Bianca Adlova yang ingin hidup tenang tanpa ada kemunafikan.
Dia gadis cantik paripurna dengan harta yang berlimpah,namun hal itu tidak menjamin kebahagiaannya. Dia berpura-pura menjadi gadis cupu hanya ingin mendapatkan teman sejati. Tapi siapa sangka ternyata teman sejatinya itu adalah tunangannya sendiri yang dirinya tidak tau wajahnya.
Lalu bagaimana Bianca akan terus menyembunyikan identitas aslinya dari teman sekolahnya? Apakah dia akan kehilangan lagi seseorang yang berharga dalam hidupnya? ikuti kisahnya disini.
Selamat membaca🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alkeysaizz 1234, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hampir saja..
Aluna tak percaya dengan apa yang ia lihat, seseorang yang begitu ia kenal bahkan tadi sempat bermain basket dengan si cupu.
"Evan? gue pikir lo.."
Aluna menggantungkan kalimatnya saat menatap wajah Evan yang dingin dan kasar, dia terlihat menyeringai sambil menatap ke arah Bianca dan Jojo.
"Elo tau kan' lun, Kalau gue gak suka sama seseorang yang lebih unggul dari gue." kali ini Aluna yang tersenyum.
"Lalu , bagaimana kita membuat hubungan mereka renggang?" Evan tersenyum miring sambil menatap Aluna. " Soal itu,biar gue yang atur..".
Bel masuk pun telah berbunyi kembali, seluruh murid masuk ke kelas nya masing-masing,siap untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.
'"Cup,kita sekelompok ya?" Bianca hanya mengangguk saja pelajaran Biologi Bu Amanda tadi.
" Pagi semua!" sapa seorang guru begitu dingin, dia masuk dengan langkah tegas dan juga memasang ekspresi wajah yang begitu datar.
"Pagi juga pak.." jawab anak-anak disana begitu pelan.
Jojo menatap ke arah guru itu tanpa ekspresi, sepertinya hubungan mereka tidak baik.
"Buka halaman 74 dan 75, kerjakan soal yang ada di sana,bapak kasih waktu 15 menit."
"Tapi pak.." sang guru langsung menatap ke arah anak yang mencoba protes.
"Saya tidak suka di sela,apalagi di bantah! Jika kamu tidak sanggup,silahkan mundur dan keluar dari kelas sekarang!"
Glek...
"Galak amat.." lirih Bianca pelan sambil membuka halaman yang tadi di sebutkan. Dia menatap soal matematika yang begitu banyak dan harus menyelesaikan dalam waktu lima belas menit? Apa dia sudah gak waras? Bagaimana bisa dirinya bisa mengerjakan soal itu dengan cepat? ' Pikir Bianca dalam hati.
"Kamu..!" Tunjuknya pada Bianca yang langsung terkesima merasa terkejut.
"Iya ,saya pak.."
"Kerjakan di depan nomor satu sampai nomor lima!" Bianca kehabisan kata,ingin menyela pasti dia akan kena semprot juga.Tapi dirinya merasa bingung tentang semua soal yang begitu rumit,meskipun dia sudah tau jawabannya.
Jojo menghentikan langkah Bianca saat hendak maju ke depan,menatap ke arah guru matematika yang duduk begitu tenang dan tanpa beban sedikitpun.
Sang guru pun menatap ke arah Bianca kembali,namun kini tatapan matanya berubah dingin saat beralih ke arah Jojo.
"Cepat maju ke depan! Ikuti perintah saya!" tekannya lagi mengintimidasi.
Lagi-lagi tangan Bianca di cekal kuat oleh Jojo saat dirinya mulai melangkah,ia pun berdiri dan mulai angkat bicara.
"Apa bapak sudah gila?! Bagaimana bisa anda memberikan soal yang begitu banyak pada kami semua ,dan hanya dalam waktu lima belas menit kami harus mengumpulkan jawabannya?!"
Mata guru matematika itu berkilat tajam,bahkan dia menaikkan alisnya di balik kaca mata kotaknya.
"Itu hak saya! kenapa saya harus menunggu persetujuan kalian?! Kalau kau tak mampu menjawabnya,maka silahkan keluar dari kelas saya!!"
Jojo mengepalkan kedua tangannya kuat, rasanya ingin menghajar guru itu saat ini juga. Tangan Bianca perlahan menggenggam tangan Jojo membuat dia menoleh.
"Gak apa-apa Jo. Gue akan coba.." Jojo langsung melonggarkan kepalan tangannya dan mengangguk,entah kenapa perasaannya membaik setelah Bianca menggenggam tangannya.
Bianca maju dengan pasti dan mulai menatap papan tulis ,dia mulai mengambil spidol yang berwarna hitam dan menuliskan jawabannya disana. Semua orang nampak terkejut,begitu juga Jojo. Rupanya Bianca memiliki kecerdasan di atas rata-rata yang mampu mengerjakan soal yang sama sekali belum di pelajari.
Sang guru menatap dalam ke arah gadis itu,lalu berdiri dan memeriksa dengan teliti semua jawaban Bianca yang benar.
" Kamu boleh duduk!" ujarnya lagi dingin.
Kali ini anak-anak di kelasnya saling berbisik sambil sesekali melirik ke arah Bianca. Merasa si cupu sudah menjadi penyelamat mereka dari si guru killer.
Jojo merenung,merasa terkejut sekaligus kagum,dan yang lebih membuatnya semakin bertanya adalah bagaimana bisa Bianca mengerjakan soal yang di luar pembahasan anak sekolah menengah atas!?.
"Bianca Adlova!! Apa itu nama kamu?!" gadis itu pun mengangguk dengan wajah yang berubah pucat.
"Kamu dulu pernah bersekolah di High school premium dan mendapatkan beberapa medali penghargaan karena pencapaian luar biasa kamu.
Bianca hanya tersenyum kikuk dengan wajah yang sudah pucat pasi. Jantungnya berdetak begitu keras saat sang guru sudah mulai membuka berkas file yang ada di tangannya.
"Aneh..kenapa di sini tak tertera identitas keluarga kamu? kenapa kamu menutupinya? Apa ada sesuatu yang tidak boleh orang tau?!"
Semua atensi kini mulai berubah menatap ke arahnya. Bianca sekarang harus berbohong apa lagi agar identitas aslinya tidak di ketahui.
" Apa perlu anda menanyakan hal itu disini pak?" jawab Jojo membuat Bianca merasa terselamatkan. "Hampir saja ..." lirihnya sangat pelan.
"Itu hak saya!" jawab kembali sang guru dengan melayangkan tatapan dingin.
"Dan itu juga hak dia! Yang tak ingin menjawab pertanyaan dari bapak soal keluarga nya?!"
Sang guru menatap ke arah Jojo tajam begitu juga sebaliknya,lalu berdiri kembali.
"Tugas kalian bapak tambah!"
Degh..
"Kerjakan sampai halaman 80! Bapak tunggu tugas kalian di kantor sebelum bel pelajaran berakhir!!"
Dia pun lantas pergi membuat seisi kelas menjadi gaduh.
"Wah Jo,gila lu! Sekarang kita harus gimana?" tanya salah seorang murid disana Remon yang merupakan ketua kelas.
"Biar gue yang cari jawabannya ,nanti kalian bisa salin di buku kalian!" Seisi kelas langsung hening saat Bianca angkat bicara.
"Ayo tulis isi jawabannya! Waktu kita gak banyak! Apa kalian mau di hukum oleh guru killer itu?!"
Sontak semuanya langsung membuka buku dan menulis lima jawaban yang ada di depan,dan Bianca menghapus papan itu lalu menuliskan jawaban soal selanjutkan. Jojo terpaku menatap tak biasa ke arah Bianca yang begitu cekatan dan lugas dalam menjelaskan,tak terlihat sedikit pun kegugupan, dia terlihat seperti seorang gadis keturunan seseorang yang berpendidikan tinggi. Bukan gadis biasa yang berpenampilan cupu. Anak gadis yang memiliki orang tua berpengaruh bahkan Gadis itu kini,begitu serius bahkan fokus mencari jawaban soal selanjutnya hingga semuanya selesai dan membuat seisi kelas menghela nafas lega.
Fiuh...
"Akhirnya..." ujar Remon yang perlahan menyandarkan punggungnya di kursi.
Bianca tersenyum saat mendapati kelegaan di wajah seluruh teman sekelasnya. Ia pun menatap Jojo yang kini tengah menatapnya.
Degh.. dug tak..dug tak..
Jantungnya mendadak sulit di kontrol,entahlah rasanya Bianca ingin bersembunyi di bawah kolong meja untuk menghindari tatapan Jojo yang penuh dengan pertanyaan.
Bel pulang pun berbunyi membuat Bianca menghela nafasnya lega. Remon langsung mengumpulkan semua buku teman-temannya begitu juga buku milik Bianca dan juga Jojo lalu segera pergi ke ruang guru.
Bianca bergegas membereskan semua bukunya dan menyambar tasnya dengan cepat,namun pergelangan tangannya Jojo cekal membuatnya terpental dan langsung duduk di pangkuan Jojo.
"Jojo! Gak ada kerjaan banget Lo! minggir ! gue harus pulang sekarang!" Bianca mencoba melepaskan genggaman tangan Jojo yang begitu kuat di pergelangan tangannya. Mata pria itu terus saja menelisik wajah Bianca yang berubah pucat dan juga panik.
Setelah beberapa saat, Jojo pun melepas cekalan nya membuat Bianca langsung bangkit dan berlari keluar dengan segera.
Jojo menghela nafasnya begitu berat,mulai merasakan ada hal yang aneh dalam diri Bianca. Namun pikirannya teralihkan oleh suara dering ponsel miliknya.
"Iya halo Ayah" jawab Jojo cepat.
"Hari ini kamu jangan ke bengkel. Langsung pulang ke rumah. Ayah ingin bicara!"
"Baik Ayah."
Jojo langsung mengakhiri panggilannya dan segera menyambar tas miliknya di atas meja,lalu pergi keluar menyusul teman-temannya yang lain.
**
Bianca mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi dan masuk ke jalan yang biasa ia lalui. Terlihat Rubi sudah menunggu dari kejauhan,membuatnya langsung turun begitu sampai di rumah.
"Papah sama Mamah udah pulang belum,bi?" sambil melangkah masuk kedalam Bianca menanyakan soal itu.
"Belum non, sepertinya sebentar lagi." baru juga Rubi selesai bicara terdengar suara klakson mobil milik Papah yang berada di luar.
Bianca langsung berlari cepat ke kamarnya dan segera mencuci seluruh wajahnya. Dia membenarkan semua riasannya kembali dan segera ganti baju.
"Apa Bianca sudah pulang dari sekolah,Rubi?!"
"Sudah Tuan." Jawab Rubi singkat sambil membawakan kedua tas majikannya dan meletakkannya di ruang kerja.
"Biar Aku yang lihat." Rafael mengangguk dan langsung duduk di kursi,lalu melonggarkan dasinya.
"Ini Tuan minumannya?" Rubi menyodorkan dua gelas air disana. Kopi dan air putih.
"Apa Bianca berulah lagi hari ini?" tanyanya langsung. Rubi menggelengkan kepalanya pelan. " Nona bertingkah seperti biasa Tuan,tak ada hal yang aneh yang di lakukan nona Bianca."
Rafael hanya mengangguk saat mendengar jawaban dari Rubi,lalu meletakan segelas kopi yang baru saja ia cicipi.
"Awasi Bianca terus! Jangan sampai dia memakai riasan yang begitu tidak enak di lihat saat keluar rumah,apalagi ke sekolah! Paham kan' kamu Rubi?" Ia pun mengangguk pelan dengan mimik wajah yang rumit.
Rafael pun masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu. Rubi menghela nafas lega dan duduk bersandar pada kursi.
"Sekarang apa lagi? Harus milih Tuan besar atau nona muda! Keduanya bukan pilihan yang menguntungkan! Bahkan membuat ku dalam posisi terjepit!" Rubi meratapi nasibnya yang menjadi kepala pelayan disana. Apalagi saat menghadapi Bianca dan juga Rafael membuatnya pusing tujuh keliling.
"Sayang.."
"I..iya Mah..." Sambil berbalik Bianca menjawab sapaan sang Mamah.
"Malam ini,kita akan makan malam bersama Om Vian. Mamah mohon sama kamu,tolong jangan lagi buat ulah yang memancing kemarahan papah kamu. Kamu ngerti kan' sayang?!" Bianca hanya tersenyum kikuk dan mengangguk,lalu Laura pun pergi ke luar.
"Maaf mah...tapi Bianca punya rencana sendiri agar semua makan malam ini bubar dan selesai..." lirihnya tersenyum miring.
hapoy Reading semuanya 🥰🥰🤗