NovelToon NovelToon
Duri Dalam Daging

Duri Dalam Daging

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Dendam Kesumat
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: balqis

Sembilan tahun yang lalu mas Alfan membawa pulang seorang gadis kecil, kata suamiku Dia anak sahabatnya yang baru meninggal karena kecelakaan tunggal.Raya yang sebatang kara tidak punya sanak keluarga.
Karena itulah mas Alfan berniat mengasuhnya. Tentu saja aku menyambutnya dengan gembira. selain aku memang penyayang ank kecil, aku juga belum di takdirkan mempunyai anak.
Hanya Ibu mertuaku yang menentang keras keputusan kami itu. tapi seiring waktu ibu bisa menerima Raya.
Selama itu pula kehidupan kami adem ayem dan bahagia bersama Raya di tengah-tengah kami
Mas Alfan sangat menyayangi nya seperti anak kandungnya. begitupun aku.
Tapi di usia pernikahan kami yang ke lima belas, badai itu datang dan menerjang rumah tanggaku. berawal dari sebuah pesan aneh di ponsel mas Alfan membuat ku curiga.
Dan pada akhirnya semua misteri terbongkar. Ternyata suami dan anak ku menusukku dari belakang.
Aku terpuruk dan hancur.
Masih adakah titik terang dalam kemelut rumah tang

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon balqis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

 Aku sudah mantap ingin berpisah dengan mas Alfan. walaupun tidak bisa di ingkari itu sangat berat bagiku. dialah satu-satunya pria yang telah memberiku kebahagiaan sekaligus luka yang begitu dalam.

Aku mulai membiasakan diri melihat tingkah mereka. Seperti hari ini saat pulang dari tempat Fajar.

Mas Alfan sedang mengelus perut istrinya.

Sedangkan Raya memeluk leher mas Alfan.

Langkahku terhenti, batin ini meronta. Apakah mereka sengaja bermesraan di situ agar aku menyaksikannya.

"Maaf, ya Bu. Mata ibu harus ternoda karena melihat kita." celetuk Raya sambil tersenyum kecil.

Tak ku sangka dia bisa berkata begitu kepadaku.

Mas Alfan menghentikan aksinya.

"Kau tidak usah risau, apapun yang kalian lakukan tidak berpengaruh padaku. Tapi kalau kalian punya tata krama, sebaiknya lakukan di kamar." jawabku acuh. Aku harus terlihat tegar di depan mereka.

Ibu datang tergopoh.

"Raya...! Ibu bawakan buah mangga kesukaan mu." entah dari mana dia membawanya.

"Waah jadi ngiler. terima kasih , Nek.."

"Jangan panggil nenek lagi dong. terus anakmu besok panggil apa?" gurau perempuan tua itu.

Karena Raya akan memberinya seorang cucu sikapnya berubah drastis.

"Ibu benar, kita sudah menikah, karena itu kau harus merubah panggilan mu."

Aku yang bosan mendengar obrolan mereka melangkah ke kamar. Tapi ibu mencegahku.

"Tari, tolong bawakan ini kebelakang. Rata sedang hamil. Jadi dia tidak boleh banyak bergerak."

Semula aku tidak mengindahkannya. Tapi mas Alfan ikut memohon.

"Sekalian kupasin satu ya, Bu." Aku menghela nafas. Menatap Raya dengan jengah.

Tapi melihat senyum memohon nya itu membuatku luluh.

Tak apalah, sekedar mengupas buah saja, anggap saja ini ladang fahala.

***

Aku sangat heran melihat rame-rame di depan rumah. Setelah ku cermati, ternyata warga yang tidak terima dengan perbuatan mereka.

"Usir mereka dari lingkungan kita...,!"

"Dasar pasangan mesum." bermacam cacian dan hinaan keluar dari mulut mereka sambil melempari rumah dengan batu.

ibu sampai kewalahan menghalau mereka.

Raya menangis di belakang ibu sambil memegangi perutnya.

Warga benar-benar marah.

Lalu mas Alfan dimana?"

"Tolong bapak-bapak, ibu-ibu.. Jangan main hakim sendiri." Aku mencoba meredam keributan itu.

"Untung kau cepat datang. Sekarang jelaskan pada mereka kalau ini semua adalah kemauan mu." bisik ibu sambil menepis barang-barang yang di lempar kearahnya.

Aku sempat menolak, tapi Raya menangis histeris. Aku tidak tega melihatnya.

"Bapak-bapak, biar saya jelaskan. Semua ini memang keinginan saya. Saya tidak bisa punya nak, karena itu saya minta paa mas Alfan untuk menikah dengannya."

"Dalam agama tidak boleh menikahi anak sendiri..!"

"Raya tidak pernah kami adopsi sebagai anak angkat. Kami hanya merawatnya saja." walaupun bertentangan dengan isi hati. aku terpaksa meniru ucapan mas Alfan.

"Saya mohon. Tolong mengertilah. dia tidak bersalah."

Aku menunjuk Raya.

Satu persatu mereka meninggalkan halaman.

"Bagus.. Ini baru benar.. Lain kali kalau terjadi yang seperti tadi, kau harus melakukan yang sama." ucap ibu.

Aku mengobati tangan Ray yang berdarah karena terkena lemparan.

"Lain kali belum tentu aku sanggup melindungi mereka. bagaimanapun bau bangkai akan tersebar juga." jawabku acuh.

Raya meringis kesakitan. entah berapa usia kehamilannya saat ini. Aku ikut panik saat melihat darah merembes dari dalam roknya.

"Kau berdarah...?" seru ku kaget.

"Aduh, ada apa dengannya? Jangan sampai cucuku kenapa-napa.." pekik ibu.

Dia sibuk menghubungi mas Alfan.

"Bagaimana ini, Alfan tidak menjawab teleponku." ibu semakin bingung. Sedang Raya meraung kesakitan. saat itu tidak ada dendam di hatiku. Tang ada hanyalah tekad menolongnya.

Aku berlari mencari angkot di depan. tapi tak satupun kendaraan yang lewat. jangankan angkot ijek pun tak ada.

Nb ataku tertumpu pada motor Raya di samping rumah. Tapi sial motor itu banyak kempes.

Bagaimana ini, Raya semakin penasaran dan pucat.

Tak sengaja aku melihat gerobak kosong.

Aku angkat tubuh yang lunglai itu. Dengan gerobak itu aku bisa sampai di bidan. oleh Bidan dia di rujuk ke puskesmas.

Bajuku masih berlumuran darah saat Mas Alfan datang.

Yang membuatku kaget adakah wajah ya yang biru lebam.

"Mana Raya? Kau apakan dia? Ini pasti ulahmu menceritakan soal kami pada tetangga. Kau memang tidak pernah rela melihat kami bahagia." tuduhnya tanpa perasaan.

"Kalau sampai terjadi sesuatu pada Raya dan anak kami, aku akan bikin perhitungan." ancamnya lagi.

Aku hanya diam. malas meladeni amarah pria itu. Saat ini yang ku pikirkan adalah kesembuhan Raya. Semoga dia dan bayi nya baik-baik saja.

"Alfan.. Kenapa wajahmu seperti ini?" ibu yang baru datang langsung berseru kaget.

Dia malah melotot ke arahku.

"Ini semua gara-gara Mentari. untuk apa dia curhat pada Fajar dan Viona. Inilah akhirnya. Fajar menghajar ku habis-habisan." bukan hanya ibu, aku juga kaget mendengarnya.

Fajar menghajarnya?

"Dasar wanita bermuka dua. Di sini kau pura-pura membela Raya, tapi di lain tempat kau buat Alfan seperti ini." hardik ibu.

"A- aku juga tidak tau kalau Fajar akan melakukan ini." jawabku terbata.

"Tapi ini buktinya..." mas Alfan menatapku penuh kebencian.

Aku tidak berusaha membela diri lagi. Syukurlah Fajar memberinya pelajaran. Tapi itu tidak membuatnya sadar, malah semakin menjadi.

Aku menarik nafas lega saat dokter jaga bilang Raya baik-baik saja. Dan janinnya juga selamat.

"Untunglah kau tidak apa-apa, Ray..." mas Alfan membelai rambutnya dengan lembut.

Diam-diam aku meninggalkan tempat itu.

Tanpa sepengetahuan mas Alfan. Atas bantuan Fajar, aku menyewa pengacara untuk mengurus pembagian rumah.

"Ada apa ini?" dia kaget mendapati pengacara dan beberapa orang sedang yang mengukur rumah kami.

Ibu tidak bisa menjelaskan apapun.

"Aku sewa pengacara, rumah ini kita bagi adil." jawabku datar.

"Kenapa kau tidak mengabari ku terlebih dulu..? Ini tidak sah..!" teriaknya emosi.

"Teruskan saja, pak. kita sudah melewati prosedur." tiba-tiba Fajar muncul di situ membuat mas Alfan semakin berang.

"Kau? Kau berani muncul disini? Ini urusan keluarga. Kau tidak ada hubungannya. Dasar tidak tahu tata Krama..!" hardik nya gusar.

"Kau sendiri sudah melanggar tata krama. Untuk apa aku merasa sungkan." jawaban Fajar membuat ya mengusap wajah.

"Mulai sekarang aku yang akan melindungi Mentari. Jadi jangan kira dia sendirian." ucap Fajar menantangnya.

Rahang mas Alfan terlihat mengeras dengan tangan mengepal. Itu pertanda dia sangat marah.

"Ayo, Nak. Dia sudah melecehkan mu. Dia berani menghina mu di rumahmu sendiri." Ibu mencoba memanas-manasi mas Alfan.

"Ibu jangan lupa, ini juga rumahku. Aku berhak mengundang siapapun termasuk Fajar." jawabku tegas.

Fajar menatapku dan tersenyum.

Memang dia yang mengajariku untuk tegar dan melawan ke tidak adilan mereka.

Semua pembagian itu sudah selesai. Aku mendapat sebagian dari rumah itu. pembatasnya hanyalah sebuah garis putih di tengah.

"Nah, Tari, sekarang kau bisa tenang. Kau tidak menumpang lagi di sini. Kau punya hak yang sama dengan mereka. Jadi jangan takut. Kalau ada sesuatu telpon aku dan Viona." ucap Fajar. Hal itu membuat Mas Alfan, ibu dan Raya menarik nafas.

1
cinta semu
mentari ibarat kata keluar dari kandang macan masuk sarang buaya😧😜dah tau fajar ada istri ..mana Wanda dpt dukungan dari mertua ...kok mau2 ny menikah dgn fajar ...u mengudang badai mentari ...
Devi ana Safara Aldiva: ceritanya seperti sinetron Indosiar versi tulisan
Machmudah: bener kak, ndak Tau may dibawa kemana mentari sm si othor, judul nya duri dlm daging msh cocok dgn cerita nya alfan raya mentari
total 2 replies
Ira
Ada ya wanita menjijikan kyk mentari .. Dia korban suami nikah lg.. Trs dia nikah sama suami orang.. Apa bedanya dia dgn mantannya ..
Machmudah
pgn Tau ending nya aja Thor.
balqis: sabar ya😊
total 1 replies
cinta semu
kalo tari mau menikah sm fajar ...sm artinya membangun derita ny sendiri ...g ada alasan ada dua ratu ..awal ny aja semua terlihat baik tp selanjutnya pasti ada yg terluka
cinta semu
bagus
Anonymous
Ini cerita bodoh sakit di bikin sendiri
Machmudah
seru thor
Syahid cha
bagus
Syahid cha
menantang kayaknya
Machmudah
semoga ceritanya bkn ttg anak angkat berkhianat dgn bpk angkat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!