Setelah mengalami percobaan mesin waktu yang gagal, Han Ziqing tiba di dunia kuno sebagai permaisuri yang siap dikubur di peti mati. Di hari dia membuka mata kembali, dia bertengkar dan bertarung dengan Wei Shiqi, sang Kaisar yang selama ini membencinya.
Di dalam harem yang kejam dan dingin, selain menghadapi sikap dingin Wei Shiqi, Han Ziqing juga harus menghadapi dan mengurus selir-selir yang memusingkan.
Wei Shiqi yang menyadari kepribadian Han Ziqing yang berubah total mulai mengubah pemahamannya. Dia secara tidak sadar melakukan segala hal untuk melindunginya dan membuatnya tetap berada di sisinya.
***
"Yang Mulia, Permaisuri meracuni Selir Yun karena kesal!"
Wei Shiqi menjawab, "Panggil tabib dan obati Selir Yun!"
"Yang Mulia, Permaisuri pergi menemui Sarjana Song!"
Wei Shiqi menjawab, "Batalkan gelar sarjananya, kirim ke perbatasan!"
"Yang Mulia, Permaisuri pergi berkencan dengan Tuan Fu!"
Wei Shiqi mengerutkan kening, "Kirim Fu Dou kembali ke negaranya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Pertimbangan
“Hatchi…”
Han Ziqing menggosok hidungnya yang gatal beberapa kali. Meski pakaiannya sudah diganti dengan pakaian kering, tapi hawa dingin masih bersarang di dalam tubuhnya.
Tubuh ini lemah, tidak punya fondasi bela diri yang kuat, ditambah baru pulih dari racun mematikan. Jadi, daya tahan tubuhnya tidak kuat, sehingga kedinginan sebentar saja sudah membuat Han Ziqing repot.
“Yang Mulia, minumlah sup jahenya,” Meixiang menyodorkan semangkuk air rebusan jahe yang mengepul. Han Ziqing langsung meminumnya sampai habis.
Ia akhirnya mengerti mengapa penyakit ringan di zaman ini dapat menjadi sangat berbahaya. Tidak ada serum atau vaksin ketika seseorang terserang suatu virus, hingga berakhir mati setelah menularkan pada yang lain. Juga tidak ada laboratorium yang dapat digunakan untuk meneliti sebuah sumber penyakit.
Bahkan, masuk angin juga bisa berakhir dengan kematian di sini. Tubuh ini, yang ia tempati sekarang benar-benar beruntung karena tidak hancur setelah memakan racun berbahaya. Di lain hari Han Ziqing harus mulai berolah raga secara rutin.
Meixiang meletakkan mangkuknya di meja, lalu berjongkok untuk menyalakan api di dalam anglo yang diletakkan di dekat sofa tempat Han Ziqing duduk.
Tidak butuh waktu lama, arang yang dibakar di dalam anglo sudah membara. Suhu di dekat Han Ziqing perlahan mulai hangat.
“Selir Agung Yun benar-benar keterlaluan. Dia datang hendak memfitnah Yang Mulia, sehingga Yang Mulia harus menunda waktu berganti baju. Jika Kaisar tidak datang, Yang Mulia mungkin sudah jatuh sakit,” keluh Meixiang.
“Jika Kaisar tidak datang mengganggu kesenanganku, Yun Lin itu sudah aku buat malu sampai mati,” ucap Han Ziqing.
Bisa dibilang, kedatangan Wei Shiqi tadi sedikit mengganggu meski menguntungkan untuknya. Han Ziqing bisa segera mengakhiri pertunjukan itu, namun ia juga tidak puas karena orang yang menghukum Yun Lin dan para selir pada akhirnya bukan dia.
Pria yang biasanya sangat sibuk dan tidak peduli pada haremnya itu, mengapa tiba-tiba datang menonton keramaian?
Wei Shiqi sepertinya bukan tipe orang yang suka ikut campur dalam masalah wanita. Dulu juga begitu.
Dia tidak peduli pada apa yang dilakukan Han Ziqing kepada selir-selirnya. Selama tidak membahayakan nyawa, itu bukan masalah besar.
“Apakah keluhan terhadapku masih datang ke pengadilan?” tanya Han Ziqing.
Han Ziqing pemilik tubuh sebelumnya sangat semena-mena. Dia dianggap rubah pemikat yang jahat dan kejam.
Terhadap para selir, dia menganggap remeh mereka dan suka memarahi, menghukum sesuka hati, bahkan menuduh tanpa memedulikan bukti. Tapi, tidak ada yang berani melawannya di harem selain Yun Lin, karena posisi Han Ziqing begitu tinggi dan dia punya kekuatan kuat yang mendukungnya di belakangnya.
Berdasarkan ingatan pemilik tubuh asli, keluhan dari para pejabat mulai berdatangan untuknya. Mereka menyampaikan banyak pendapat mengenai perilakunya yang tidak bermoral dan tidak mementingkan kepentingan umum. Sebagai Permaisuri, Han Ziqing seharusnya berperilaku baik untuk menjadi teladan bagi para wanita.
Dia adalah ibu negara, bukan lagi seorang anak gadis dari keluarga adipati yang dimanja. Tanggung jawabnya besar dalam mengelola harem, namun dia malah asyik terjun ke dunia percintaan yang membuatnya menjadi jahat di mata orang lain. Meski tidak membunuh, namun semua tindakannya sudah banyak membuat orang menderita.
Han Ziqing sebelumnya pernah menghukum Selir Mu berjalan jongkok dari Istana Ningxi sampai ke kediamannya sampai kakinya bengkak dan sendinya bergeser karena kesal Selir Mu memakai pengharum badan.
Kemudian, Han Ziqing sebelumnya juga pernah menghukum Selir Jiang meminum tiga mangkuk sup tonik sampai Selir Jiang mimisan karena Han Ziqing menemukan ramuan penyubur di kediaman Selir Jiang.
Kecuali Selir Tian, Selir Shang, dan Selir Qiao yang baru masuk istana belakangan ini, semua selir pernah menjadi bulan-bulanan Han Ziqing.
Saat Yun Lin masih belum menjadi Selir Agung, Han Ziqing pernah mengurungnya di istananya selama satu bulan karena Yun Lin melontarkan kata-kata kasar padanya.
Meski sekarang Yun Lin bisa melawan karena menempati posisi selir tertinggi, dia tetap kesulitan menghadapi Han Ziqing. Posisi permaisuri tidak semudah itu untuk digoyahkan. Semakin Yun Lin membencinya, maka Han Ziqing menjadi semakin sulit dihadapi.
Meixiang menghela napasnya. Pelayan itu meletakkan kipas di dekat anglo, lalu duduk di lantai.
Dia memijat kaki Han Ziqing dengan pelan, lalu berkata, “Sejak Yang Mulia terbangun dari peti mati, keluhan pejabat untukmu semakin banyak. Beberapa menteri bahkan ingin mengajukan petisi untuk menggulingkanmu, Yang Mulia.”
“Bagaimana dengan reaksi Kaisar?”
“Kaisar tampaknya tidak terlalu memedulikannya.”
Itu masuk akal, pikir Han Ziqing. Han Ziqing menempati posisi Permaisuri. Ayahnya adalah Adipati Yongyi, yang memegang kuasa militer di perbatasan. Selain keluarga adipati, Han Ziqing juga mendapat dukungan Ibu Suri Agung, satu-satunya tetua keluarga kekaisaran saat ini.
Bahkan jika Wei Shiqi ingin menggulingkannya, dia juga harus berpikir berulang kali. Saat mereka bicara di Restoran Tongxiu tempo hari, Han Ziqing sudah tahu kalau Wei Shiqi ini orangnya penuh pertimbangan. Sebagai Kaisar, dia perlu menyeimbangkan kekuatan di dalam pengadilan.
Kalau dia setuju melengserkan Han Ziqing, dia harus menghadapi Adipati Yongyi. Jika dia tidak setuju, maka menteri kabinet yang akan terus berkicau mengeluh padanya.
Han Ziqing menyunggingkan senyumnya. Wei Shiqi, dia mengambil keuntungan dengan mengambil jalan tengah untuk mengamankan dirinya sendiri. Karena tidak memutuskan memenuhi keinginan siapapun, dia mengabaikan keduanya.
Lagipula, pelanggaran yang dilakukan Han Ziqing belum cukup untuk membuatnya dilengserkan. Han Ziqing dulu hanya terbutakan oleh cinta yang membuatnya terobsesi, bukan melakukan pemberontakan atau sesuatu yang merugikan rakyat. Wei Shiqi juga tahu dari hatinya sendiri sehingga dia hanya mengabaikannya saja.
“Ambilkan kertas dan pena untukku.”
“Yang Mulia, untuk apa kau memerlukan pena dan kertas?”
“Aku ingin menulis surat untuk ayahku. Dia tidak boleh menunjukkan kekuasaan dan rasa tidak puasnya secara terang-terangan dan berlebihan.”
“Ah? Bukankah itu yang membuat Yang Mulia tetap berdiri kukuh di harem?”
“Terlalu kuat terkadang sangat berbahaya,” ucap Han Ziqing.
Ya, jika terlalu kuat, tidak akan baik. Terlalu lemah juga tidak boleh. Yang paling dibutuhkan adalah dia harus cerdas kalau mau bertahan hidup di dunia ini.
Dia sudah menganalisis situasinya. Dugaannya tidak meleset sama sekali. Sesuai perkiraannya, akan ada pertarungan sengit di harem ini.
Orang yang akan menjadi lawan terbesarnya adalah Yun Lin. Han Ziqing tadinya tidak ingin peduli, tapi dia melihat dengan jelas betapa besar ambisi wanita itu untuk merebut posisi permaisuri. Han Ziqing memang bisa mengambil jalan mundur, tapi tidak suka orang lain mengalahkannya.
Seorang professor sepertinya mana bisa dikalahkan oleh wanita zaman kuno yang bahkan tidak tahu kecerdasan modern? Kalau Yun Lin memang ingin bertarung dengannya, maka itu adalah pertarungan untuk posisi, bukan pertarungan untuk memenangkan hati Wei Shiqi.
Setelah selesai menulis, Han Ziqing menyuruh Meixiang untuk mengantarkannya ke pos pengantar surat. Dia sendiri meringkuk di sofa sambil membalut tubuhnya dengan selimut. Aroma dupa cendana yang menenangkan membuat syaraf-syarafnya rileks. Tanpa sadar, dia tertidur.
Pintu istananya terbuka dengan derit yang pelan. Langkah kaki ringan dan teratur terlihat bergerak menuju sofa, lalu berhenti di dekat anglo yang arangnya masih membara. Ujung jubah dari pemilik sepasang kaki itu mengkilap ketika cahaya dari lilin dan api meneranginya.
“Wanita bodoh.”
Wei Shiqi berdiri di sana selama beberapa saat, memandangi sosok Han Ziqing yang meringkuk seperti anak kucing. Malam ini, dia tidak bisa tidur lagi.
Insomnia yang dideritanya jadi sering kambuh akhir-akhir ini. Tapi, yang aneh adalah dia selalu berjalan menuju Istana Ningxi, lalu kembali lagi dan baru bisa tidur. Itu terjadi seolah-olah ia melakukannya di alam bawah sadarnya.
Ah, apakah ini karena dalam hatinya dia tidak lagi menganggap Han Ziqing sebagai pengganggu? Apakah ini karena cara pandangnya terhadap Han Ziqing sudah mulai berubah sejak mereka bertarung terakhir kali?
Dia bahkan tanpa sadar melibatkan diri dalam pertunjukkan yang dilakoni wanita ini dengan Yun Lin siang tadi.
Setelah mendapat kabar kalau Yun Lin membawa sekelompok selir ke kediaman Selir Mu untuk melabrak Han Ziqing, Wei Shiqi menunda caturnya dengan Fu Dou dan pergi untuk melihat.
Dia juga tanpa diduga melepaskan jubahnya sendiri untuk menutupi tubuh basah Han Ziqing. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya.
Wei Shiqi tidak pernah peduli pada apapun tentang Han Ziqing. Terserah wanita itu mau melakukan apa, yang penting tidak mengganggunya dan tidak mengganggu urusan negara.
Ini benar-benar aneh. Dia juga heran pada dirinya sendiri.
“Jin Bao,” panggil Wei Shiqi. Jin Bao kemudian masuk ke dalam dengan langkah pelan dan hati-hati.
“Apa Yang Mulia memiliki perintah?”
“Ambil beberapa bahan obat dari paviliun Fu Dou, antarkan kemari dan suruh pelayannya untuk merebusnya.”
Jin Bao tersenyum dalam keremangan cahaya, berkata dengan nada ringan, “Perintah dilaksanakan, Yang Mulia.”
wkwkwkwkwk