Karena latar belakang Shazia, hubungan nya bersama Emran tak direstui oleh orang tua Emran. Tapi adiknya Emran, Shaka, diam-diam jatuh hati pada Shazia.
Suatu hari sebuah fakta terungkap siapa sebenarnya Shazia.
Dengan penyesalan yang amat sangat, orang tua Emran berusaha keras mendekatkan Emran dan Shazia kembali tapi dalam kondisi yang sudah berbeda. Emran sudah menikah dengan wanita pilihan orang tuanya sekaligus teman kerja Shazia. Dan Shaka yang tak pernah pantang menyerah terus berusaha mengambil hati Shazia.
Apakah Shazia akan kembali pada pria yang dicintainya, Emran atau memilih menerima Shaka meski tak cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annami Shavian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertengkar
Shazia termangu sesaat mendengar kata-kata Umi Nuria. Bibit bebet bobot yang jelas. Maksud nya? Ia mencoba mencerna sampai ia mengerti. Umi Nuria seakan menegaskan dan menekankan padanya jika wanita yang akan Emran nikahi harus lah berasal dari asal usul yang jelas.
Lantas, apakah ia termasuk memiliki bibit bebet bobot yang jelas? Shazia meneguk ludahnya yang getir. Bagaimana ia bisa menjadi istrinya Emran, ia saja bukan wanita yang memiliki kriteria calon menantu yang diinginkan oleh Umi Nuria.
Shazia lahir dari rahim seorang wanita tanpa memiliki seorang suami. Ia pun tak tahu siapa ayah biologisnya dan dimana keberadaanya. Masih hidup kah, sudah mati kah. Sang ibu tak pernah bercerita sosoknya, dan selalu menghindar jika ia bertanya. Entah apa yang terjadi di masa lalu, dan entah apa yang sedang disembunyikan oleh ibunya itu.
"Ya Allah, syaratnya sesulit ini untuk menjadi istrinya Emran dan menantu seorang ustad." Shazia membatin dengan perasaan teramat sedih.
Shazia kemudian melirik pada Emran yang hanya diam dengan wajah tampak tegang. Sepertinya pria itu sama seperti Shazia, terkejut, dan tak menyangka jika ibunya akan berbicara demikian pada Shazia.
Shazia pikir, Emran sudah bercerita pada keluarganya. Tapi sepertinya belum. Jika sudah tak mungkin kan Umi Nuria tanya-tanya lagi tentang orang tuanya.
Timbul tanda tanya di otak Shazia, kenapa Emran belum bercerita pada keluarganya? padahal ia sudah membicarakan hal ini sebelum menerima Emran sebagai calon suaminya. Belum siap kah, takut kah, atau malu memiliki calon istri yang tak ber-nasab? Astagfirullah. Shazia beristigfar dalam hati. Membuang jauh-jauh fikiran negatifnya terhadap Emran.
Shazia menarik nafas dalam-dalam, mencoba membuang rasa sesak yang mengganjal di kerongkongan.
Lalu dengan segenap keberanian, ia menatap lagi pada wajah datar Umi Nuria.
"Saya sebenarnya......" Ucapan Shazia mengambang kala netra matanya tak sengaja menyorot ke arah seorang laki-laki yang sedang berjalan ke arah mereka. Tepat di belakang umi Nuria dan ustad Ramlan.
"Dia lagi !!" kening Shazia mengernyit. Dimana-mana ada pemuda itu. Tadi di depan gapura, terus di halaman samping, sekarang ada disini.
Ucapan Shazia yang tanpa sadar dan terdengar nyaring itu membuat semua orang mengalihkan tatapan mereka pada pemuda tersebut.
"Kak Shakaaaa......" Alia, salah satu sepupu kecil Emran langsung turun dari kursinya dan berteriak dengan wajah berbinar-binar. Gadis kecil itu meneriaki nama pemuda yang datang tersebut seraya berlari kecil.
Shaka ! jadi namanya Shaka !. Berkat gadis kecil yang meneriakinya itu, kini Shazia tahu namanya.
"Hallo Alia cantik !!" Shaka membalas sambutan Alia dengan senyuman lebar. Berjongkok dan mencubit gemas pipi tembemnya, membuat Alia tertawa cekikikan.
"Kak Shaka kemana aja sih? Tau enggak. Alia sudah tiga kali kesini tapi kak Shaka nya enggak ada terus. Alia kangen banget tau sama kak Shaka," celoteh Alia manja. Bibirnya dikerucutkan.
Shaka tergelak dan lagi-lagi mencubit pipi Alia dengan gemas." Ah, yang bener kamu kangen sama kakak. Kamu ingin ketemu kakak paling ada maunya ya kan !!"
Interaksi akrab dan hangat antara Shaka dan Alia, Shazia seperti melihat sisi lain di diri pemuda tersebut. Ternyata dibalik penampilan nya yang amburadul, Shaka tampak begitu menyenangkan bagi seorang anak kecil seperti Alia. Dan sepertinya Shaka juga menyukai anak kecil. Lihat saja caranya berinteraksi dengan gadis kecil tersebut.
Sebaliknya calon suaminya, Emran. Emran memang selalu berpenampilan perfeksionis dan bersikap sopan pada semua orang. Tapi tampaknya, Emran tak menyukai anak kecil. Seperti tadi saat Alia mendekatinya, Emran hanya mengulurkan tangannya untuk di salim tanpa berbuat seperti yang Shaka lakukan pada Alia.
"Mau ngapain kamu ke sini, Shaka ?" Dari nada pertanyaan dan wajah datar umi Nuria, sepertinya ia tak menyukai kedatangan Shaka.
Shaka seperti orang lain yang bertamu tapi tidak disambut ramah oleh si empunya rumah.
Hal tersebut membuat Shazia bertanya-tanya, siapa sebenarnya pemuda tersebut? Jika salah satu anggota keluarga ini, masa iya ibunya Emran bersikap ketus padanya.
Shaka yang tengah menggoda Alia pun lantas melihat pada umi Nuria." Emangnya kenapa kalau aku kesini, bu ustadzah? Ini rumah ku juga, kan?" Shaka membalasnya dengan sikap yang tampak tenang dan senyuman yang tak kunjung sirna.
Bola mata umi Nuria membesar. Tampaknya ia menahan rasa kesalnya pada Shaka.
"Setidaknya kamu ganti dulu pakaian kamu dengan pakaian yang lebih sopan, ka. Baru kamu kemari dan kumpul sama kami. Emangnya kamu enggak malu sama paman, bibi, sepupu-sepupu mu dan....." Ustad Ramlan melihat ke arah Shazia." Tamu istimewa kami."
Shaka langsung menatap pada Shazia dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
Shazia yang ditatap tanpa kedip pun segera berpaling salah tingkah. Bukan baper sih, tapi lebih tepatnya risih saja ditatap terus menerus.
Shaka kemudian berjalan memutari meja, membuat Shazia mendadak merinding, apalagi melihat Shaka berjalan ke arahnya sambil terus menatapnya.
"Eh, eh kamu mau ngapain? jangan macem-macem sama calon istri ku." Emran dengan sigap menahan tangan Shaka yang terulur ke arah Shazia.
Shaka berdecak." Ya ampun. Siapa yang mau macem-macem sih. Aku cuma mau kenalan sama calon kakak ipar ku doang kok," kata Shaka.
Kakak ipar !! kalau dia menyebutnya kakak ipar, berarti Shaka ini.......dia adiknya Emran. Shazia membatin.
"Enggak bisa. Kamu enggak boleh menyentuh tangan calon istriku secuil pun? Menyingkir sana." Dengan tegas Emran mengatakan nya, dan ia menghentak kasar tangan Shaka, membuat pemuda tersebut sedikit terdorong.
Shaka tersenyum smirk. Perbuatan kasar Emran tentu saja menyulut emosinya. Namun, ia masih bisa mengontrolnya.
"Memangnya kenapa kalau aku kenalan sama calon kakak ipar? apa kakak takut calon kakak ipar akan jatuh cinta sama aku dan kakak tersaingi?" Shaka sepertinya sengaja memancing emosi Emran.
Mendengar itu, bola mata Shazia sontak melebar. Jatuh cinta sama........ Shazia melirik dan memindai tubuh Shaka dari bawah ke atas dengan posisi menunduk. Tepat saat sorotannya kepergok Shaka, pria itu justru mengedipkan mata sambil senyam senyum.
Pupil mata Shazia seketika melebar dan segera berpaling ke arah lain. Oh ya ampun. Mana mungkin ia bisa jatuh cinta sama preman. Kelakuannya pun genit. Astagfirullah. Shazia beristigfar dalam hati.
Emran berdecak kesal.
"Mimpi kamu Shaka. Mana mungkin wanita terhormat seperti Shazia akan jatuh cinta sama anak berandalan yang selalu bikin onar kayak kamu," balas Emran yang mulai geram.
Shaka terdiam sejenak. Entah apa yang pemuda itu pikirkan. Namun sorot matanya terarah pada Shazia yang tengah diam menunduk.
"Kakak yakin, kalau calon kakak ipar yang cantik ini enggak akan jatuh cinta sama aku!" Tantang Shaka diikuti senyuman penuh arti.
Rahang Emran mengeras. Pancaran matanya pun kian nyalang. Shaka benar-benar berhasil menyulut emosi pria tampan yang selama ini selalu bersikap lemah lembut dan sopan pada semua orang.
Emran secepat kilat menarik kaos atas Shaka. Tangan nya mengepal di udara.
tapi...
Apa mau mba nya.. 🤔🤔🤔🤔🤔