Cerita ini hanya fiktif belaka, hasil kehaluan yang hakiki dari Author gabut. Silahkan tinggalkan jejak jempol setelah membaca dan kasih bintang lima biar karya ini melesat pesat. Percayalah Author tanpa Readers hanyalah butiran debu.
Siti dan Gandhi tetiba menjadi pasangan nikah dadakan, karena Siti menghindar perjodohan dari sang ayah yang akan di pindah tugas keluar Pulau.
Sebelumnya Siti sudah punya kekasih, tetapi belum siap untuk menikahinya. Jadilah Gandhi yang bersedia di bayar untuk menjadi suami pura-pura hingga Arka siap meminang Siti.
Isi rumah tangga Siti dan Gandhi tentu saja random, isi obrolan mereka hanya tentang kapan cerai di setiap harinya.
Mari kita simak bagaimana akhir rumah tangga Siti dan Gandhi yang sejak awal berniat bercerai. Apakah sungguh berpisah atau malah bucin akut?
Happy Reading All
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8 : APES BANGET
Gandhi dan Siti memang hanya beberapa menit yang lalu saja berkenalan, tetapi keduanya sudah terlibat dalam obrolan absurd penuh canda juga serius. Entah apa yang ada dalam pikiran Gandhi menilai Siti, pun Siti. Entah apa yang ada dalam kepalanya senyaman itu curhat sembarangan dengan orang baru.
“Ya cinta lah, kami pacaran sudah lewat tiga tahun kok.” Bela Siti tentang hubungannya dengan Arka.
“Nah, kalo udah tiga tahun, kenapa kalian gak nikah aja. Udah cocok pasti.”
“Dia gak mau kami cepet nikah. Blom siap secara finansial katanya.”
“Kalo lakinya gak siap jangan di paksa, nanti kamunya tersiksa.” Gandhi mengingatkan. Siti menarik nafas dalam-dalam.
“Kalo nikah sama aku aja gimana?” tawar Gandhi persis kayak nawarin gorengan.
“Bercanda, kamu siapa?” kekeh Siti heran dengan tawaran Gandhi.
“Aku Gandhi Hirawan. Mahasisa Fakultas Hukum yang baru selesai sidang Skripsi.” Lagi, Gandhi mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Siti.
“Yakin kamu mahasiswa fakultas Hukum, badan aja tatoan gitu, preman kali?” ledek Siti tak percaya.
“Emang ada aturan mahasiswa fakultas hukum gak boleh tatoan. Mau jadi polisi kali yang gak boleh tatoan.” Kekeh Gandhi menanggapi ledekan Siti.
“Wait, kamu bukan polisi kan?” tanya Siti lagi.
“Mang napa?”
“Papa ku mau banget punya menantu Polisi, tapi aku gak suka ah. Makanya aku yakin besok kalo di jodohkan pasti deh sama Polisi. Huh, malas banget.”
“Kamu anak Polisi?” tanya Gandhi.
“Hm... iya. Mama juga dulu Polwan. Aku juga sempat di suruh masuk itu. Tapi aku gak suka.”
“Mamamu dulu Polwan, sekarang?”
“IRT, ngikut terus kemana papa pindah tugas, perasaan baru 5 tahun terakhir deh kami bisa menetap dengan tenang di kota ini. Sebelumnya ku harus adaptasi terus jadi anak baru. Itu yang buat aku gak suka.” Terang Siti lancer kayak jalan TOL.
“Oh gitu. Jadi gimana tawaranku jadi suami kamu?” tanya Gandhi lagi.
“Tapi aku gak kenal kamu.”
“Kan kita sudah 2 kali kenalan, artinya kamu udah kenal aku, udah sayang juga kan?” desak Gandhi absurd.
“Apaan sih?”
“Tak kenal maka tak sayang, kalo udah kenal ya pasti sayang dong.” Buset, ternyata senyum Gandhi manis juga, di sertai alisnya yang di buat turun naik bergantian.
“Gak gitu konsepnya.” Cemberut Siti.
“Pacar kamu siap nikanya kapan?” tanya Gandhi lagi.
“Kami boleh bahas tentang nikah, tunggu aku selesai kuliah.”
“Sekarang semester berapa?”
“Udah naik judul sih.”
“Oh… paling 6 bulan beres itu. Ya minta waktu sampai kamu lulus kuliah lah nikanya sama mama papa kamu.”
“Gak mungkin di setujui, papa tuh gak bisa di bantah Gan.”
“Ya ku gak bisa banyak bantu kalo gitu.” Ujar Gandhi yang terlihat tulus ingin membatu Siti.
“Bentar. Gimana kalo kita nikah pura-pura aja Gan. Sementara sampai Arka siap, kita cerai deh.” Tetiba aja Siti mendapat ide cemerlang.
“Nikah pura-pura, gimana konsepnya?”
“Ya, kan mama papa tuh ngebet banget ku harus nikah sebelum mereka pindah. Sedangkan Arka bukannya ngelamar malah milih putus sama aku. Jadi kita …”
“Woh, jadi kamu baru aja di putusin Arka?” Gandhi baru ngeh ternyata.
“Iya Gan, makanya ku stress banget.”
“Ha … ha … di desak nikah, malah di campakkan. Kesian beet sih jadi kamu.” Gandhi menertawai Siti sampai guling-guling, merasa lucu dengan nasib cewek teman barunya itu yang menurutnya cukup apes.
BERSAMBUNG …
Gimana udah betah belum nih, di sini?
Jempol, mawar tebarkanlah
makasih
Hanya ibadahnya belum lengkap aja
ujan ujan gitu, mknya cakit/Grin//Grin/
🏃🏃🏃🏃🏃🏃
Keren kok alurnya