Pencarian nya untuk mendapatkan wanita idaman yang bisa menerima diri dan anak-anak nya, melalui proses panjang. Tidak heran hambatan dan ujian harus ia hadapi. Termasuk persaingan diantara wanita-wanita yang mengejar dirinya karena dia termasuk pria yang mapan, tampan dan punya banyak aset yang berharga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Wah masakan malam hari ini luar biasa lezat. Terima kasih sayang, sudah capek-capek bikin masakan kesukaan ku. Ini komplit banget, ada rendang, gulai nangka, ada ceker sambel mercon. Terus ini apa ini, em empal goreng. Kok kamu bisa masak seenak ini sih, sayang. Rasanya mirip bumbunya mamak loh," puji Fauzan sambil tersenyum senang.
Jangan lupa kalau anak-anak mereka pun ikut menikmati makan malam bersama ibu dan ayah mereka termasuk Zulaikha dan juga Sandra. Jadi anak Fauzan sekarang ada sembilan, ini terhitung dengan anak Sabrina dan Erlina yang bernama Zulaikha dan Sandra.
"Sebenarnya tadi pagi, aku telepon mamak di Medan, mas," sahut Sabrina. Fauzan menyipit bola matanya.
"Oh ya? Tapi mamak sehat kan, sayang?" tanya Fauzan.
"Sehat mas. Oh iya mas, mas Fauzan sudah transfer mamak bulan ini belum? Katanya mamak akhir bulan ini mau mengundang anak-anak yatim di rumah. Rencananya mau mengumpulkan mereka makan bersama-sama dan memberikan bingkisan berupa sarung atau mukena dan alat sekolah," jelas Sabrina.
"Bagus itu, nanti biar aku tambahin lagi uang nya untuk mamak. Semoga keluarga kita semuanya diberi kesehatan dan keselamatan," ucap Fauzan dan di aamiin kan oleh Sabrina beserta anak-anaknya. Para asisten rumah tangga yang diajak makan bersama dengan mereka pun ikut meng aamin kan doa Fauzan.
Setelah makan malam bersama, anak-anak belajar mengaji bersama-sama dengan guru mengaji yang sengaja didatangkan ke rumah secara privat. Namun demikian anak Fauzan yang sudah besar dan pandai mengaji sudah bisa ikut membantu mengajari adik-adiknya ilmu tajwid. Sehingga meringankan tugas Bu ustadzah dan pak ustad yang memberikan pelajaran ilmu agama.
Berbeda dengan Fauzan dan Sabrina sendiri duduk bersantai di atas balkon lantai paling atas. Dengan menikmati secangkir kopi dan dilengkapi dengan pisang goreng coklat keju, keduanya duduk santai sambil berbincang-bincang tentang apa saja.
"Mas, kira-kira boleh tidak kalau aku ikutan bekerja di perusahaan. Jadi apa saja mau. Bosen di rumah terus, mas," Sabrina tiba-tiba ingin sibuk. Fauzan yang mendengar permintaan istrinya itu jadi mengerut. Dia kurang setuju kalau istrinya ikutan bekerja di luar rumah.
"Untuk apa, sih sayang? Aku saja yang bekerja dan mencari nafkah untuk keluarga ini. Apa kamu ingin uang jajan dan bulanan kamu, aku tambahin? Kamu di rumah saja yah, sayang? Hem?" Dengan lembut Fauzan menolak dan tidak mengijinkan istrinya ikutan bekerja dengan dirinya.
"Sebenarnya aku hanya ingin selalu dekat dengan kamu saja, mas. Lagipula di rumah terus rasanya bosen juga," Sabrina terdengar mengeluh.
"Hem, tapi aku tidak mengijinkan kamu ikutan bekerja, sayang. Kalau kamu bosen, boleh kok kamu mencari kesibukan yang lain. Kumpul-kumpul dengan ibu-ibu sosialita atau ibu-ibu pengajian juga boleh kok, sayang," Fauzan memberikan pendapat pada istrinya.
"Jujur saja aku kurang suka terlalu sering kumpul-kumpul seperti itu. Sesekali boleh saja sih," sahut Sabrina beralasan.
"Kenapa? Bukannya justru asik bertemu dengan para ibu-ibu di arisan atau pengajian?" Fauzan mengerut keningnya. Istrinya itu memang lebih suka di rumah daripada mengikuti kumpulan dengan ibu-ibu sosialita.
"Ah mas Fauzan pasti paham, kenapa aku tidak suka terlalu sering mengikuti acara ibu-ibu komplek. Selain banyak ghibah nya, di sana pun suka pamer perhiasan atau kekayaan. Malas jadinya. Kalau untuk kegiatan ngaji nya sih bagus. Tapi lebih banyak ghibah nya, mas," alasan Sabrina.
"Ya, pandai-pandai saja kalau sudah berkumpul dengan ibu-ibu dong sayang. Ambil positifnya saja. Yang buruk dihindari saja," Fauzan menasihati.
"Iya sih, jadi gimana mas? Ceritanya aku tidak boleh bekerja dengan kamu, mas?" Sabrina menegaskan.
"Tidak usah sayang! Ini bukan bidang kamu," sahut Fauzan. Sabrina cemberut bibirnya hingga maju beberapa Senti. Fauzan terkekeh melihat istrinya yang monyong bibirnya karena tidak dituruti keinginan nya.
"Tapi kalau kamu mau, bagaimana kalau kamu bikin usaha kue atau apa gitu. Tapi di rumah saja. Bisa lewat online atau menerima pesanan gitu. Nanti akan aku beri modal untuk kamu. Bagaimana, hem?" Fauzan mencoba memberikan ide pada istrinya.
"Wah keren juga bikin usaha kecil-kecilan di rumah sambil mengasuh anak-anak. Tapi apa yah mas? Aku kurang pinter membuat kue-kue," Sabrina memikirkan keahliannya yang bisa dijadikan bisnis rumahan.
"Kamu pikirkan saja apa yang bisa kamu buat. Tapi ingat, jangan capek-capek loh. Malam hari tetap waktunya menemani ku. Tidak ada alasan untuk mengeluh loh," Fauzan mengedipkan matanya pada Sabrina.
"Duh, gak jadi deh. Takutnya aku tidak bisa menolak jika mendapatkan orderan yang banyak. Sedangkan malam hari aku harus menemani kamu seperti ini," Sabrina kembali memikirkan jika dia memulai usaha kecil-kecilan di rumah. Sedangkan anak-anak nya juga banyak.
"Sudah aku bilang bukan, cukup aku saja yang mencari nafkah. Kamu tinggal mengurus rumah, anak-anak dan saat aku pulang, kamu temani aku dan melayani aku," ucap Fauzan.
"Iya mas! Kalau begitu aku nurut saja deh, apa kata kamu mas," sahut Sabrina akhirnya. Fauzan mengusap puncak kepala istrinya dengan lembut. Pria itu terlihat bahagia ketika menikah dengan Sabrina. Selain pulang tepat waktu, Fauzan jadi sering makan bersama dengan keluarga nya. Apalagi Sabrina akhir-akhir ini suka sekali memasak masakan kesukaan Fauzan.
"Oh iya, mas! Aku boleh menjenguk Vievie tidak?" Sabrina tiba-tiba punya ide aneh-aneh. Fauzan diam membisu tidak menjawab pertanyaan Sabrina.
"Maaf, mas! Tidak boleh yah mas menjenguk mbak Vievie di penjara? Iya deh, aku salah. Aku minta maaf sudah berpikiran seperti itu. Ingin melihat mbak Vievie di tahanan," Sabrina menyesal telah meminta persetujuan pada suaminya mengenai hal itu.
"Kamu jelas-jelas sangat tahu, siapa Vievie itu. Bahkan dia sudah pernah menyakiti kamu. Memisahkan kita bertahun-tahun. Mencelakai aku dan Erlina saat itu. Kamu harus ingat itu. Tidak mudah bagi seseorang untuk berubah menjadi lebih baik. Bisa jadi ketika Vievie keluar dari penjara nanti, dia semakin jahat dan dendam kita," Fauzan menganalisa. Sabrina menyimak ucapan suaminya yang terdengar menakutinya.
"Tapi kamu jangan khawatir, sayang! Kalau Vievie bebas nanti, aku bakal lebih ketat menjaga istri dan anak-anak kita. Aku tidak akan membiarkan wanita itu kembali melakukan kejahatan dan menghancurkan keluarga kita," Fauzan telah memikirkan hal itu. Walaupun itu hanya sangkaan nya saja, tidak menutup kemungkinan kalau Vievie akan kembali nekat membalas dendam kepada dirinya.
"Mas, aku kok jadi takut sih mas. Tapi semoga mbak Vievie bisa berubah yah, mas," sahut Sabrina.
"Semoga saja!" ucap Fauzan akhirnya.