NovelToon NovelToon
My Little Badgirl

My Little Badgirl

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Mafia / Teen School/College / Cinta pada Pandangan Pertama / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Icut Manis

Krystal Berliana Zourist, si badgirl bermasalah dengan sejuta kejutan dalam hidupnya yang ia sebut dengan istilah kesialan. Salah satu kesialan yang paling mengejutkan dalam hidupnya adalah terpaksa menikah di usia 18 tahun dengan laki-laki yang sama sekali belum pernah ia temui sebelumnya.

Kesialan dalam hidupnya berlanjut ketika ia juga harus di tendang masuk ke Cakrawala High School - sekolah dengan asrama di dalamnya. Dan di tempat itu lah, kisah Krystal yang sesungguhnya baru di mulai.

Bersama cowok tampan berwajah triplek, si kulkas berjalan, si ketua osis menyebalkan. Namun dengan sejuta pesona yang memikat. Dan yang lucunya adalah suami sah Krystal. Devano Sebastian Harvey, putra tunggal dari seorang mafia blasteran Italia.

Wah, bagaimana kisah selanjutnya antara Krystal dan Devano.

Yuk ikuti kisahnya.

Jangan lupa Like, Komen, Subscribe, Vote, dan Hadiah biar Author tambah semangat.

Salam dari Author. 🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 20 : AKHIRNYA GO PUBLIK

"Sejak kapan si Dev jadi aneh begini?" Tanya Iqbal sembari menyenggol Dimas yang duduk di sampingnya.

Dimas ikut melirik ke arah Devano yang duduk tepat di depannya. Lalu mengikuti arah tatapan mata cowok itu.

"Ini mah bukan aneh. Tapi normal. Coba pikir kapan terakhir kali ngelihat dia lirik-lirik manja kayak gini?" Balas Dimas.

"13 tahun lalu?"

"Nah. Itu pun juga sama cewek yang sama."

"Bangga gue bos, lo setia. Tapi nggak usah diliatin terus. Nggak bakalan hilang itu tuan putri." Kekeh Iqbal.

"Kenapa nggak lo umumin aja ke satu sekolah, Dev?" Tanya Rangga dengan suara dingin nya.

Menarik nafas perlahan.

"Dia nggak mau." Matanya tetap tertuju pada Krystal yang tengah memakan makanannya dengan kesal di sana.

Lucu. Jika ini tidak di kantin, mungkin ia akan berjalan cepat ke sana dan langsung menyerang Krystal dengan ciumannya.

Shit! Istrinya selalu menguji sisi liar dalam dirinya. Bahkan hanya sekedar mengingat nmanya saja, sudah mampu membuat Devano terkadang terbakar gairah.

"Nggak takut lo, ntar dia di pepet orang, bos? Secara istri lo cantik banget. Ya meski tingkahnya rada-rada istighfar sih." Seru Iqbal.

"Dia nggak akan bisa lepas dari gue." Kalimat yang sangat singkat dan datar namun terdengar sangat posesif.

"Huuu posesif, cuy. Lagian kalau di pikir-pikir manusia goblok mana yang berani nyari masalah sama dia coba." Kekeh Dimas.

"Ho'oh, posesif habis. Dengar-dengar semalam tidur bareng. Gimana bos? Udah lo unboxing?" Tanya Iqbal antusias yang langsung dihadiahi geplakan dari Dimas.

"Itu mulu yang lo tanya! Heran gue."

"Ya elah, kan gue penasaran gitu."

Tak lama keributan absurd antara Dimas dan Iqbal terhenti saat seseorang mendatangi meja mereka dengan emosi yang menggebu-gebu.

"Metta? Lo ngapain?" Gumam Iqbal.

Karena wajah gadis itu terlihat jelas menahan emosi.

"Apa-apaan ini, Dev?! Lo ngeluarin gue dari tim basket putri tanpa sepengetahuan gue?!" Ucap Metta dengan suara nyaring sembari mengangkat kertas yang sudah remuk karena remasan tangannya itu, ke depan Devano.

Suara Metta itu jelas saja mengundang tatapan satu penghuni kantin. Kantin yang tadi cukup ramai, kini berubah hening tanpa suara sedikit pun. Bahkan suara nafas saja nyaris tidak terdengar lagi sedetik setelah Metta begitu beraninya melabrak dan mempertanyakan keputusan Devano.

Termasuk Krystal juga ikut menghentikan kegiatan makannya. Dengan mulut yang masih penuh dengan nasi, ia mengalihkan pandangannya ke pusat kejadian. Begitupun dengan Zoey. Mereka sempat saling pandang, saling bertanya lewat sorot mata, lalu sama-sama mengendikkan bahu setelahnya.

"Ta, kendalikan diri lo." Iqbal mencoba menenangkan.

"GUE NGGAK BISA TERIMA, BAL! BASKET ITU MIMPI GUE! LEWAT BASKET GUE BISA MENCETAK PRESTASI! BASKET BUKAN SEKEDAR HOBI BUAT GUE, BAL!" Sentak Metta.

Devano tetap datar.

"Bukan di keluarkan. Cuma pengalihan jabatan dengan hasil duel lo kemarin dengan Krystal. Lo tetap bisa bergabung di tim kalau lo mau." Devano berucap dingin.

Krystal yang merasa namanya di bawa-bawa cukup kaget. Jadi jabatan kapten tim basket putri Metta sudah di cabut? Dan Devano sendiri yang mencabutnya. Jujur, padahal waktu Krystal tidak benar-benar serius untuk merebut jabatan Metta, ia hanya menggertak saja. Karena sebenarnya, Krystal juga tidak begitu minat untuk menjadi kapten basket di sini? Kenapa? Tidak tahu, hanya tidak ingin saja.

"DEV! LO NGGAK BISA NGELAKUIN INI KE GUE!! JABATAN TIM BASKET PUTRI ITU TETAP MILIK GUE! GUE YANG DI PILIH SECARA LANGSUNG OLEH ANGGOTA! DAN LO NGGAK ADA WEWENANG APAPUN UNTUK NGELENGSERIN GUE GITU AJA!!" Metta berteriak, menyentak tangan Devano agar mereka kembali berhadap-hadapan.

Lenna yang memang sejak tadi ada di samping Metta, cukup kaget dengan teriakan Metta itu. Mencoba menenangkan, namun gadis itu sudah terbawa arus amarah sepertinya.

"Ta, jangan teriak-teriak. Kita bisa omongin baik-baik. Devano kan udah bilang, lo nggak di keluarin cuma..."

Metta menatap Lenna dengan nafas memburu.

"Gue nggak bisa terima, Len! Ini sama aja gue di keluarin secari nggak terhormat! Harusnya lo bisa konfirmasi dulu ke gue, Dev!"

Lenna diam. Perhatian mereka kembali teralihkan saat Devano bersuara dingin.

"Apa setiap kalah lo akan selalu berteriak seperti ini? Akui kekalahan. Tepati janji. Itu yang benar." Ucap Devano. Metta bungkam.

"Tapi Dev..." Metta mencoba menyela.

Devano mengangkat tangannya memberi isyarat agar Metta tetap diam. Metta kembali bungkam dengan nafas memburu.

"Kehilangan posisi kapten atau meninggalkan tim untuk selamanya?" Kali ini Metta mematung.

Semua orang yang mendengar ikut terpaku juga dibuatnya. Biasa apa yang sudah keluar dari mulut Devano, tidak akan bisa diganggu gugat lagi.

"Ini benar-benar nggak fair buat gue, Dev. Gue nggak pernah sudi di pimpin sama cewek sialan kayak gitu." Lirih Metta, mata gadis itu mulai berair.

Awalnya Devano mengabaikan itu. malas meladeni drama metta. Ia melangkah meninggalkan kantin, bersama dengan ketiga sahabatnya yang lain. Namun, sambungan kalimat Metta setelahnya sangat mengusik pendengarannya.

"KENAPA LO SELALU NGEBELA CEWEK MURAHAN ITU, DEV? APA YANG UDAH DIA KASIH KE LO SEHINGGA LO LEBIH MEMBELA DIA KETIMBANG GUE ORANG YANG LEBIH DULU SATU TIM SAMA LO?!" Jerit Metta sembari jari menunjuk ke arah Krystal. Dan jangan lupakan air mata gadis itu yang bercucuran deras.

"Oh gue tahu. Pasti lebih dari sekedar ciuman, kan? Atau dia memang udah ngangkang buat lo?! Iya?!" Ucap Metta selanjutnya benar-benar diluar prediksi orang-orang.

Krystal bahkan akan beranjak untuk menghantam mulut lemes Metta, kalau saja Zoey tidak menahannya dan memintanya untuk diam dan cukup menonton saja.

"Gue di bilang murahan sama dia?" Desis Krystal.

"Udah diam dulu. Lihatin aja." Bisik Zoey.

"Metta! Lo ngomong apa sih?!" Lenna kaget tidak percaya.

Devano menghentikan langkahnya, lalu memuat poros tubuhnya kembali menghadap Metta. Matanya melirik sekilas pada Krystal yang dudu tidak bergerak di sana. Sebelum melempar tatapan dingin pada orang yang sudah berani-berani nya memanggil istrinya dengan sebutan sehina itu.

"Lo bilang apa barusan?"

Suasana semakin mencekam saat suara dingin Devano terdengar. Ini bahkan lebih dingin dari yang sudah-sudah.

Lenna yang tidak ingin kondisi semakin runyam melangkah maju di antara keduanya.

"Dev, Metta nggak bermaksud apa-apa, dia cuma..." Ucapan Lenna tertelan, bungkam, ketika Devano mengangkat telapak tangannya, mengisyaratkan untuk diam.

Bukan cuma Lenna, tapi seluruh manusia di kantin ini ikut menahan nafas.

Devano tetap datar, fokus matanya tetap tertuju pada metta.

"Gue minta lo ulangi ucapan lo barusan!" Ujar Devano di tekankan.

Entah apa yang terjadi pada Metta hari ini yang begitu beranu menantang seorang Devano Sebastian Harvey. Lihatlah sekarang, bagaimana Metta dengan beraninya mengangkat dagu di hadapan Devano.

"GUE BILANG, DIA CEWEK MURAHAN, JALANG YANG CUMA BISANYA NGANGKANG SEBAGAI PEMUAS RANJANG LO DOANG!!" Teriak Metta dengan lantang.

PLAK!

PLAK!

Kurang dari sedetik, tamparan keras di dapatkan oleh Metta di pipinya. Saking kerasnya tamparan tersebut, gadis itu sampai tersungkur di lantai dengan bibir yang sobek. Terbatuk memuntahkan darah.

Semua orang kaget bukan main, bahkan menutup mulut karena adegan tidak terduga itu. Dan jangan bayangkan lagi bagaimana wajah Devano sekarang. Mata Devano menatap tajam menyala penuh emosi, dengan rahang yang mengetat sempurna, serta dada yang nak turun karena nafasnya yang memburu.

Krystal yang sama terkejutnya melihat itu, spontan berdiri dari duduknya diikuti oleh Zoey. Matanya tidak putus memandang wajah Devano sekarang. Tatapan Devano sekarang persis seperti singa yang akan memangsa lawannya hidup-hidup.

"SHUT UP, BITCH! BERANI-BERANI NYA LO MENINGGIKAN SUARA LO DI DEPAN GUE. LO PIKIR LO SIAPA?" Devano membentak.

Metta terdiam merasakan sakit di pipinya. Tamparan Devano mengejutkan dan juga menyakitkan untuknya, bahkan kepalanya pening dan sudut bibirnya tidak berhenti mengeluarkan darah.

"Lo segitu penasaran bukan? Maka akan gue tunjukan ke lo." Sambung Devano.

Jantung Krystal berdetak sangat cepat ketika melihat Devano melangkah mendekat ke arahnya. Langkah suaminya begitu tegas dan mata Devano juga begitu intens padanya.

"Dev..."

Semua orang menjerit tertahan, ada juga yang mematung, terlalu shock dengan pemandangan di depan mereka.

Devano mencium bibir Krystal di hadapan semua orang. Lalu berelang beberapa menit setelahnya, Devano tangan kirinya dan Krystal. Yang memperlihatkan sepasang cincin yang sama di jari manis mereka masing-masing.

"KRYSTAL BERLIANA ZOURIST ADALAH ISTRI SAH GUE. ISTRI DEVANO SEBASTIAN HARVEY." Ucap Devano begitu lantang.

Pengakuan itu membuat suasan kantin berubah heboh dalam sekejap. Mereka sungguh tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar.

Sementara ketiga teman Devano di tambah Zoey, justru tersenyum mendengar pengakuan tersebut. Akhirnya pasangan itu go publik juga.

"KALAU ADA YANG BERKATA BURUK TENTANG NYA. MAKA SIAP-SIAP HABIS DI TANGAN GUE!!" Setelah mengatakannya dengan begitu lantang. Devano menarik lembut tangan Krystal meninggalkan kantin.

Dan Krystal? Masih belum mendapatkan kesadarannya sepenuhnya, karena terlalu terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

Sementara itu, ada sepasang mata yang memandangi kepergian pasangan itu dengan nanar.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sementara itu di waktu bersamaan...

"HAAA DAPATT!!"

"Apa? Apa? Krystal ada. hah?! Apa yang dapat?"

"Ini jambu, enak banget. Krekk manishh Carl! Mau nggak? Nih!"

Bingung. Tapi tetap menangkap lemparan jambu hijau dari Sasa.

"KOK JAMBU SIH?! GUE NYURUH LO NAIK BUAT NGELIHAT KRYSTAL! KENAPA LO JADI MAKAN JAMBU?!" Teriak Carletta kesal, kembali melempar jambu tesebut hingga mengenai kaki Sasa yang nangkring di atas pohon itu.

"Oh iya, gue lupa." Cengir Sasa dengan mulut yang terus mengunyah jambu.

"Buruan lihatin." Carletta mendengus.

"Iya-iya sabar, elah. Ini juga lagi usaha, Carl. Tapi ini jam istirahat, spot yang kelihatan dari sini cuma bagian kantin doang." Mengangkat tropong di tangannya di depan mata.

"Justru karena ini jam istirahat! Krystal itu anak micin parah. Satu-satunya yang dia suka dari sekolah ya cuma jam istirahat! Udah jelas sekarang dia lagi berburu permicinan!" Carletta sedikit berteriak, karena jarak yang cukup jauh.

"Iya-iya, oke-oke sabar. Rame banget soalnya, batang hidung Krystal belum kelihatan."

Menghela nafas cukup panjang. Ingin rasanya Carletta menimpuk kepala Sasa dengan batu, saat di atas sana gadis itu masih saja berburu jambu. Ya, mereka memang memutuskan untuk menjumpai Krystal ke Cakrawala High School, karena nomor mereka berdua sudah di blokir oleh Krystal.

Namun, mereka tidak akan menemui secara terang-terangan. Karena berdasarkan kabar yang pernah mereka dengar tentang Cakrawala High School. Sekolah asrama satu ini memang sangat ketat, tidak sembarang orang boleh masuk apalagi anak dari sekolah lain. Kunjungan hanya dibatasi kepada orang tua murid yang bersangkutan. Jadi, kecil kemungkinan Carletta dan Sasa bisa masuk. Alhasil dengan sedikit kenekatan atau mungkin kebodohan, Carletta mengikuti ide Sasa untuk menyelinap saja nanti ketika malam hari kedalam asrama perempuan. Ya, tidak yakin sih sebenarnya, tapi tidak ada salahnya untuk mencoba bukan?

Sekarang, mereka sedang memastikan apakah Krystal benar-benar di Cakrawala High School atau tidak. Karena tidak lucu nantinya di saat sudah effort masuk, si doi nggak sekolah di sini.

"HAAA DAPAT-DAPAT!!"

"Apalagi? Jambu lagi, hah?!" Dengus Carletta malas.

"Bukan-bukan. Ini beneran gue lihat Krys! Itu Krys! KRYSTALLL!! WOI KRYSTAL!! KRYS..."

"Heh heh! Lo ngapain han?! Ngapain teriak-teriak?!" Sasa menunduk pada Carletta menaikkan kedua alisnya seakan bertanya.

"Manggil Krystal." Balasnya polos.

"Nggak akan kedengeran! Mau lo teriak-teriak sampai subuh juga nggak akan kedengaran sama dia! Posisi kita ni jauh!"

Sasa memasang wajah bodohnya, lalu menyengir.

"Oh iya lupa. Hahaha, habisnya gue senang banget. Kayaknya lagi ada ketegangan di kantin nya. Rame banget gue lihat." Kembali memantau lewat tropongnya.

"HOOO KRYSTAL DICIUM DONG!!" Heboh Sasa.

"Dicium?"

"Iya di cium! Kayaknya itu Devano deh!! Oh my god!"

"Mana? Mana? Gue mau lihat."

"Nih! Tangkap!" Melemparkan tropong pada Carletta.

Sementara dibawah sana Carletta kebingungan menatap tropong di tangannya. Sepertinya ada yang salah. Lalu mendongak menatap Sasa yang keenakan makan jambu di atas sana.

"HEH! TURUN LO!! MANA KELIHATAN! GUE KAN DIBAWAH!"

Sasa menepuk jidatnya, lalu tertawa bodoh.

"Oh iya. Gimana sih. Bentar gue turun dulu." Ia mengambil aba-aba untuk turun. Tapi sebelum itu kembali mencomot satu jambu lagi yang entah milik siapa itu.

Carletta yang melihat menghela nafas pelan. Susah kalau punya teman otaknya rada minus kayak Sasa. Yang plus itu cuma lambungnya doang yang lebar.

Tepat Sasa tiba di bawah, barulah Carletta yang naik ke atas pohon tersebut. Tidak butuh waktu lama, ia sudah duduk di atas sana dan memantau lewat tropong. Dan melihat Krystal yang ditarik pergi oleh Devano. Lalu mengarahkan tropongnya pada seorang gadis yang duduk di lantai, sembari memegang sudut bibirnya yang sobek. Sepertinya benar-benar ada ketegangan yang terjadi tadi.

"Carl!"

"Ap...AAAA!!" Berteriak kaget ketika menoleh dan mendapati Sasa sudah duduk di sampingnya dengan mengulas cengiran.

"Gue gue, bukan setan penunggu pohon jambu kok."

"Arghhh! Ngapain sih lo nai lagi?!" Kesal Carletta, jantungnya benar-benar maraton sekarang.

"Ngambil jambu." Balas Sasa kelewat bego.

"Jambu mulu otak lo!"

"Orang enak. Cobain makanya, nih."

Seenak apa sih? Menerima satu jambu yang Sasa ulurkan, lalu mengigitnya.

"Enak kan? Manis." Yang dibalas dengusan oleh Carletta.

"Dengar ya! Kita nyusup ke dalam sana nanti pas jam makan malam. Gue yakin mereka semua nanti pasti bakalan ke bawah buat makan. Otomatis asrama bakalan kosong. Kita langsung ke asrama cewek yang ada di sayap kanan itu. Nanti kita sergap Krystal disana." Sasa mendengarkan intruksi dengan seksama. Dengan sembari mengangguk-anggukan kepalanya paham.

"Paham nggak lo? Ngangguk-ngangguk doang!"

"Iya paham."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bisa-bisanya Devano dengan gamblangnya memperkenalkan dirinya sebagai istri di depan banyak orang. Sejak awal sebenarnya Krystal tidak ada niatan untuk menyembunyikan statusnya sebagai istri dari anak pemilik sekolah.

Hanya saja ia terlalu malas meladeni reaksi orang-orang nanti jika tahu. Dan sekarang, ia yakin orang-orang sudah mulai membicarakan perihal dirinya dan Devano di sekolah ini. Satu lagi yang paling penting, pernikahan yang terjadi antara dirinya dan Devano juga bukan karena keinginannya.

Mereka hanya dua manusia yang disatukan dalam ikatan sakral pernikahan yang sialnya menurut Krystal adalah kesialan seumur hidup.

Kesal. marah. Dua kata itu menyelimuti diri Krystal sekarang. Ia bahkan tidak mau di sentuh oleh Devano. Terus menghindar dan mendorong suaminya setiap kali mendekat. Sekarang mereka sedang berada di lapangan indoor Cakrawala High School. Dengan Devano terus berusaha mendekati Krystal, meski istrinya menghindar dan terus mendorong tangan Devano setiap kali akan di sentuh.

"Udah sana ah jauh-jauh! Gue nggak mau di pegang-pegang sama lo! Devano!!" Ujar Krystal kesal, mengeluarkan rengekannya.

"Kenapa sih sayang? Jangan marah-marah." Balas Devano lembut, tidak berhenti mencoba memeluk Krystal.

"Lo udah bikin gue malu, Dev! Lo kan udah janji nggak akan go publik!"

"Ya gimana udah kepaksa." Ujar Devano santai.

"Kepaksa apa nya?! Lo tu sengaja!! Haa Mama!! Gue bisa ngelawan si Meta - Metanol itu sendiri! Lo nggak perlu ngelakuin itu tadi!" Devano hanya menatap Krystal yang mulai menghentak-hentakkan kakinya.

Tidak lagi menahan kekesalannya. Krystal lalu menghujami Devano dengan pukulan yang cukup keras tapi sama sekali tidak ada efek untuk tubuh besar Devano.

"Arrgghh sekarang gimana?! Devano!! Gue kesal sama lo!! Gue benci!!"

Devano membiarkan Krystal terus memukul nya bertubi-tubi sampai istrinya puas dan berhenti sendiri. Ia tahu dan cukup sadar bahwa tindakannya yang tanpa briefing tadi itu sangat mengejutkan Krystal. Jadi ia biarkan istrinya itu mengamuk sekarang.

Sampai akhirnya ia menggenggam kedua pergelangan tangan Krystal agar berhenti menyerangnya. Devano sedikit menarik Krystal sampai mereka berada di jarak yang sangat dekat.

"Udah puas marah-marah nya, hm?" Tanya Devano.

"Belum! Lepas! Devanooo!" Balas Krystal galak. Mencoba menarik tangannya.

"Berhenti teriak-teriak, Krys. Nanti tenggorokan kamu bisa sakit."

"Biarin sakit! Punya suami modelan kayak lo selalu bikin gue emosi tahu nggak!"

Sementara pasangan pasutri itu sedang berusaha membereskan rumah tangga mereka. Di area tribun ada teman-teman mereka yang menyaksikan. Maksudnya Rangga, Iqbal, Dimas dan Zoey. Keempatnya duduk berjejeran menonton adegan yang terpampang di tengah lapangan tersebut. Layaknya orang-orang yang sedang menonton bioskop. Bahkan Iqbal seskali mencomot pop corn di tangannya, lalu menggilirnya ke arah Dimas. Rangga dan tidak lupa Zoey yang duduknya sedikit berjarak dengan tiga cowok itu.

"Ini dua jam kayaknya nggak akan cukup durasi." Komentar Iqbal, sembari mengunyah.

"Panjang nih masalah rumah tangga." Dimas ikut berkomentar.

"Ntar judulnya gini **Aku bete suamiku membongkar identitasku di depan selurih penghuni sekolah**." Iqbal tertawa keras setelah mengatakannya.

"Atau gini **Aku di gugat cerai istriku karena membongkar status pernikahan kami, aku galau, istriku nikah lagi**." Dimas malah menambah-nambahkan. Lalu tertawa bersama dengan Iqbal.

Sementara Rangga dan Zoey yang mendengarnya hanya terkekeh pelan akan keabsurd-an tingkah keduanya.

Lalu bel berbunyi, tandanya waktu istirahat telah selesai. Mereka berempat memilih meninggalkan lapangan indoor tersebut dan membiarkan dua pasutri itu menyelesaikan rumah tangga di sana.

1
Iki Agustina
Kenapa belum up laginka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!