Monika (23), seorang aktris multitalenta dengan karier gemilang, harus menghadapi akhir hidupnya secara tragis, kepleset di kamar mandi! Namun, bukannya menuju alam baka, ia justru terbangun di tubuh seorang wanita asing, dalam satu ranjang dengan pria tampan yang tidak dikenalnya.
Saat matanya menyapu ruangan, ia segera menyadari bahwa dunia di sekitarnya bukanlah era modern yang penuh teknologi. Ia terjebak di masa lalu, tepatnya tahun 1990! Sebelum sempat memahami situasinya, penduduk desa menerobos masuk dan menuduhnya melakukan dosa besar: kumpul kebo!
Lebih parahnya lagi, tunangan asli pemilik tubuh ini datang dengan amarah membara, menuntut pertanggungjawaban. Monika yang dikenal mulut tajam dan suka tawuran harus mencari cara untuk keluar dari kekacauan ini. Bagaimana ia bisa bertahan di masa lalu? Dan siapa sebenarnya pria tampan yang terbangun bersamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yan Zhi Menungguku?
Langit sudah berubah menjadi gelap. Yan Zhi duduk di ruang tamu dengan kaki disilangkan, tetapi pikirannya tidak tenang. Ia melirik ke arah jam di dinding, sudah lewat waktu makan malam, tapi Lin Momo belum juga pulang.
"Ke mana dia pergi? Kenapa belum pulang juga?" gumamnya pelan, alisnya berkerut dalam.
Ia mencoba mengabaikan kekhawatirannya dan membaca koran, tetapi tidak ada satu pun tulisan yang bisa ia pahami saat ini. Ia membolak-balik halaman dengan kasar, lalu menghela napas panjang.
"Ini baru dua hari sejak dia pindah ke rumah ini... bagaimana kalau dia tersesat?"
Yan Zhi melempar korannya ke meja dan bangkit berdiri. Ia berjalan mondar-mandir di ruang tamu, sesekali melirik ke arah pintu.
"Haruskah aku mencarinya?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Tapi kalau aku pergi, bagaimana kalau dia justru sudah dalam perjalanan pulang?"
Ia mengusap wajahnya dengan frustasi, lalu akhirnya mengambil keputusan.
"Tidak bisa, aku tidak akan tenang kalau hanya menunggu di sini."
Yan Zhi meraih mantel tebalnya yang tergantung di dekat pintu dan segera memakainya. Ia keluar rumah, merasakan angin malam yang cukup menusuk kulit. Dengan tangan dimasukkan ke dalam saku, ia berjalan menuju jalan utama.
Berdiri di sana, ia menatap jalan yang sepi, hanya sesekali dilalui oleh beberapa pejalan kaki atau sepeda yang lewat.
Ia menghela napas panjang, lalu menggerutu pelan, "Lin Momo ini benar-benar...Kenapa tidak memberitahuku dulu kalau pergi lama?"
Matanya terus mengawasi setiap bayangan yang mendekat. Namun, setelah beberapa menit menunggu, Lin Momo belum juga terlihat.
Yan Zhi menggigil sedikit, ia menarik napas dalam, berusaha bersabar. Dia tidak akan bisa tenang sampai melihat Lin Momo kembali dengan selamat.
Sedangkan Lin Momo berjalan santai di bawah langit malam yang gelap, menikmati suasana retro dari gemerlap lampu rumah-rumah di sekitarnya. Cahaya lampu jalan berpendar lembut, menambah kesan nostalgik yang mengingatkannya pada film-film lama.
Saat mendekati jalan utama dekat rumahnya, matanya menangkap sosok pria yang berdiri di bawah lampu jalan.
Yan Zhi.
Ia tampak berdiri tegak dengan mantel tebalnya, sesekali melirik arlojinya dengan ekspresi serius.
“Kenapa dia berdiri di sana?” pikir Lin Momo.
Tapi tatapannya justru tertuju pada siluet gagah Yan Zhi di bawah cahaya lampu.
"Astaga, dia keren sekali... dan tampan," pikirnya tanpa sadar.
Namun, ia segera menggeleng-gelengkan kepalanya. “Aish! Apa-apaan pikiranku ini?”
Menepis perasaan aneh itu, Lin Momo mengangkat tangan dan melambai, lalu berteriak dengan riang, “Yan Zhi!”
Dengan langkah ringan, ia berlari ke arah Yan Zhi, senyum cerah menghiasi wajahnya. Ia membawa beberapa kantong plastik berisi perlengkapan rias baru yang baru saja dibelinya.
Namun, ekspresi Yan Zhi tidak seperti yang ia bayangkan. Pria itu menatapnya dengan tajam, lalu langsung meraih kedua tangannya, menggenggamnya erat.
"Kau ke mana saja?" tanyanya dengan nada dingin.
Lin Momo berkedip beberapa kali.
"Kupikir dia baik... tapi kenapa dia malah galak sekali?" gumamnya dalam hati.
Dengan cepat, ia menjawab, "Aku tadi jalan-jalan melihat sekitar, menikmati suasana."
Yan Zhi mendesah panjang. Tanpa banyak bicara, ia melepas mantel yang dikenakannya dan memakaikannya ke tubuh Lin Momo.
Lin Momo membeku sejenak, terkejut dengan tindakan pria itu. Namun, ada rasa hangat yang menjalar di hatinya.
“Dia perhatian juga ya...?” bisik nya dalam hati.
Yan Zhi menatapnya serius, lalu berbicara dengan nada lembut namun tegas. “Kau baru pindah ke sini. Masih asing dengan jalanan dan lingkungan sekitar. Bagaimana jika tersesat, hm?”
Lin Momo melongo.
"Kenapa dia terdengar seperti Clara?" pikirnya.
Clara sang asistennya di kehidupan sebelumnya sebagai artis terkenal tahun 2024. Wanita itu terkenal bawel dan suka menasihatinya, persis seperti Yan Zhi sekarang.
Lin Momo menatap wajah Yan Zhi yang tampan. Mendadak, ia tak bisa marah pada pria di depannya ini.
“Aish! Ada apa denganku?” pikirnya dalam hati.
Dengan cengiran kecil, ia berkata, "Baiklah, maafkan aku, Yan Zhi. Lain kali aku akan mengajakmu ke mana-mana, oke? Tak perlu marah. Kau jelek kalau marah."
Yan Zhi mengangkat alisnya, lalu melihat kantong plastik di tangan Lin Momo.
"Lihat, aku membawa sesuatu!" seru Lin Momo dengan gembira, mengangkat kantong belanjaannya.
Yan Zhi mengambilnya dengan santai, lalu berkata, "Baiklah, ayo pulang dulu. Di luar dingin."
Mereka berjalan berdampingan, Yan Zhi membawa tentengan belanjaan Lin Momo, sementara satu tangannya meraih tangan istrinya dan menggenggamnya erat.
Lin Momo tersentak.
"Kenapa harus pegang tanganku?" tanyanya bingung.
Yan Zhi menoleh dan menjawab dengan tenang, "Agar kau tidak hilang lagi. Kau membuatku khawatir."
Lin Momo berkedip, sedikit terkejut.
"Kau mengkhawatirkanku?" tanyanya dengan suara pelan.
Yan Zhi menatapnya sekilas dan tersenyum tipis. "Tentu saja. Bagaimana aku tidak khawatir? Kita baru menikah beberapa hari. Jika kau hilang, bukankah aku akan jadi duda?"
Lin Momo mendengus kesal. "Huft! Kupikir apa!"
Yan Zhi hanya tersenyum dalam hati melihat Lin Momo yang kini memasang ekspresi cemberut.
"Lucu," pikirnya.
Sesampainya di rumah, Yan Zhi segera pergi ke meja, menaruh barang Lin Momo. Ia melihat Lin Momo masih berdiri di dekat meja dengan ekspresi kelelahan, ia langsung berinisiatif mengambilkan segelas air hangat untuknya.
"Minumlah, ini bisa menghangatkan tubuhmu," katanya sambil menyerahkan gelas itu.
Lin Momo tersenyum kecil dan menerimanya. "Terima kasih."
Ia menyesap air hangat itu perlahan. Kehangatan cairan itu langsung menyebar ke tubuhnya yang sedikit kedinginan karena angin malam tadi. Setelah selesai, ia menyerahkan kembali gelas itu kepada Yan Zhi.
Tanpa banyak bicara, Yan Zhi juga menuangkan air hangat ke dalam gelasnya sendiri dan mulai meminumnya. Namun, baru saja ia meneguk seteguk, Lin Momo tiba-tiba berkata,
"Tunggu, kenapa mantel ini terasa sangat lembut dan hangat? Ini terbuat dari…" Lin Momo mengernyitkan dahi, "…kasmir? Dari mana kau mendapatkannya?"
Yan Zhi, yang sedang minum, langsung tersedak dan batuk-batuk. Ia buru-buru meletakkan gelasnya dan menepuk dadanya sendiri.
"Kau… uhuk… bilang apa tadi?" tanyanya dengan mata sedikit melebar.
Lin Momo melipat tangannya di depan dada, menatapnya penuh selidik.
"Bukankah hanya orang kaya yang bisa membeli mantel berbahan kasmir? Harganya mahal sekali, apalagi di tahun ini."
Yan Zhi mengusap lehernya, tampak sedikit gelisah. Namun, ia segera mengatur ekspresinya agar tetap tenang.
"Itu… itu hadiah dari ayahku," jawabnya akhirnya.
"Beliau menyimpan uangnya selama bertahun-tahun dan memberikannya kepadaku sebagai hadiah ketika aku pindah ke sini sebagai manajer." ucap Yan Zhi menjelaskan.
Lin Momo menatapnya lebih tajam.
"Oh, begitu?" tanyanya dengan nada penuh skeptis.
Yan Zhi mengangguk cepat. "Ya, benar."
Lin Momo menelisik wajah suaminya. Ada sesuatu dalam cara Yan Zhi menghindari tatapannya yang membuatnya merasa pria ini sedang menyembunyikan sesuatu. Namun, ia memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh.
menantu idaman bangettt... 😁