Prabu Jayabaya yang merasa bahwa tugasnya sebagai pemimpin yang dicintai oleh rakyat sudah usai, melakukan moksa untuk sampai di alam keabadian. Namun takdir berkata lain. Sang Maha Pencipta justru memasukkan roh nya ke dalam tubuh seorang lelaki culun dan miskin bernama Jay yang baru saja meninggal dunia karena sebuah kecelakaan aneh.
Sebagai Jay, Prabu Jayabaya merasa harus menemukan kebenaran atas kecelakaan yang direkayasa ini. Siapa dalang nya juga orang orang yang terlibat di dalamnya.
Di bantu Ratih yang menurut Prabu Jayabaya adalah titisan dari istri nya, Prabu Jayabaya yang kini menjadi Jay, satu persatu kebenaran akhirnya terungkap dengan jelas.
Bagaimana caranya Prabu Jayabaya yang kini menjadi Jay mengungkap misteri kecelakaan maut yang menewaskan Jay yang asli ini terjadi? Simak kisah selengkapnya dalam "New Journey of the Legendary King".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ekskavasi Situs Kunjang
Jay langsung menoleh ke arah suara itu dan mendapati mahasiswi cantik yang diomongkan oleh Pak Warsito berlari kecil ke arah nya. Goncangan tubuh nya yang memang bohay membuat barang yang membuat lelaki mabuk kepayang itu ikut bergerak, membuat darah kelelakian Jay seketika tersulut seketika. Apalagi pakaian press bodynya yang memamerkan lekuk tubuh, membuat itu semakin ketara.
"Iya Dhek, ada apa? ", tanya Jay usai berhasil meredam perasaannya.
" Anu mas, kita kan belum kenalan. Aku Marissa Wijaya, mahasiswi fakultas ilmu Antropologi Un**** Surabaya. Ikut magang disini sebelum menulis skripsi", mahasiswi cantik itu mengulurkan tangan nya membuat Jay mau tak mau segera membalas dengan menjabat tangan gadis ayu ini.
"Jayendra Maheswara, panggil saja Jay. Ada yang perlu ditanyakan? ", Jay menatap mata Marissa Wijaya yang kalau diperhatikan, manik mata Marissa berwarna hijau yang menunjukkan bahwa ia bukanlah orang asli Indonesia. Minimal blasteran dengan orang Eropa.
" Ah itu tidak ada Mas. Besok kan kita akan berangkat ke Kediri, jadi Marissa minta Mas Jay banyak memberikan petunjuk ya"
"Tenang saja, aku pasti bantu kamu kok. Ya sudah, aku duluan ya. Sampai ketemu besok", Jay melambaikan tangan nya sebelum berbalik badan menuju ke arah parkiran motornya.
Marissa terus memandangi Jay hingga lelaki yang kini menjadi bintang baru kantor Balai Cagar Budaya ini menghilang di tengah-tengah keramaian jalan Bypass Jombang Mojokerto. Setelah itu Marissa melangkah ke arah sebuah mobil Pajero Sport warna hitam yang terparkir di tepi jalan Bypass.
Seorang lelaki berpakaian seperti sopir orang kaya, segera turun dan membukakan pintu untuk Marissa masuk ke dalam mobil mewah itu. Tak lama kemudian, mobil itu sudah melaju kencang di keramaian jalan raya.
Dari balik kaca, sepasang mata mengamati gerak gerik Marissa hingga pergi. Sedangkan sepasang mata lainnya yang bersembunyi dibalik pintu keluar, mengepalkan tangan nya sambil terus mengintip Jay dan Marissa hingga mereka pergi.
*****
Pllaaaaaaakkkkkk!!!!!
Ferdy langsung terjungkal mencium lantai setelah tamparan keras Reynold Waseso menghajar pipi kanan lelaki bertubuh gempal dengan tato macan di lengan kanannya itu. Namun meskipun badannya lebih besar dari Reynold, Ferdy tak berani berbuat apa-apa selain bangkit sambil memegangi pipinya yang memerah.
"Dasar tolol kau Ferdy!!!
Sudah ku bilang untuk tidak bertindak duluan tanpa perintah dari ku tetapi anak buah mu sok jagoan hingga membuat orang itu minggat dari kontrakan nya. Bodoh! Kau sungguh-sungguh bodoh!! "
Reynold Waseso terus memaki-maki Ferdy untuk melampiaskan kekesalannya. Dia benar-benar marah besar.
"Temukan orang itu Ferdy, tidak tahu cara apa yang kau gunakan!
Bahkan jika kau harus mencari ke lobang semut sekalipun, kau harus menemukannya. Jika tidak, nyawa mu juga nyawa anak istri mu akan menemani ku ke neraka karena amarah Tuan Besar! Mengerti kau?!! ", ancam Reynold Waseso sambil menunjuk pada lelaki bertubuh gempal itu.
" Baik bos, baik.. ", jawab Ferdy segera.
Reynold Waseso lalu menoleh ke arah Henry, anak buahnya yang lain. Ia memberikan tugas berbeda pada nya.
"Henry, bagaimana tugas yang ku berikan padamu hah?! Apa kau sama tolol nya dengan si Ferdy ini? ", tanya Arnold Waseso sambil menatap tajam ke arah Henry yang bertubuh lebih kecil daripada Ferdy namun lebih berotot dan kekar.
" Beres bos, anak buah ku selama sepekan ini terus mengikuti kemana perginya Nona Marissa. Dia magang di kantor balai cagar budaya di luar Kota Surabaya. Tapi kemana-mana ia selalu diantar jemput sama Teddy, sopir sekaligus pengawal pribadi Pak Wijaya.
Karena tahu kemampuan bertarung Teddy, anak buah ku hanya berani mengikuti tanpa bertindak apa-apa. Aku hanya menunggu perintah dari bos selanjutnya ", lapor Henry.
" Itu lebih baik. Kau tak boleh bertindak gegabah seperti si Ferdy itu.
Keluarga Wijaya punya pengaruh besar dalam kehidupan ekonomi di kota ini. Grup Wijaya bahkan mampu bersaing setara dengan PT Semesta Biru Perkasa milik ayah ku. Jika aku bisa mendapatkan Marissa, maka keluarga ku akan menjadi pebisnis puncak di Kota Surabaya ini.
Awasi terus mereka, Henry. Laporkan setiap pergerakan apapun dari Marissa secepatnya ", perintah Reynold Waseso sambil meneguk cangkir berisi minuman keras nya.
" Siap laksanakan bos.. ", sahut Henry cepat. Reynold Waseso meletakkan cangkir nya ke atas meja nya sedikit keras. Dengan penuh ambisi, dia mengepalkan tangan nya erat-erat.
" Sebentar lagi Grup Wijaya akan jatuh ke tangan ku! "
*****
Malam itu, Jay mempersiapkan segala sesuatunya untuk perjalanan dinasnya ke Kediri. Ekskavasi Situs Kunjang mungkin akan membutuhkan waktu yang cukup lama hingga dia harus membawa pakaian ganti yang cukup agar tidak terganggu selama bertugas.
Ratih tidak datang ke kontrakan baru Jay karena ada acara keluarga hingga ia cuma mengirim pesan dengan emoticon hati sebagai penyemangat buat Jay agar bekerja dengan tekun.
Malam itu, Jay tidak tidur tetapi menggunakan nya untuk berlatih mengumpulkan tenaga dalam yang sedikit demi sedikit mulai terkumpul. Ia sudah mulai bisa menggunakan nya untuk menghempaskan benda kecil seperti ember maupun sepatu kulitnya. Tetapi kekuatan ini masih jauh dari cukup untuk bisa menjatuhkan lawan. Ia terus berlatih dengan bersemedi dan mengatur jalan nafas juga darah untuk menguatkan tubuh nya hingga fajar mulai menyingsing di ufuk timur.
Potongan kenangan dari pemilik tubuh asli Jay membuat Jay banyak memahami gaya hidup maupun agama yang dianut masyarakat saat ini. Sebagai reinkarnasi raja yang tahu akan perubahan zaman, Jay pun juga ikut beribadah sesuai dengan agama pemilik tubuh aslinya.
Pagi itu, dengan mengendarai motor sport matic yang baru saja di kredit. Ini terpaksa dilakukan oleh Jay karena motor lamanya hancur akibat kecelakaan tempo hari dan biaya perbaikannya jauh lebih mahal daripada harga aslinya.
"Macet lagi macet lagi! Kapan ya Surabaya tak macet lagi? ", gerutu Jay sambil berusaha untuk mencari celah di tengah jalan yang sedang macet.
Selepas bisa lolos dari kemacetan, Jay segera memacu kendaraannya ke arah kantor dinas nya. Jam 7.17 dia baru saja sampai di kantor. Untung saja jam ceklok nya setengah 8 hingga ia masih tidak dihitung terlambat.
Sebuah mobil dinas berplat merah telah terparkir rapi di parkiran. Jay segera mengunci motor nya kemudian mendekati Danang yang sedang sibuk memasukkan beberapa peralatan dibantu oleh Dani, satpam Kantor Balai Cagar Budaya lainnya dan Bagus, sopir kantor.
"Tumben kau telat Jay, kesiangan bangun kau? ", ujar Danang sambil memasukkan barang pribadi nya ke bagasi mobil dinas.
" Bukan bos, ada mobil kecelakaan di utara bundaran Waru. Jadi macet jalannya ", sahut Jay sambil ikut memasukkan ranselnya ke dalam bagasi.
Setelah persiapan beres dan para mahasiswa yang magang di kantor balai cagar budaya telah berkumpul semua, mobil dinas itu segera meluncur meninggalkan halaman kantor itu ke arah barat. Hanya Marissa saja yang tidak satu rombongan dengan mereka karena ia diantar oleh sopir pribadi.
2 jam perjalanan, mereka sampai di Situs Kunjang. Kepala kantor balai cagar budaya Kediri menyambut mereka dengan antusias. Bersama dengan beberapa staff kantor lainnya dan beberapa orang tenaga sewaan untuk menggali tanah, rombongan itu segera bergerak ke situs ini.
Begitu sampai Danang dan Jay langsung mengamati struktur bangunan yang tercerai-berai itu sambil terus memperhatikan kontur tanah di sekitarnya. Mata Jay yang tajam, melihat sudut batu yang nyaris tidak ketara karena tertutup tanah dan rumput.
"Bos, sepertinya kita bisa mulai penggalian dari sini", teriak Jay sambil menunjuk ke arah batu itu. Danang menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuan dan para pekerja serta para petugas cagar budaya pun mulai melakukan penggalian sesuai dengan arahan Jay dan Danang. Para mahasiswa magang terutama Marissa terus memperhatikan petunjuk Jay dan Danang dalam pekerjaan ekskavasi situs Kunjang ini.
Hampir seharian melakukan penggalian sekaligus meneliti struktur bangunan candi yang ditemukan, bentuk dasar candi ini mulai terlihat. Saat salah satu pekerja penggalian mulai menggali di dekat lingga yoni berangka tahun 1057 Saka itu, Jay melihat sebuah bulatan benda berwarna hitam yang terkubur di bawahnya. Ia segera bergegas mengambilnya.
Mata Jay langsung berbinar kala mengetahui bahwa itu adalah benda yang ia cari. Meskipun terbungkus oleh tanah hingga nyaris seperti batu biasa, Jay tahu bahwa benda itu adalah sebuah pusaka yang banyak diincar oleh banyak orang, Batu Manik Astagina.
Saat Jay masih asyik menimang batu itu, tiba-tiba beberapa orang datang ke tempat itu. Salah seorang diantara mereka langsung berteriak lantang,
"Hentikan perbuatan jahat kalian..!! "
semoga dalam naungan perlindungan Tuhan Gusti Allah...
sekarang anaknya raja