Risma begitu syok ketika mengetahui bahwa suaminya yang bernama Radit yang selama beberapa tahun tinggal terpisah darinya karena dia dipindah kerjakan di luar kota ternyata telah menikah lagi di belakangnya. Hati Risma pun bertambah hancur ketika mengetahui bahwa selama sebelas tahun menikah dengan Radit dan mempunyai dua orang anak ternyata Radit tidak pernah mencintainya. Radit tidak bahagia hidup dengannya dan memilih untuk menikahi mantan kekasihnya di masa lalu. Lalu apakah Risma akan sanggup menghadapi pengkhianantan sang suami , dan apakah Risma bisa bertahan hidup bersama Radit setelah diduakan dan dia sadar bahwa cintanya yang begitu besar hanya bertepuk sebelah tangan...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Teman kuliah Radit
Risma dan seluruh keluarga lalu makan siang di rumah bu Ratna. Bu Ratna masak nasi liwet , ayam bakar , lalapan dan sambel. Mereka pun menikmati makan siang dengan lahap kecuali Risma. Iya, Risma tidak selera makan sejak tadi pagi, ditambah lagi sikap ibu mertua dan adik iparnya itu yang membuatnya kesal.
"Sini mas Radit, mbak Risma piring kotornya,..." ucap Eva mengambil piring bekas makan Radit dan Risma. Dia juga mengambil piring bekas anak- anak dan yang lainnya lalu membawanya ke dapur untuk dicuci.
"Risma, kamu bantuin si Eva nyuci piring dong, malah bengong di situ..." ucap bu Ratna sambil mengelap meja.
"Iya Mi... " Risma lalu pergi ke dapur.
"Sini Eva, aku bantu..." ucap Risma berdiri di samping Eva yang sedang kencuci piring.
"Nggak usah mbak biar Eva aja..." sahut Eva.
"Nggak papa, aku bantu biar cepat selesai..." sahut Risma sambil tersenyum pada Eva.
Mereka berdua pun mencuci piring bersama, Eva yang kencuci menggunakan sabun sedangkan Risma yang membilas.
"Kamu biasa nyuci piring ya Eva...?" tanya Risma yang melihat tangan Eva luwes mencuci piring sama sekali tidak kaku. Biasanya anak muda jaman sekarang kan jarang yang suka mengerjakan pekerjaan dapur karena takut kukunya patah.
"Biasa mbak namanya juga orang kampung dari kecil sudah biasa mengerjakan pekerjaan dapur bantuin ibu...." jawab Eva sambil tersenyum manis pada Risma.
Iya, Eva terlihat masih mudah dan begitu cantik dalam balutan hijab. Hidungnya mancung, kulit wajahnya putih mulus tanpa sedikitpun noda ataupun flek yang menempel di wajahnya. Tidak seperti wajah Risma yang terdapat noda hitam bekas jerawat. Rasanya Risma begitu minder berdekatan dengan Eva yang sangat cantik itu.
Iya sih, keluarga mertuanya itu memang semuanya cantik dan ganteng. Abah dan Umi yang sudah tua pun masih terlihat ganteng dan cantik. Apa lagi Radit yang kegantengannya membuat Risma tergila- gila. Anggi dan Akbar pun cantik dan ganteng. Risma kadang merasa paling tidak menarik jika sedang berkumpul dengan keluarga suaminya.
"Eva, rumah kamu di mana sih, kamu jarang main ke sini ya , kok aku baru lihat kamu ..." tanya Risma.
"Orang tuaku tinggal di kota C mbak. Tapi aku merantau dan kerja di kota B..." jawab Eva.
"Lho sama kayak mas Radit dong, mas Radit juga kerja di kota B...." sahut Risma.
"Risma... Dipanggil mas Radit tuh, katanya mas Radit mau pulang..." ucap Anggi.
"Oh, iya sebentar aku selesaikan cuci piring dulu..." ucap Risma.
"Udah mbak, biar Eva aja yang lanjutin cuci piringnya. Tinggal dikit lagi kok..." sahut Eva.
"Nggak papa emang...?" tanya Risma.
"Nggak papa kok mbak, udah sana mas Radit nungguin tuh..." jawab Eva.
"Ya udah, aku pulang dulu ya..." ucap Risma.
"Tante Eva..." panggil Sabila lalu mendekati Eva.
"Iya sayang..." jawab Eva.
"Sabila pulang dulu ya , besok Sabila main ke sini lagi mau main game sama tante Eva, seru soalnya main sama tante Eva..." ucap Sabila.
"Tapi besok tante Eva pulang, kapan- kapan lagi aja ya kalau tante main ke sini lagi..." sahut Eva.
"Yaaahh.. Kok pulangnya besok sih tante, nggak besoknya lagi aja ...." Sabila kecewa.
"Nggak bisa sayang, soalnya lusa kan tante sudah harus masuk kerja...." ucap Eva sambil mengusap kepala Eva.
"Eh tapi tante Eva pulangnya sore kok , besok pagi Sabila ke sini aja, nanti kita main lagi ..." ucap Eva.
"Beneran tante...?" tanya Sabila, Eva pun mengangguk.
"Yeee... Asik...." Sabila memeluk Eva merasa senang.
"Kelihatannya Sabila suka sama kamu Eva, jarang- jarang lho dia cepat akrab sama orang yang baru dia kenal..." ucap Risma.
"Abis tante Eva baik sih..." sahut Sabila memeluk pinggang Eva.
"Makasih sayang..." Eva mengusap pipi Sabila.
"Ya udah, kita pulang dulu ya Eva..." ucap Risma.
"Iya mbak, hati- hati ya, maaf Eva nggak anter mbak ke depan, mau lanjutin cuci piring dulu..." sahut Eva.
"Iya nggak papa..." jawab Risma.
Risma dan Sabila pun menuju ruang tengah di mana tadi Radit bersama Abah dan juga Aryo berbincang. Tapi ternyata di sana mereka sudah tidak ada.
"Umi, mas Radit mana...?" tanya Risma
"Ada di teras, lagi ngobrol sama temannya..." jawab bu Ratna.
"Temannya mas Radit, siapa Mi...?" tanya Risma
"Namanya Nada , temen sekantornya Radit, dan teman kuliahnya dulu..." jawab bu Ratna.
Risma lalu pergi ke teras untuk menemui temannya Radit. Sampai di pintu ruang tamu, Risma tidak langsung menemui Radit dan Nada. Dia mengintip sang suami yang mengobrol dengan begitu akrabnya di kursi teras rumah bu Ratna. Risma pun merasa heran dengan sikap Radit yang begitu berbeda dari biasanya.
Iya, selama ini yang Risma tahu, Radit itu pendiam, tidak banyak bicara kecuali sama anak- anaknya. Tapi apa yang Risma lihat sekarang berbanding terbalik. Radit begitu akrab ngobrol dengan Perempuan cantik yang kata bu Ratna bernama Nada.
"Ngapain kamu di sini...?' tanya bu Ratna mengagetkan Ratih yang sedang mengintip Radit dan Nada di balik pintu. Bu Ratna hendak membawakan teh manis hangat untuk Nada.
"I..itu..Mi..." Risma terbata.
"Nggak sopan banget ngintipin orang..." ucap bu Ratna dengan jutek lalu pergi menghampiri Radit dan Nada.
"Nada, nih teh nya diminum ya..." ucap bu Ratna.
"Makasih tante..." jawab Nada.
Kemudian mereka bertiga terlibat obrolan yang cukup seru.
"Mbak Risma..."
"I..iya..." Risma kaget karena tepukan tangan Eva di pundaknya.
"Ya ampun Eva, kamu ngagetin aja..." ucap Risma sambil memegang dadanya.
"Mbak Risma ngapain di sini...?" tanya Eva.
"Ah, nggak, mbak cuma lagi mendengarkan obrolan mereka..." Risma menolah ke arah Radit dan yang lainnya.
Eva pun melongok kearah teras di mana Radit, Nada dan bu Ratna sedang asik berbincang.
"Oh, itu kan mbak Nada..." ucap Eva.
"Kamu kenal Nada...?" tanya Risma.
"Kenal lah mbak, Nada itu kan rekan kerjanya mas Radit..." jawab Eva.
"Kok kamu tahu...?" Risma mengerutkan keningnya heran kenapa Eva bisa tahu tentang rekan kerja Radit.
"Ayo mbak kita ngobrol di ruang tengah saja...." Eva menarik tangan Risma mengajaknya ke ruang tengah dan duduk di sofa. Kebetulan di ruang tengah sepi. Anak- anak sedang berada di halaman rumah. Anggi sedang ke minimarket beli camilan, sedangkan Aryo sedang mengantar Abah ke bengkel mengambil motor.
"Mbak, sebenarnya aku ini kerja di kantor yang sama dengan mas Radit. Tapi beda bagian. Kalau mas Radit kan manager keuangan, sedangkan aku staf biasa...." ucap Eva.
"Kamu bekerja di perusahaan yang sama dengan mas Radit...? Kok mas Radit nggak pernah cerita sama aku ya...?" tanya Risma.
"Mbak Risma ini kayak nggak kenal sama mas Radit saja, dia kan oranya nggak banyak bicara mbak..." sahut Eva.
"Iya sih... Trus kalau Nada itu dia sebagai apa di kantor...?" tanya Risma.
"Nah si Nada itu, dia sekertarisnya pak Hadi, direktur kami mbak. Tapi mbak Nada itu genit, mentang- mentang dulu teman kuliahnya mas Radit, dia suka deket- deketin mas Radit terus. Ngajakin ngobrol sambil ketawa- tawa, sok akrab banget deh, kayak nggak tahu aja kalau mas Radit sudah punya istri dan anak...." jawab Eva.
"Iya aku juga tadi lihat dia akrab banget ngobrol sama mas Radit..." sahut Risma.
"Ya itu karena mbak Nada duluan yang suka deket- deket mas Radit. Ngapain juga dia ke sini jauh- jauh buat nemui mas Radit, kayak nggak ada kerjaan..." ucap Eva.
"Ya udah, aku mau ke depan ya, mau ketemu sama Nada..." ucap Risma.
"Mau ngapain mbak...?" tanya Eva.
"Ya mau kenalan aja..." jawab Risma.
"Ya udah mbak, ayo kita ke sana..." sahut Eva.
Risma dan Eva lalu pergi ke teras rumah menghampiri Radit dan yang lainnya.
"Mas Radit, dia siapa...?" tanya Risma pura- pura tidak tahu.
"Oh..iya.. Ini... Kenalkan namanya Nada, dia satu kantor denganku...." jawab Radit memperkenalkan Risma pada Nada.
"Ini istriku..." ucap Radit pada Nada.
Risma dan Nada pun berjabat tangan.
"Nada..." ucap Nada dengan suara lembut tapi seksi.
Iya Nada memang terlihat cantik, seksi dan matanya indah. Biarpun umurnya sama dengan Radit yaitu tiga puluh delapan tahun, tapi dia terlihat seperti umur dua puluh tahunan.
"Risma..." jawab Risma.
Nada melihat Risma dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan raut muka seperti meremehkan. Didalam hati, Nada heran melihat penampilan Risma. Perempuan sederhana, wajah pas- pasan dengan pakaian dan hijab yang tidak modis berbeda dengan dirinya yang penampilannya selalu elegan dan enak di pandang.
"Jadi ini istri kamu Radit...?" tanya Nada lagi- lagi dengan tatapan yang meremehkan.
"Iya..." jawab Radit.
"Sudah berapa lama kalian menikah...?" tanya Nada.
"Sepuluh tahun...." jawab Radit.
"Kamu sendiri kapan mau menikah Nada...? Tuh Radit saja sudah punya dua anak masa kamu masih sendiri saja...." sahut bu Ratna.
"Tau nih tante, belum ketemu yang cocok..." ucap Nada.
"Tapi kalau pacar sudah punya kan...?" tanya Bu Ratna
"Sudah sih, tapi dia belum mau menikahi aku tante, sedih deh...." jawab Nada sambil melirik ke arah Radit, lalu Nada memanyunkan bibirnya.
"Kenapa belum mau menikahi kamu...?" tanya bu Ratna.
"Nggak tahu tante, mungkin dia masih ragu sama aku..." jawab Nada lagi- lagi sambil menoleh ke arah Radit. Sedangkan Radit hanya melirik sekilas saja pada Nada lalu menunduk.
Melihat sikap Radit dan Nada, Risma pun jadi bertanya- tanya dalam hati, ada apa dengan mereka. Tapi Risma mencoba untuk bersikap biasa saja.
"Lho ada Eva juga toh..." ucap Nada melihat ke arah Eva yang berdiri di belakang Risma.
"Iya mbak..." jawab Eva sambil menggeser tubuhnya agar tidak terhalang oleh Risma.
"Kapan datang...?" tanya Nada.
"Tiga hari yang lalu..."
"Sama Radit...?" tanya Nada sambil melirik ke arah Radit.
"Nggak, aku datang sendiri...." jawab Eva.
Iya, Eva memang sudah tiga hari menginap di rumah bu Ratna, kebetulan dia sedang cuti.
"Ohh..." sahut Nada.
"Oya Radit ,kamu kapan kembali ke kota B...?" tanya Nada.
"Besok sore..." jawab Radit.
"Kamu naik apa...?" tanya Nada.
"Aku biasa naik kereta..." jawab Radit.
"Kenapa nggak naik mobil saja, kamu kan ada mobil...?" tanya Nada.
"Capek di jalan, besoknya kan sudah harus kerja, kalau naik kereta kan aku bisa tidur..." jawab Radit.
"Gimana kalau besok kamu ikut aku aja naik mobil, nanti kita gantian nyetirnya..." ujar Nada.
"Sama Eva juga, biar asik kita rame - rame..." lanjut Nada.
"Eva, kamu mau ikut bareng Nada...?" tanya Radit.
"Boleh mas..." jawab Eva.
"Ya udah, kita berangkat bareng besok, ikut kamu..."ucap Radit pada Nada.
"Nah gitu dong...." sahut Nada sambil mengusap lengan Radit.
Melihat apa yang dilakuakan oleh Nada, Risma merasa risi. Kok bisa Nada yang bukan siapa- siapa berani pegang- pegang Radit di depan istrinya.
"Ya udah, besok aku jemput kamu ke sini ya, mau jam berapa berangkatnya...?" tanya Nada.
"Sorean aja kali ya jam limaan..." jawab Radit.
"Ya udah, jam lima aku jemput kalian di sini. Oke..." ucap Nada pada Radit dan Eva.
"Oke ..." jawab Radit dan Eva mengangguk.
"Aku pulang dulu kalau gitu. Pamit ya..." ucap Nada lalu cipika cipiki dengan Radit yang membuat hati Risma panas.
Dengan bu Ratih, dan Eva pun Nada melakukan hal yang sama seperti pada Radit. Dan terakhir ketika pamitan pada Risma, Nada juga ingin cipika cipiki tapi Nada mengurungkan niatnya.
"Sorry... Muka kamu jerawatan..." ucap Nada tidak jadi cipika cipiki.
Risma hanya diam saja mendengar ucapan Nada yang cukup membuatnya tersinggung. Walapun ucapan Nada tadi setengah berbisik tidak terdengar oleh Radit dan yang lainnya tapi tetap saja Risma merasa malu. Nada lalu pergi menggunakan mobilnya.
"Mas, ayo katanya mau pulang..." ucap Risma sambil menatap kesal pada Radit. Tapi sepertinya Radit tidak menyadari kekesalan Risma.
"Ya udah ayo pulang, Mi Radit pamit ya..." Radit mencium punggung tangan bu Ratna.
"Salam buat Abah ya Mi..." ucap Radit.
"Iya..." jawab bu Ratna.
Risma pun mencium punggung tangan bu Ratna untuk berpamitan.
"Eva, mas pamit ya..." ucap Radit sambil tersenyum pada Eva.
"Iya mas, hati- hati ya..." sahut Eva lalu mencium punggung tangan Radit.
"Mas Radit besok pagi ke sini lagi kan...? Katanya Sabila ingin main game lagi di komputernya Akbar..." ucap Eva.
"Iya, besok pagi mas ke sini lagi..." jawab Radit. Radit ,Risma dan anak- anak lalu pergi meninggalkan rumah bu Ratna.
****
"Mas, kamu akrab banget sama Nada..." ucap Risma dengan nada jutek.
"Ya akrab lah , dia dulu teman kuliahku, dan sekarang aku sama dia bekerja di satu perusahaan yang sama, setiap hari ketemu sama dia...." sahut Radit sambil fokus menyetir.
"Tapi aku nggak suka kamu terlalu dekat sama dia mas. Kamu kan punya istri dan anak, kok bisa kamu sedekat itu sama perempuan lain. Kamu juga, mau aja dipegang- pegang sama dia, cipika- cipiki lagi. Aku risi tahu nggak mas ngelihatnya...." ucap Risma kesal.
"Ada hubungan apa kamu sama Nada mas...?" tanya Risma.
"Maksud kamu apa sih, kan tadi aku sudah jelaskan kalau dia rekan kerja dan teman kuliah..." jawab Radit.
"Bohong... ! Kamu pasti bohong sama aku mas....! Kamu pasti punya hubungan lebih sama dia kan...? " sahut Risma dengan dada naik turun karena emosi dan juga cemburu.
"Kamu ini apa- apaan sih Ris.." Radit kesal pada Risma.
Bersambung...