnya sudah masuk dari sho..ee. Mau langsung ditransfer ke Bu Henny kah?" tanya Faras

"Langsung transfer saja ke Bu Henny. No rekening nya ada di HP Ibu, di kontak Bu Henny. Terus bukti transfernya kirim ke dia!" instruksi Hanum tanpa menghentikan pekerjaannya.

"Alhamdulillah misi komplit. Kita bisa tenang sementara untuk masalah kontrakan. Tinggal fokus untuk ngirim tester Cireng"

"Tuh sudah ada yang Ibu goreng, cobain dulu biar bisa menjelaskan saat ditanya-tanya nanti."

Faras pun mengambil cireng yang sudah dingin, digigitnya perlahan.

"Kulitnya ini empuk dan kenyal, terus isinya juga enak. Hanya terlalu penuh isinya Bu, dikurangi saja sedikit. Terus harga jualnya ini Rp2500 ya?"

"Ya, karena untuk harga sebuah gorengan itu memang 2000 sudah termasuk mahal, berhubung isinya ayam, jadi wajar kalau kita jual dengan harga Rp2500. Kamu pernah beli juga kan? Berapaan harganya?"

"Sama Rp2500, tapi isiannya sedikit banget. Terus pas dimakan itu masih ada kriuk-kriuknya gitu"

"Kalau modelnya cireng yang digoreng saat itu, adonannya lebih keras dari ini. Jadi lembut saat masih panas, tapi saat sudah beberapa jam akan keras. Kalau cireng yang kita buat digorengnya pagi, hingga sore juga masih empuk, malah kalau digoreng lagi masih empuk juga. Kan Minggu lalu kita sudah membuktikan sendiri hasilnya"

"Iya juga, karena pas sampai kantin itu nanti tutup kotak kue dibuka dan kuenya dipajang dengan kondisi ruang terbuka. Semoga hasilnya di-ACC"

Tepat pukul 11:00 Faras berangkat untuk menyerahkan tester food ke kampusnya. ruangan tester food terpisah cukup jauh dari kantin. Setelah beres berurusan dengan petugas tester, Faras langsung pulang lagi karena hasilnya diberitahukan via wa.

Sepeninggal Faras, Hanum langsung menyiapkan isian ragout untuk roti goreng. Sengaja dibuatnya dari siang agar isian saat diisikan ke roti sudah dingin dan lebih solid. Jadi bagus bentuknya, kembung-kembung.

...🌾🌾🌾🌾🌾...

Malam ini terasa berbeda bagi Hanum, rasa kantuknya menyerang sejak habis sholat Magrib. Beruntung dia sudah menyelesaikan pembuatan roti isi tadi sore, dan sekarang roti siap goreng itu telah memenuhi kulkas. Karena rasa kantuk yang luar biasa, dia memutuskan langsung tidur selesai sholat Isya. Mungkin efek dari obat dokter juga, karena tadi Dr. Ayu bilang harus banyak istirahat, tidak boleh banyak fikiran dan harus tenang supaya kepalanya tidak sakit. Entah karena pengaruh obat atau memang Hanum yang terlalu nyenyak tidur, dia baru terbangun saat adzan Subuh berkumandang. Hanum sampai berulangkali mengucap istighfar karena sudah melewatkan qiyamullail. Dengan tubuh yang sudah lebih segar, kepala yang lebih ringan, dia mengawali pagi dengan penuh semangat. Banyak doa dan afirmasi positif yang disampaikan pada Sang Maha Kuasa, agar suasana hatinya baik hari ini.

Kembali ke rutinitas setelah libur selama 4 hari, benar-benar membangkitkan semangat yang baru. Selesai menata dagangan seperti biasanya, pekerjaan pindah ke mesin cuci yang sudah menumpuk kembali. Mesin cuci mulai berputar, dia lanjut menyapu dan mengepel.

"Bu, katanya Cireng sudah bisa mulai jualan. Hasil review cirengnya enak, isinya juga banyak, didiamkan beberapa jam juga masih empuk. Tolong dipertahankan kualitasnya" beritahu Faras sambil menunjukkan chat dari tim test food.

"Alhamdulillah.. Ya sudah beres ngejemur nanti, Ibu belanja bahannya sekalian. Kita coba sedikit saja dulu ya sambil test pasar" Hanum menyambut gembira informasi yang disampaikan anaknya.

Seharian ini Hanum terlihat lebih sibuk dari biasanya, buat ayam suwir pedas untuk isian cireng dan buat ragout, hingga menjelang ashar baru beres semua. Setelah menunaikan sholat ashar, dia kembali ke dapur untuk mengisi roti dan membuat adonan cireng.

Rupanya membuat cireng isi itu juga lumayan menyita waktu, karena adonan cirengnya memang berbeda, sehingga tidak bisa dibuat dengan cetakan mie. Jadi dia buat satu persatu untuk menjaga adonan tetap lembut. Sekitar jam 23:00 Hanum baru selesai mencetak 35 pcs cireng. Dalam benaknya karena ini penjualan perdana, jadi ingin test pasar juga. Selesaikan merapikan semua peralatan dan membersihkan dapur, Hanum melihat jam 23:30. Selama Hanum sibuk di dapur, Faras setia menemani Ibunya meskipun dia hanya duduk asyik membaca komik online.

"Lumayan masih ada waktu sekitar 2,5 jam untuk tidur. Ya Allah semoga Engkau membangunkan hamba untuk bisa tetap menunaikan qiyamullail, tidak kebablasan lagi seperti kemarin malam." ucapnya membatin.

"Hayu tidur dulu Faras! Kamu sudah sholat Isya belum? Sudahi bacanya, biarkan matanya istirahat."

"Siap. Faras sholat Isya sekarang. Ibu juga langsung istirahat ya."

Dan kedua nya beranjak menuju kamar. Hanum bersyukur kondisinya semakin terus membaik setelah berobat kemarin.

...🌾🌾🌾🌾🌾...

Kesibukan dapur Hanum sudah nampak kembali pagi ini. Kompor dua tungku tampak diisi penggorengan semua, dan Hanum sendiri sibuk mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat sarapan. Tangannya tampak sangat cekatan mengerjakan semua itu. Seperti biasanya yang bagian untuk packing dan menata kue-kue itu adalah Faisal. Kalau hari sebelumnya hanya perlu 1 box kue, tapi kali ini sudah terlihat 2 buah box kue transparan yang telah dialasi kertas roti, tisu dan kertas HVS untuk menyerap minyak. Tanpa perbincangan diantar keduanya, mereka mengerjakan pekerjaan masing-masing. Jam 7 semua kue sudah tertata rapi dan siap dibawa ke kantin. Baru tugas berikutnya beralih ke Faras untuk delivery. Kekompakan keluarga ini sudah berlangsung selama 6 bulan ini. Dan hasil penjualan yang sekitar Rp 50-70 ribu setiap harinya, yang dipakai Hanum untuk menyambung biaya sehari-hari, termasuk uang saku dan bensin motor Faras. Dengan uang segitu nggak ada lagi yang bisa Hanum sisihkan untuk membayar kontrakan rumah. Apalagi kalau sudah waktunya membeli beras dan mengisi token listrik, langsung habis. Libur buat kue, berarti tidak ada lagi uang masuk.

"Bu, kira-kira ada uang untuk beli obat Ayah? Lihat nih tangan dan kaki ayah sudah merah-merah lagi karena digaruk terus" tanya Faisal perlahan

Faisal memang punya penyakit gatal atau mungkin sejenis eksim kering. Kalau sedang kambuh, kulitnya akan sangat gatal dan memerah. Selama ini dia sangat bergantung pada salep racikan dokter, namun hampir setengah tahun ini, diakali dengan membeli salep sesuai resep dan dicampur sendiri. Kalau belinya salep racikan langsung, harganya Rp 260 ribuan dan bisa dipakai kurang lebih 1 bulan. Tetapi jika kita meracik sendiri sesuai resep hanya keluar biaya Rp 140-150 ribu untuk kuantitas yang sama.

"Ayah tahu sendiri kan, kemarin kita libur jualan saja berapa hari. Mana ada lagi uang tersisa. Untuk hal yang kecil seperti itu masa nggak bisa juga usaha sendiri" jawab Hanum datar

"Usaha apa lagi yang harus Ayah lakukan. Semuanya sudah dicoba.."

"Oh ya..? Coba beritahu ibu usaha apa yang sudah Ayah lakukan" potong Hanum sebelum Faisal melanjutkan ucapannya.

Faisal diam sesaat dan langsung berjalan masuk ke dalam

"Tinggal bilang saja nggak ada, nggak usah melebar kemana-mana ngomongnya." gerutu Faisal yang masih terdengar oleh Hanum

"Karena Ayah tidak berusaha untuk mengerti dan memahami kesulitan Ibu yang harus mengatur agar semua terpenuhi. Masih bisa tetap makan setiap hari, listrik tetap hidup, internet tetap tersambung, uang kebersihan, uang keamanan.."

"Alah sudahlah, Ibu sama Faras itu sekarang sama saja, tidak menghargai Ayah lagi karena sudah tidak memberikan uang kan" kemarahan mulai nampak di suara Faisal

"Kami bukan tidak menghargai Ayah, tapi kami tidak suka dengan sikap malas Ayah. Sebetulnya kalau Ayah tuh keluar, masih ada peluang untuk mendapatkan pekerjaan. Kalau Ibu ini bisa nyetir mobil atau mengendarai motor, Ibu sudah nekad untuk daftar jadi driver online. Bukan karena kita tidak punya mobil terus nggak bisa, bisa kita kerja sama orang lain. Tapi kan Ayah sudah antipati duluan kalau dikasih tahu" terang Hanum panjang lebar mencoba membuka fikiran suaminya.

Tak terdengar lagi suara dari Faisal, dan Hanum tahu pasti Faisal sudah kembali memakai earphone. Selalu seperti itu.. Entah harus dengan cara apalagi Hanum memberitahunya. Hanum hanya menarik nafas panjang, lalu dia menyelesaikan masakannya untuk sarapan.

Sarapan sederhana telah terhidang di meja, ada tumis pakcoy, tempe mendoan dan sambal bawang. Biasanya Hanum buat sambal kecap, tapi kali ini stok kecapnya sudah habis.

"Alhamdulillah sepertinya sarapan kita nikmat banget nih Bu" ujar Faras yang sudah kembali dari kampusnya.

"Kok tumben lama?"

"Ngobrol dulu tadi sama vendor yang lain. Sekalian ingin lihat respon pertama kali pembeli Cireng kita"

"Memang langsung ada yang beli ya?"

"Tadi kan Ibu ngasih ke Teteh yang jaganya, mereka terus mencoba dan bilang enak, cuma kurang pedes isinya bagi dia"

"Alhamdulillah, paling tidak kalau ada pembeli yang nanya, Teteh itu bisa menjelaskannya"

"Dan kalau Faras lihat, peluang Cireng ini lebih besar dari Roti goreng. Kalau pasar Roti goreng sudah sampai di titik stagnan 50-60 pcs setiap harinya. Tapi kalau gorengan itu hampir semua orang suka, jadi bisa saja nanti lebih banyak peminatnya" ucap Faras menyampaikan analisanya.

"Aamiin. Insya Allah ya Nak, mudah-mudahan ini jalan rejeki kita semua. Yang penting kita tetap semangat berikhtiar, biar Allah yang menentukan hasilnya"

"Ya sudah ayo kita sarapan dulu mumpung masih hangat. Panggil Ayahmu!"

Mereka bertiga mengambil makanan sesuai selera. Keheningan menyelimuti ruangan, karena fokus dengan makanan masing-masing. Hanum selalu menekankan pentingnya rasa bersyukur pada Faras, karena jika kita penuh rasa syukur makanan apapun akan terasa nikmat. Dia juga mengajarkan Faras untuk selalu melihat ke sudut pandang yang sebaliknya supaya kita bisa merasakan bahwa kita masih hidup jauh lebih baik dari orang lain. Kalau kita hanya punya makanan yang sederhana, fikirkanlah orang lain yang masih kesulitan untuk mendapat makanan

Allah berfirman dalam Surat Ibrahim ayat 7: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras"

Sudahkah pembaca setia bersyukur atas nikmat Allah hari ini..?

1
Nancy Nurwezia
ceritanya menarik..
Amelia Quil
Penulis hebat! Ceritanya bikin ketagihan! ❤️
Ida Nuraeni: Terimakasih kakak untuk apresiasinya🙏
total 1 replies
Ida Nuraeni
terima kasih kakak sudah mampir di karya saya
Dr DarkShimo
Gemes banget 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!