"Mencintaimu dengan Tulus: Kisah Cinta LDR"
Matara Vega Sakti dan Sherina Ayesha Wicaksono, dua mahasiswa semester satu yang menjalin cinta di tengah jarak. Mereka berbagi impian, harapan, dan tawa. Namun, ketika Sherina pulang ke Indonesia untuk liburan semester, perasaan cemburu Vega mulai menggerogoti hubungan mereka.
Konflik memuncak ketika Vega menemukan Sherina dekat dengan teman lamanya. Kesalahpahaman dan kecurigaan membuat hubungan mereka goyah. Apakah cinta mereka cukup kuat untuk menahan badai?
Di tengah kebimbangan dan kesulitan, Vega dan Sherina harus memilih antara memperbaiki hubungan atau berpisah. Akankah mereka menemukan jalan kembali ke pelukan each other?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LYS Halaman 24
Kediaman Wicaksono.
"Sherina, keluar Sayang. Kita bicara diruang tengah yuk!" panggil Citra, sembari mengetuk pintu kamar Sherina. "Ini juga hampir waktunya makan siang," kata Citra lagi.
Didalam kamar, Sherina beranjak dari kasur dia membuka pintu. "Baiklah, Ma. Setelah makan siang aku ingin bertemu dengan Ari,"
"Mengapa bertemu Ari, Sherina? Bukankah kamu sedang dalam masalah juga karena dia." kata Citra, dia kurang setuju dengan niat Sherina yang ingin bertemu dengan Ari. "Bagaimana jika Vega melihatmu sedang bersama Ari lagi? Menurut Mama itu tidaklah baik Sherina, jangan memperkeruh keadaan,"
Citra tidak ingin hubungan Sherina dan Vega semakin renggang biar bagaimanapun juga Citra masih melihat ada cinta yang besar diantara mereka berdua, hanya saja mereka berdua masih sama-sama labil dan perlu waktu untuk menyelesaikan masalah yang tengah mereka hadapi.
Sherina menghela. "Aku tidak peduli Ma, Vega keras Kepala dia tidak ingin mendengarkan penjelasan dariku lebih dulu. Bahkan, dia mengusir dan berkata telah melepaskan aku," kata Sherina, dia sangat sakit jika mengingat perkataan itu, tidak ingin berbohong sebenarnya Sherina masih sangatlah mencintai Vega.
"Sherina, kamu tidak boleh bersikap seperti itu. Vega mengatakan itu karena dalam pengaruh emosi, kalian tidak boleh mengambil keputusan dalam keadaan marah, atau kalian berdua akan sama-sama menyesal nantinya. Mama tidak ingin kalian berdua merasakan itu," Citra berusaha membuat Sherina paham supaya hubungannya dengan Vega kembali seperti semula.
Sherina menggeleng dia tidak tahu harus bersikap bagaimana dan seperti apa. Kali ini dia tidak bisa berpikir. "Ari terluka karena Vega Ma, tidak mungkin jika aku tidak menjenguknya." kata Sherina, dia bersikukuh untuk mengunjungi Ari dan melihat keadaannya seperti apa. Sherina berharap Ari baik-baik saja.
Citra menghela. "Baiklah, terserah kamu saja." kata Citra, dan mereka berdua menuju ruang tengah.
Sementara dikamar Vega, Wasa tiba-tiba menemukan ide cemerlang. Dia menatap teman yang lain lalu Wasa berbisik ditelinga Vario.
Vario tersenyum ketika Wasa membisikan rencananya untuk membantu memperbaiki hubungan Vega dan Sherina.
"Veg, Aku boleh pinjam ponselmu?" tanya Vario, menatap Vega yang masih sedih.
Vega mengangguk dan mengulurkan ponselnya pada Vario. "Untuk apa?" tanyanya.
Vario tersenyum setelah melirik Wasa sekilas. "Data habis, Mama belum kirim uang hehe," kata Vario, berbohong.
Vega berdecak tapi memilih tak terlalu memikirkannya dia masih sedih dengan apa yang baru saja terjadi. Kini, hatinya mulai terasa bimbang. Apakah keputusannya sudah benar ataukah justru melakukan kesalahan.
Vario menatap layar ponsel Vega dengan serius. Entah apa yang tengah dia lakukan, setelah itu dia menatap Wasa mereka berdua mengangguk bersamaan.
"Terima kasih, Veg," kata Vario, mengembalikan ponsel pada Vega.
Vega menerima dan meletakannya diatas nakas, dia kembali merenung.
Wasa melihat ponselnya lalu tersenyum saat dia telah berhasil mengirim pesan pada seseorang. "Veg, nanti malam kita keluar yuk! Ke pantai," ajaknya, antusias.
Vega menghela, disaat sedang sedih seperti ini Wasa malah mengajaknya keluar. Tapi ide Wasa tidak terlalu buruk. "Baiklah, Aku ikut kalian,"
Wasa menatap Suzu dan Supra mereka bertatapan seolah berbicara melalui mata. "Veg, sampai ketemu nanti malam. Kami pulang dulu ingat jangan sedih terus," kata Suzu menepuk bahu Vega.
"Hm," kata Vega tak semangat.
Setelah pamit pada Vega, Wasa, Suzu, Supra, dan Vario keluar dari kamar Vega. Mereka sempat bertemu dengan Anton dan Marina yang tengah menatap laptop diruang tamu, mungkin mereka tengah bekerja dari rumah. Mereka berempat juga pamit pada kedua orang tua Vega.
"Terima kasih karena kalian telah menemui, Vega. Semoga kedatangan kalian membuat dia bisa berpikir jernih." kata Anton.
"Sama-sama, Om. Semoga seperti itu." jawab Supra mewakili teman-temannya.
......................................
Dilain sisi, Sherina telah sampai didepan apartement Ari. Dia sudah memberitahu pada Ari bahwa dia akan berkunjung. Tidak lama pintu apartemen terbuka dan Ari muncul dari sana.
Ari menatap Sherina. "Ayo masuk," Ari membuka pintu apartemen dengan lebar agar memudahkan Sherina masuk.
"Terima kasih, Ar," kata Sherina, lalu keduanya masuk lebih dalam dan Ari mempersilahkan Sherina duduk diruang tamu.
Setelah Sherina duduk, Ari masuk ruang dapur dan tidak lama dia kembali dengan membawa dua gelas minuman dan satu piring camilan. Ari meletakannya diatas meja depan Sherina.
"Kenapa datang kemari? Aku tidak ingin kekasihmu memukuliku lagi. Ini masih cukup sakit," kata Ari, sambil duduk disofa yang berhadapan dengan Sherina.
"Maafkan aku dan Vega, Ari. Aku kemari hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja." ~ Sherina.
Ari tersenyum dan mengangguk. "Aku baik-baik saja, Sherina. Terima kasih sudah memikirkan aku dan aku sudah memaafkan kekasihmu itu."
Sherina mengambil gelas minuman dan meminumnya. "Aku khawatir kamu kenapa-napa karena Vega memukulmu terlalu keras."
Ari menggelengkan kepala. "Jangan khawatir, Sherina. Aku tidak apa-apa aku hanya berharap kejadian itu takkan terulang kembali."
Sherina tersenyum tipis dan mengangguk. "Aku juga berharap seperti itu." kata Sherina, namun wajahnya berubah sendu.
Mereka berdua diam sejenak, menikmati minuman dan camilan. Lalu, Ari berbicara.
"Sherina, aku ingin bertanya sesuatu."
Sherina mengangguk. "Apa, Ar?"
Ari menatap Sherina dengan serius. "Bagaimana pertunanganmu?" tanya Ari, karena saat bertemu tadi pagi Sherina sempat berbicara dia akan bertunangan hari ini.
Sherina terkejut dengan pertanyaan Ari. Dia tidak menyangka bahwa Ari akan bertanya seperti itu.
"Batal," kata Sherina, dengan suara yang lirih dan sedih.
Ari terkejut. "Gara-gara Aku? Maaf, Sherina. Aku tidak bermaksud." Ari sangat tidak menyangka jika pertunangan Sherina dan Vega batal karena kejadian pagi tadi.
Sherina menghela napas. "Aku tidak tahu itu salah siapa, Ar. Aku masih mencintai Vega, tapi aku tidak tahu apakah aku masih bisa bersamanya atau tidak." curhatnya.
Ari menatap Sherina lekat. "Kenapa kamu berpikir seperti itu, Sherina? Ayo ceritakan padaku,"
Sherina mengangguk. "Aku sudah berusaha ingin menceritakan kejadian tadi pagi kenapa aku bisa bersamamu, Ar. Tapi Vega tidak ingin mendengarkan aku, dia keras kepala dia hanya mementingkan dirinya sendiri dia egois dia tidak memahami perasaan aku dan tadi dia berkata telah melepaskan aku Ar, aku sakit hati Vega bersikap seperti itu,"
Sherina tidak kuasa menahan tangis dia kembali terisak mengingat kejadian dikamar Vega saat dia mengatakan telah melepaskannya perkataan tersebut benar-benar sangat menyakiti perasaannya.
Ari merasa kasihan pada Sherina tapi dia memilih diam memberi waktu pada Sherina untuk meluapkan kesedihannya.
"Melepaskan, itu sama saja dengan putus kan, Ar?" Sherina kembali berbicara setelah puas menangis.
Ari berpindah duduk didekat Sherina, dia membawa Sherina dalam pelukan.