Dunia Tempat Kamu Berada

Chapter 8: Start

Sebulan penuh waktu yang diperlukan untuk menyiapkan program perdana Yayasan Muda Berguna dengan menggandeng Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Bawera. Mengusung tema wirausaha muda Bawera, program ini akan memiliki serangkaian kegiatan untuk mendukung pemuda Kabupaten Bawera berwirausaha. Dengan sifat kepesertaan yang tidak terikat antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain. Jadi akan selalu ada sesi perekrutan peserta untuk setiap kegiatan yang akan berlangsung.

Sebagai pembuka, kami dari YMB memutuskan untuk mengadakan sosialisasi bertajuk ‘Memantik Jiwa Wirausaha Dalam Diri’. Dengan target 2000 peserta yang akan terbagi dalam 4 batch karena keterbatasan ruang, juga agar peserta lebih fokus dalam mengikuti acara.

Saat ini aku berada di salah satu meeting room Bawera Hotel yang dijadikan lounge bagi narasumber yang akan mengisi kegiatan pagi ini. Semua yang akan mengisi acara hari ini sudah hadir di ruangan ini, kecuali seorang keynote speaker yang seharusnya membuka rangkaian acara wirausaha muda ini juga.

“Mas Satya belum hadir?” bisikku pada Renata yang bertugas mendampingiku memastikan acara ini berjalan lancar.

Renata menggeleng. “Sepertinya akan diwakili Pak Kadis Disbudpar, Mbak. Ini tadi ada info dari ADCnya Mas Bupati kalau beliau ga bisa hadir karena ada pertemuan lain. Key speech nya ntar dikirim gitu mbak. ”

Aku mengerutkan kening kesal. “Kemarin ADCnya sudah konfirmasi kalau bisa hadir kan?”

“Iya…” Renata meringis. “Pejabat emang susah dipegang waktunya, Mbak. Ada aja kegiatannya.”

Aku mendecak kesal. Sedikit menyingkir ke pojokan, aku langsung mengeluarkan smartphoneku untuk mengkonfrontasi Mas Satya secara langsung.

“Mas, kamu mau ingkar janji sama aku ya?” tembakku langsung begitu teleponnya terangkat.

“Ingkar janji?” tanya Mas Satya dari seberang telepon kebingungan. “Ada apa, Sayang?”

“Ga usah-usah sayang-sayang kalau ga bisa nepati janji.” ketusku menahan kesal.

“Kalau gabisa nepati janji ya jangan janji-janji.” lanjutku lagi.

“Janji apa, Sayang? Jangan kesal-kesal dulu… Tenang aja, Mas ga akan ingkar janji. Coba cerita, kenapa?” bujuk Mas Satya.

Rasa kesalku yang sempat memuncak langsung meluruh mendengar suara halus Mas Satya membujukku.

“Mas Satya kan udah janji bakalan hadir di pembukaan program wirausaha muda Bawera hari ini. Kemarin juga YMB udah kirim undangan resmi buat jadi keynote speaker ke kantornya Mas juga. Sudah dikonfirmasi bisa hadir juga. Kenapa pagi ini tiba-tiba ADCnya Mas Satya bilang ga bisa hadir, malah mau ngirimin video key speech nya aja.” gerutuku.

“Jam berapa, Sayang? Acaranya,” tanyanya.

“Sekarang.”

Samar-samar terdengar suara Mas Satya yang mengomel entah kepada siapa.

“Oke, Mas kesana sekarang juga. Ditunggu ya.”

“Jangan lama-lama.” kataku.

Kuhampiri Renata yang masih setia berdiri di tempat semula menungguku.

“Gimana, Mbak? Rundown nya jadi diubah?” tanyanya.

Aku menggeleng. “Ga perlu. Mas Satya bisa datang.”

Renata tersenyum menggoda. “Kalau yang minta pacarnya gitu langsung di acc yaa.”

Aku menahan senyum. “Kan sebelumnya udah janji… Kita juga udah announce ke peserta hari ini kalau keynote speaker nya Mas Bupati langsung. Ga mau lah aku, kalau YMB dianggap ingkar janji ke peserta.”

Renata tertawa. “The power of lovebird. Bucin juga ternyata Mas Bupati kita itu kalau punya pasangan?”

Aku ikut tertawa. “Dinikmati aja privilege nya. Dah, kamu minta yang lain segera siap-siap. Biar pas Mas Satya datang bisa langsung dimulai.”

Setelah Renata keluar untuk memberitahu panitia yang lain, aku juga meminta para narasumber yang ada di ruangan ini untuk segera bersiap masuk ke ballroom tempat acara pembukaan berlangsung.

Tak lama Arabella masuk ke dalam ruangan untuk menginformasikan kedatangan beberapa ajudan Bupati. Ia memandu kami untuk masuk ke lokasi acara sekarang untuk menghindari keramaian karena kedatangan Bupati sesaat lagi, juga agar acara bisa segera dimulai.

Memasuki ballroom, tampak para pemuda yang menjadi peserta duduk rapi memenuhi kursi yang telah disediakan. Semua tampak seragam memakai baju batik yang sudah menjadi dresscode tak tertulis untuk berbagai acara resmi di Kabupaten Bawera ini.

Dan kali ini aku sudah tidak merasa salah kostum lagi. Blazer semi kasual dengan corak batik kawung dipadukan dengan celana panjang warna hitam. Pilihan yang cukup pas untuk menunjukkan energisitas kaum muda, tanpa meninggalkan budayanya.

Baru sebentar kami duduk di kursi tamu yang berada di baris paling depan, pintu masuk kembali terbuka. Memperlihatkan Mas Satya yang berjalan masuk diikuti beberapa ajudannya di belakang. Membuat kami yang sebelumnya duduk, berdiri kembali untuk menyambut beliau sang kepala daerah.

Bergantian kami menyalami Mas Satya sembari mengobrol sedikit menanyakan kabar.

Dan kehebohan langsung terjadi ketika tiba giliranku untuk bersalaman dengannya. Karena Mas Satya langsung menarikku mendekat untuk bersalaman sekaligus bercipika-cipiki.

“Sudah tadi mau ingkar janji, sekarang malah mau bikin heboh satu kabupaten.” bisikku.

Mas Satya terkekeh. “Kan ga ada kesepakatan mau rahasia-rahasiaan.”

Setelah saling menyatakan perasaan di apartemennya beberapa hari yang lalu, kami berdua sepakat untuk menjalin hubungan. Menjadi sepasang kekasih yang tidak berniat menyembunyikan statusnya masing-masing. Tapi ya tidak mengumbarnya secara berlebihan di hadapan publik. Mengingat jabatannya sebagai bupati yang membawa nama baik daerah pimpinannya.

Apalagi dari keluarga kami berdua belum ada yang mengetahui komitmen kami kedepannya.

“...Bukan tanpa alasan Yayasan Muda Berguna ini menjadikan Bawera sebagai kantor pusatnya. Setelah melalui riset yang cukup panjang, ternyata Bawera ini memiliki banyak pemuda berpotensi yang bisa didampingi untuk menjadi lebih sukses lagi kedepannya. Terutama dari kabupaten Bawera…”

Pidato sambutan yang kuberikan sebagai pendiri YMB lebih menekankan pada potensi dari para pemuda Bawera yang menjanjikan untuk sukses kedepannya apabila sudah dipoles dengan baik sejak dini. Tentu saja aku juga memperkenalkan visi-misi dibentuknya YMB yang masih sangat awam di kalangan masyarakat.

Tiba giliran Mas Satya naik ke panggung untuk memberikan sambutannya sebagai Bupati yang akan dilanjut dengan pembukaan program Wirausaha Muda Bawera. Sorak suara heboh terdengar dari para peserta dengan kehadiran kepala daerah idola mereka secara langsung di tempat ini.

Mas Satya mengumbar senyumnya di atas panggung untuk menyapa tamu-tamu yang telah hadir di acara ini. Terlihat sangat manis dan begitu tampan. Sepertinya aku harus menegur dirinya untuk tidak menebar pesona sembarangan jika masih ingin menjadi kekasihku.

“Duh… jadi warga Bawera jangan keliatan norak kalau di depan investor dong. Kaya habis ketemu artis aja kalian ini.”

Mas Satya membuka pidatonya dengan memberi teguran bercanda yang disambut berbagai sahutan khas anak muda dari para peserta yang hadir.

“Lebih sulit buat ketemu sama Mas Bupati daripada ketemu artis.”

“Mas Bupati gantengnya kelewat maksimal, artis aja kalah.”

“Ga ada artis yang setampan Mas Bupati.”

Mas Satya tertawa mendengar celetukan-celetukan yang dilempar warga mudanya.

“Kalian ini pada bilang gitu emang mau muji saya atau gimana? Investornya bisa-bisa mikir saya ini Bupati yang sombong dan sulit ditemui warganya.”

Sontak terdengar derai tawa yang seragam dari para peserta karena celetukan Bupati mereka tercinta. Membuatku menatap Mas Satya dengan penuh kekaguman karena ia bisa menempatkan dirinya dengan tepat di hadapan para peserta yang masih berusia muda ini.

“... Sebenarnya dengan tanpa riset pun saya tahu, kalau pemuda-pemuda Bawera ini merupakan bibit-bibit potensial bagi Indonesia Emas. Tapi saya juga bersyukur masih ada pemuda yang begitu peduli dengan kemajuan teman sebayanya, seperti Mbak Kalila ini. Jadi tanggung jawab saya memajukan anak muda di Bawera ini menjadi sangat terbantu.”

“Nah, nah, mulai tuh yang cowok-cowok, pada senyum-senyum setelah tahu Mbak Kalila masih seumuran.” tunjuk Mas Satya pada beberapa pemuda yang semakin nyengir mendengar celetukannya.

“Inget ya.. Sebelum tanya mbaknya masih single atau ga, upgrade dulu kualitas dirinya dengan ikut kegiatan wirausaha muda Bawera secara bersungguh-sungguh. Masak ceweknya udah bisa bikin acara sebegininya, yang cowok tetep sebegitunya? Yang mau daftar antri banyak, saya pun juga berminat.”

Aku melotot mendengar gurauannya yang disambut sahutan menggoda dari para peserta. “Berminat ikut Wirausaha Muda Bawera, maksudnya…” lanjutnya meredakan kehebohan yang diciptakannya.

“Cukup sekian saja yang dapat saya sampaikan. Ikuti seluruh kegiatan ini dengan bersungguh-sungguh. Patuhi peraturan yang ada. Ingat, bolehnya update acara ini di sosmed pas udah hari terakhir yaa. Biarin aja follower kalian yang ga ikut acara ini penasaran sendiri dulu. Kalau kalian dah mahir, baru deh pamer. Biar yang lain pada daftar di batch berikutnya.” tutupnya.

Dan, program Wirausaha Muda Bawera ini resmi dibuka.