Merebut Cinta Suamimu

"Aku sebesar ini tapi tak terlihat. Sama sekali tak kalian anggap."

Reagan melirik sahabatnya yang tadinya berdiri kini sudah duduk kembali di sofa. Lucas tengah menggerutu.

"Kau tahu? Kau seperti remaja yang tengah puber, Rey," lanjut Lucas atas sikap Reagan. Sahabatnya itu sama sekali tidak bisa menyembunyikan rasa ketertarikannya terhadap Amanda. Lucas sangat bisa melihat ada cinta di mata pria yang merupakan atasannya itu.

"Benarkah?" tanya Reagan langsung pada Lucas yang kembali memperhatikan dirinya. "Itu artinya aku masih terlihat muda."

Kedua alis Lucas terangkat ketika mencoba memahami perkataan Reagan.

"Kau dengar itu, Sayang? Lucas bilang aku terlihat lebih muda."

Amanda hanya tersenyum kecil. Reagan masih saja ingin berdebat masalah perbedaan usia mereka yang hanya terpaut tiga tahun.

"Apa yang kau katakan barusan?" tanya Lucas cepat.

"Aku terlihat muda," ucap Reagan. Ia memperhatikan Lucas yang sudah berdiri kembali dengan wajah yang tercengang. Ada apa dengan sahabatnya itu?

"Bukan itu. Kau baru saja menyebutnya Sayang?"

"Hmm. Bukankah itu panggilan yang wajar untuk sepasang kekasih? Kau jangan berlebihan, Luc," kata Reagan ketika menanggapi ekspresi Lucas yang begitu terkejut.

"Kau yang jangan berlebihan, Sialan! Istrimu baru saja beranjak dari ruangan ini." Lucas meraih bantal sofa untuk melempar Reagan yang langsung menghindar seraya tertawa. Lucas tak habis pikir dengan tindakan Reagan. Berani sekali pria itu, bagaimana jika Selena mendengar dan mengetahui hubungan Reagan dan Amanda.

Huft! Reagan yang menjalin hubungan terlarang, tapi malah Lucas yang dibuat tidak tenang. Sahabatnya itu begitu berani menempuh jalan yang beresiko.

*

*

*

Selena membawa jas Reagan keluar dari ruangan suaminya. Wanita itu memang langsung menurut ketika Reagan meminta ia untuk membersihkan noda kopi tersebut, tapi itu bukan berarti Selena akan turun tangan sendiri.

Sangat tidak mungkin, itu bukanlah dirinya. Selena adalah putri mahkota keluarga Carson. Ia takkan bisa dan takkan mau membersihkan sesuatu, termasuk jas Reagan yang kini ada di tangannya. Ia bisa memberi perintah pada orang lain untuk melakukan hal itu. Dan kini Selena tengah mencari orang yang tepat.

Selena membawa langkahnya menuju ruangan office girl. Ia sedang mencari seseorang yang bisa membersihkan jas Reagan.

"Di mana Bilun?" Suara Selena mengambil alih perhatian beberapa office girl yang ada di ruangan. "Kalian tidak mendengarku? Di mana bibi Luna?" Selena melotot pada beberapa office girl yang didominasi dengan wajah-wajah baru itu. Lambat sekali mereka menjawab pertanyaan, membuat Selena kesal saja.

Selena mengikuti arah yang ditunjuk salah satu office girl. Ruang ganti. Bibi Luna tengah berganti pakaian.

"Dasar wanita bisu! Bisa-bisanya kau diterima bekerja di sini," sarkas Selena seraya langsung masuk ke dalam ruangan dan menuju ruang ganti untuk mencari bibi Luna.

Sedangkan office girl yang memang merupakan karyawan baru itu hanya bisa menatap Selena bingung. Ia beralih pada teman-temannya yang kompak menggeleng dan setelahnya mereka memilih keluar dari ruangan untuk segera memulai pekerjaan.

"Bibi Luna?!"

Salah satu pintu ruang ganti langsung terbuka bertepatan dengan suara keras Selena. Bibi Luna terkejut akan keberadaan wanita yang merupakan istri dari pemilik perusahaan.

"Nyonya Selena?" Bibi Luna langsung mendekat. Ia sudah berganti dengan seragam office girl. Di tangannya masih memegang pakaian sebelumnya, bibi Luna belum menyimpannya di dalam loker. "Kenapa Nyonya di sini? Nyonya bisa menghubungi kami jika memerlukan sesuatu."

Selena mendengus, ia segera menyerahkan jas suaminya yang langsung disambut bibi Luna.

"Bersihkan itu. Reagan masih ingin mengenakan jasnya."

Bibi Luna lekas memeriksanya dan bisa menemukan noda kopi yang cukup banyak di bagian belakang jas. Kenapa bisa sampai seperti ini? tanya bibi Luna dalam benaknya ketika memperhatikan jas bosnya tersebut.

"Jangan ditatap saja. Cepat bersihkan! Aku akan menunggunya di sini!"

Bibi Luna seketika langsung mengangguk. Ia sedikit menunduk pada Selena, dan sebelum membersihkan jas itu, bibi Luna terlebih dahulu menuju loker yang tak jauh dari sana untuk meletakkan pakaiannya.

Selena yang memang masih berdiri di sana refleks mengikuti pergerakan bibi Luna. Tatapan wanita itu sama sekali tidak ada ramah-ramahnya.

"Saya akan segera membersihkannya, Nyonya. Nyonya bisa menunggu dengan duduk di pantry."

Selena tak perduli dengan perkataan bibi Luna. Ia kembali meminta pada wanita paruh baya yang merupakan office girl senior di perusahaan itu untuk segera membersihkan jas Reagan. Selena juga enggan berada di ruangan ini terlalu lama.

"Baik Nyonya." Bibi Luna langsung beranjak dari hadapan Selena. Meninggalkan lebih dulu istri dari pemilik perusahaan itu yang sudah memasang wajah kesal.

"Dasar lamban!" dengus Selena. Ia ingin berlalu dari ruangan ganti para office girl, namun netranya malah menemukan sesuatu yang berhasil mencuri perhatiannya.

Selena mendekat pada sebuah loker. Dahinya mengerut dengan tangan yang terangkat demi menyentuh sedikit helaian kain yang terjepit.

Netranya menatap nyalang dan seketika menyentak apa yang saat ini tengah ia genggam erat. Sial! Loker ini terkunci! Pakaian ini, Selena pernah melihat pakaian ini! Dengan napas yang sudah memburu wanita itu segera meraih tasnya. Ia mencari foto-foto itu. Foto-foto yang menangkap wanita liar yang menggoda suaminya.

Selena menemukannya dan segera kembali berdiri di hadapan loker, ia menggenggam kembali ujung pakaian itu dan menatap berulang kali pada foto yang berada di tangannya yang lain.

"Brengsek!"