NovelToon NovelToon
Hidden Alliance

Hidden Alliance

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Lari Saat Hamil / Aliansi Pernikahan / Anak Kembar
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Di dunia yang penuh intrik dan kekuasaan, Liora, seorang wanita penerjemah dan juru informasi negara yang terkenal karena ketegasan dan sikap dinginnya, harus bekerja sama dengan Darren, seorang komandan utama perang negara yang dikenal dengan kepemimpinan yang brutal dan ketakutan yang ditimbulkannya di seluruh negeri. Keduanya adalah sosok yang tampaknya tak terkalahkan dalam bidang mereka, tetapi takdir membawa mereka ke dalam situasi yang menguji batas emosi dan tekad mereka. Saat suatu misi penting yang melibatkan mereka berdua berjalan tidak sesuai rencana, keduanya terjebak dalam sebuah tragedi yang mengguncang segala hal yang mereka percayai. Sebuah insiden yang mengubah segalanya, membawa mereka pada kenyataan pahit yang sulit diterima. Seiring waktu, mereka dipaksa untuk menghadapi kenyataan. Namun, apakah mereka mampu melepaskan kebencian dan luka lama, ataukah tragedi ini akan menjadi titik balik yang memisahkan mereka selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertengkaran Sengit Di Malam Hari

Pagi itu, markas misi negara dipenuhi dengan kesibukan yang mencekam. Setiap sudut terasa berdenyut oleh persiapan tanpa henti. Mereka bergerak cepat, seperti dikejar waktu. Tidak ada ruang untuk kelengahan, tidak ada kesempatan untuk berlama-lama. Penyerangan harus dilakukan malam ini, atau segalanya bisa berantakan. Mereka tahu musuh tidak akan tinggal diam. Jika mereka lengah sedikit saja, musuh bisa menyerang balik atau lebih buruk, melarikan diri sebelum mereka sempat bergerak. Waktu yang mereka miliki begitu sempit, setiap detik sangat berharga.

"Bagaimana situasinya?" tanya komandan besar dengan nada tajam, matanya menatap Darren yang baru saja keluar dari ruangan persenjataan.

Darren berdiri tegap di hadapannya, wajahnya serius, penuh tanggung jawab. "Semuanya sudah siap, Komandan," lapornya dengan suara tegas. "Aku telah memerintahkan semua pasukan untuk mempersiapkan diri. Senjata, peralatan, dan formasi sudah diperiksa ulang. Kami siap kapan pun Anda memberi aba-aba."

Komandan besar mengangguk pelan, sorot matanya tajam penuh perhitungan. Detik demi detik berlalu dalam keheningan yang berat, namun sarat dengan ketegangan. Di luar, suara-suara pasukan yang tengah mengokang senjata dan mempersiapkan peralatan terdengar jelas. Suara klik dan denting logam memenuhi udara, menciptakan irama tersendiri—irama perang yang semakin mendekat.

Di benak semua orang, hanya ada satu hal yang terlintas: malam nanti, peluru akan bersahutan, dan nyawa akan dipertaruhkan. Tak ada jalan kembali.

Hari itu akan menjadi babak baru penuh ketegangan. Penyerangan yang telah direncanakan matang akan segera dimulai. Meski terbiasa berada di tengah bahaya, mereka semua tahu bahwa wilayah Sierra adalah medan yang tidak bisa diremehkan. Wilayah itu penuh jebakan dan ancaman tersembunyi, membuat kewaspadaan mereka semakin memuncak.

Waktu terus bergulir, dan gelap mulai menguasai langit. Kicauan burung terdengar semakin jarang, seakan memberi pertanda bahwa hari telah sepenuhnya menyerahkan tahtanya pada malam. Ketika matahari sepenuhnya terbenam di balik cakrawala, mereka bergerak perlahan. Darren memimpin dari garis depan, mengambil posisi utama dengan sigap. Gelap malam menyelimuti wilayah Sierra, menciptakan suasana mencekam. Tidak ada aba-aba untuk menyalakan senter atau alat penerangan lainnya. Semua tahu, satu kesalahan kecil saja bisa membuat posisi mereka terbongkar. Malam ini, mereka akan melancarkan serangan mendadak, mengejutkan musuh sesuai rencana awal.

Ketika mereka mendekati semak terakhir, sinyal pergerakan mulai diberikan. Pasukan berpencar sesuai formasi, mengelilingi markas The Iron Hand dengan gerakan hening. Setiap langkah hati-hati, setiap tarikan napas tertahan. Darren, yang berada di depan, memberi aba-aba dengan isyarat tangan tanpa sepatah kata pun. Di sisi lain, Liora berjongkok di balik semak lebat. Tangannya sudah siap menggenggam senjata di dalam kantongnya, tubuhnya sigap menanti momen tepat untuk bertindak.

Di belakang Liora, Lucian tampak tegang. Wajahnya pucat, tangannya bergetar saat ia menyentuh bahu Liora, seolah mencari keberanian dari kehadirannya. Nafasnya tersengal. Situasi di sekeliling mereka semakin sunyi, hanya suara alam yang menjadi latar dari ketegangan yang semakin terasa.

"Apa aku harus mematahkan tanganmu agar tidak lagi menyentuhku?" bisik Liora tajam, suaranya rendah namun penuh kemarahan. Sorot matanya menusuk ke arah Lucian yang lagi-lagi menyentuh bahunya.

Lucian tersentak, menelan ludahnya dengan gugup. Wajahnya terlihat semakin pucat dalam kegelapan. "A...aku takut, Liora," jawabnya dengan suara gemetar, sesekali memejamkan matanya seolah ingin menghilang dari situasi itu.

Liora menghela napas berat, merasa kesabarannya mulai terkikis. Lucian memang sering kali menjadi beban baginya, terutama dalam situasi mendesak seperti ini. Namun, ia memilih untuk diam, karena suara sekecil apa pun bisa berakibat fatal.

Di depan mereka, markas The Iron Hand berdiri dengan penjagaan yang begitu ketat. Para penjaga terus berjaga-jaga, mondar-mandir mengelilingi area, mata mereka tajam mengawasi setiap sudut. Tak ada celah sedikit pun yang terlihat aman. Darren, yang berada di posisi terdepan, mengamati dengan seksama. Dia tahu, ini saatnya. Dengan isyarat tangan yang cepat, dia memberi aba-aba untuk memulai penyerangan.

Darren menunggu momen yang tepat. Ketika salah satu penjaga membelakangi posisinya, dia bergerak cepat keluar dari tempat persembunyian. Dalam sekejap, tangannya mencengkeram leher penjaga itu dengan kuat, lalu dengan gerakan tegas mematahkannya. Tubuh penjaga itu terjatuh tanpa suara. Darren menarik napas dalam, lalu bergerak lebih jauh, menyelinap ke balik sisi markas, memanfaatkan setiap bayangan untuk tetap tak terlihat.

Namun, penjagaan masih sangat ketat. Saat seorang penjaga lain mendekati area tersebut, matanya membelalak melihat tubuh rekannya tergeletak dengan kondisi yang mengenaskan. Namun, sebelum sempat bereaksi, Darren sudah bergerak cepat. Dari arah belakang, ia menyerang dengan presisi. Leher penjaga itu di patahkan dengan sekali gerakan, suara retak terdengar pelan namun mematikan. Darren meraih senjata dari tubuh penjaga itu, melengkapi dirinya dengan peluru tambahan. Udara malam semakin terasa mencekam. Aroma kematian mulai menyelimuti sekitar. Darren tetap fokus, tubuhnya bergerak seperti bayangan, siap membuka jalan bagi timnya untuk melancarkan serangan besar.

Darren melangkah lebih jauh ke dalam markas musuh dengan keberanian yang semakin memuncak. Langkahnya mantap, meskipun setiap gerakan harus penuh perhitungan. Namun, saat kakinya baru saja mendarat di wilayah inti markas The Iron Hand, suara melengking sirine tiba-tiba memecah keheningan malam.

Darren menghentikan langkahnya seketika. Wajahnya menegang, lalu mengusap kasar wajahnya, menyadari bahwa mereka telah terdeteksi. "Sial! Ternyata mereka memasang sistem sirine!" gumamnya dengan nada frustrasi. Tidak ada waktu untuk panik. Dengan cepat, ia memberikan perintah melalui alat komunikasi. "Semua pasukan, keluar dari persembunyian! Kita lanjutkan rencana dengan formasi tempur!" teriaknya tegas.

Sementara itu, di dalam markas The Iron Hand, suasana berubah drastis. Bunyi sirine yang tiba-tiba berbunyi membuat seisi markas kacau balau. Penjaga yang semula berjaga-jaga mulai berseru, memanggil rekan-rekannya. Para anggota yang sedang tertidur lelap terbangun dengan wajah kebingungan, menyadari bahaya telah mendekat.

"Bersiap! Mereka sudah masuk ke area markas!" suara lantang pemimpin penjaga menggema di seluruh ruangan. Langkah kaki tergesa-gesa terdengar, senjata dikokoang, dan penjagaan semakin diperketat.

Duar! Duar!

Ledakan pertama terdengar, diikuti rentetan suara tembakan yang menggema di udara. Darren dan timnya kini terlibat dalam pertempuran sengit. Peluru melesat ke segala arah, menghujani malam yang gelap. Beberapa pasukan musuh mencoba menyergap, tetapi Darren dengan sigap menghindar, menembak balik dengan presisi yang mematikan.

Di tengah kekacauan, Darren terus memimpin dengan keberanian luar biasa. "Tetap fokus! Jangan biarkan mereka memecah formasi kita!" teriaknya, suaranya menggelegar di tengah suara tembakan dan ledakan. Malam itu berubah menjadi medan perang yang sengit, penuh dengan darah, nyawa yang dipertaruhkan, dan ketegangan yang tak terelakkan.

Suara tembakan bergema keras di kawasan Sierra, menandai pertempuran yang semakin memanas antara pasukan Darren dan pasukan The Iron Hand. Peluru berdesingan di udara, menciptakan ketegangan yang terasa hingga ke tulang. Liora, yang sejak tadi berjongkok di balik semak-semak, akhirnya keluar dari persembunyian setelah memberikan perintah tegas kepada Lucian untuk tetap bertahan di tempatnya.

"Liora... hiks... hiks..." Lucian menahan tangisnya, tubuhnya gemetar ketakutan. Namun, suara tangis itu hanya lirih, cukup untuk didengar oleh Liora yang melangkah pergi tanpa menoleh lagi. "Tetap di situ, jangan bergerak," ujarnya dingin, lalu menghilang ke tengah medan pertempuran.

Dengan sigap, Liora mengeluarkan pistolnya. Sorot matanya penuh tekad. Dia mengarahkan senjatanya ke musuh yang nyaris saja menembak komandan besar. Dor! Tembakan itu tepat sasaran, menjatuhkan musuh dengan seketika. Tindakan cepatnya tidak luput dari pandangan Darren dan Andes, yang berdiri tidak jauh darinya.

"Fokus! Fokus!" Andes berteriak lantang, mengingatkan semua orang untuk tetap waspada. Ketegangan kian memuncak. Satu kesalahan kecil saja bisa menjadi akhir. Nyawa komandan besar hampir saja melayang, namun aksi Liora berhasil menyelamatkannya tepat waktu.

1
revasya alzila
ditunggu kelanjutannya thor
revasya alzila
Keren sih menurutku
revasya alzila
keren ceritanya kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!