NovelToon NovelToon
Ku Buat Kau Menyesal, Mas!

Ku Buat Kau Menyesal, Mas!

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami
Popularitas:27.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Aluna Haryanti Wijaya, gadis lembut yang menikah demi menjaga kehormatan keluarga. Pernikahannya dengan Barra Pramudya, CEO muda pewaris keluarga besar, tampak sempurna di mata semua orang. Namun di balik janji suci itu, Aluna hanya merasakan dingin, sepi, dan luka. Sejak awal, hati Barra bukan miliknya. Cinta pria itu telah lebih dulu tertambat pada Miska adik tirinya sendiri. Gadis berwajah polos namun berhati licik, yang sejak kecil selalu ingin merebut apa pun yang dimiliki Aluna.

Setahun pernikahan, Aluna hanya menerima tatapan kosong dari suaminya. Hingga saat Miska kembali dari luar negeri, segalanya runtuh. Aluna akhirnya tahu kebenaran yang menghancurkan, cintanya hanyalah bayangan dari cinta Barra kepada Miska.

Akankah, Aluna bertahan demi cintanya. Atau pergi meninggalkan Barra demi melanjutkan hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

08. Cinta Dibalas Rasa sakit

Seminggu berlalu setelah insiden pesta itu, Aluna memantapkan dirinya untuk menghadiri rapat besar perusahaan Wijaya. Rapat itu diadakan di gedung pusat, lantai teratas, dengan suasana penuh wibawa. Para direksi dan jajaran penting sudah hadir. Hari itu, rapat terasa lebih istimewa karena Haris ayah Aluna baru saja kembali dari dinas luar negeri.

Sejak ibunya Aluna meninggal ketika ia masih berusia lima tahun, Haris menikah lagi dengan Tuti. Dari pernikahan itu lahirlah Miska gadis yang selalu berpura-pura polos, manja, dan pandai mencari perhatian Haris.

Begitu memasuki ruangan, Haris disambut hangat oleh sebagian besar pengurus. Ia berdiri tegap, ditemani Miska yang tampak berseri-seri. Semua mata tertuju padanya ketika ia membuka pengumuman besar.

“Saya dengan bangga memperkenalkan,” ucap Haris dengan suara lantang, “bahwa mulai hari ini, Miska Wijaya akan resmi menjadi bagian dari perusahaan keluarga kita. Ia akan menempati posisi penting sebagai salah satu desainer utama di perusahaan ini.”

Seisi ruangan bergemuruh. Beberapa bertepuk tangan sekadar basa-basi, sementara sebagian lain menatap bingung. Namun yang paling terkejut adalah Aluna dan kakeknya, Haryanto.

“Kamu serius, Haris?” tanya Haryanto dengan suara bergetar menahan amarah. “Posisi itu sudah menjadi milik Aluna sejak tiga tahun lalu. Dia yang mengasah kemampuan, dia yang membangun kepercayaan investor. Bagaimana bisa tiba-tiba kamu serahkan pada Miska?”

Aluna menatap ayahnya dengan mata tajam, hatinya perih. Ia bisa menerima jika ayahnya jarang ada untuknya sejak kecil, tapi tidak pernah ia sangka ayahnya sendiri akan menyingkirkannya di hadapan banyak orang.

Haris mencoba menenangkan. “Ayah … dengarkan dulu. Miska punya kemampuan. Dia lulusan terbaik dari universitas di Inggris. Kita tidak bisa terus bergantung hanya pada satu orang. Lagipula, Aluna tetap bisa mempertahankan posisinya. Mereka berdua bisa bekerja bersama.”

Haryanto mendesah berat. Ia tahu memaksakan penolakan hanya akan memperkeruh suasana rapat.

“Baiklah. Kalau itu jalanmu, aku tidak akan menolak. Tapi ingat, tanggung jawab perusahaan ini tidak main-main. Jangan sampai ini hanya permainan.”

Miska tersenyum puas, menggenggam lengan ayahnya erat seolah menegaskan bahwa ia kini memiliki tempat penting. Namun di balik senyum itu, niatnya jelas, ia bergabung hanya untuk menghancurkan Aluna dari dalam.

Sudah seminggu berlalu sejak lengannya terkilir akibat insiden tangga. Kini Miska sudah pulih, meski ia masih sering pura-pura mengeluh agar mendapatkan perhatian Barra.

Siang itu, di sela rapat, Barra hadir di kantor Wijaya. Ia datang bersama asistennya, Cleo, untuk menemui Kakek Haryanto mengenai sebuah proyek bisnis. Kehadiran Barra membuat semua orang semakin berhati-hati menjaga sikap.

Aluna yang sedang memeriksa berkas sempat melirik Barra. Hatinya masih diliputi luka, tapi ia berusaha menunjukkan wajah datar, seakan kehadiran suaminya tidak mengguncangnya.

Namun Miska, seperti biasa, tidak melewatkan kesempatan untuk menusuk. Dengan suara nyaring yang bisa terdengar oleh semua orang, ia mendekati Aluna.

“Kak Aluna … aku tahu kenapa Ayah lebih memilih aku.”

Tatapan Aluna langsung menusuknya. “Apa maksudmu?”

Miska mendekat, berbisik namun cukup keras sehingga beberapa orang di sekitar bisa mendengar.

“Karena aku berbeda darimu. Kamu dan ibumu itu sama … perempuan yang dicampakkan oleh suaminya. Bedanya, ibumu mati kesepian, sedangkan kamu … masih hidup untuk merasakannya.”

Ucapan itu bagai petir menyambar dada Aluna. Darahnya mendidih, tanpa pikir panjang, telapak tangannya mendarat keras di pipi Miska.

Plak!

Suara tamparan itu bergema di ruangan, membuat semua orang terdiam. Miska terhuyung ke belakang, terjatuh hingga tersungkur di lantai, matanya berkaca-kaca namun bibirnya tersenyum licik. Ia tahu apa yang ia lakukan, membuat Aluna kehilangan kendali di depan banyak orang. Dan tepat di detik itu, pintu ruang rapat terbuka. Barra keluar dari ruang Kakek Haryanto bersama Cleo. Matanya langsung membelalak melihat Miska di lantai dan Aluna berdiri dengan tangan masih terangkat.

“Aluna!” bentak Barra keras, suaranya menggema. Semua orang menahan napas. Hati Aluna mencelos, wajahnya memucat. Untuk kesekian kalinya, ia kembali berada di posisi yang disalahkan. Miska pura-pura terisak, menutupi pipinya yang memerah.

“Kak … aku hanya ingin bicara baik-baik …”

Barra bergegas menghampiri, membantu Miska berdiri. Ia menatap Aluna dengan kemarahan yang tak bisa disembunyikan.

Ruangan yang semula hening, kini penuh dengan bisikan panik. Semua mata tertuju pada tiga sosok di tengah ruangan, Aluna yang berdiri dengan napas terengah, Miska yang masih berlagak lemah dengan mata berkaca-kaca, dan Barra yang berdiri tegak dengan wajah gelap menahan amarah.

“Cukup, Aluna!” suara Barra terdengar bagai gemuruh, tajam menusuk udara. Ia menoleh kepada semua orang di ruangan itu lalu menegaskan, “Jangan pernah sekalipun menyentuh Miska dengan cara seperti itu lagi. Dia bukan orang yang pantas diperlakukan kasar.”

Aluna terbelalak, hatinya mencelos. Tangannya bergetar, air mata hampir pecah, tapi ia masih mencoba membela diri. “Barra, kamu tidak tahu siapa sebenarnya Miska. Dia dan ibunya mereka berdua adalah pengganggu, perusak rumah tangga orang lain. Dari dulu mereka hanya merebut apa yang bukan miliknya!”

Beberapa orang di ruangan itu terperangah mendengar keberanian Aluna. Suasana seakan membeku. Namun, ucapan itu justru membuat wajah Barra semakin kelam. Dengan langkah cepat ia mendekati Aluna,

Plak!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Aluna. Semua orang terkejut, beberapa dari mereka bahkan menutup mulut. Aluna terpaku, tangannya menyentuh pipinya yang memerah. Belum sempat ia bernapas,

Plak!

Tamparan kedua yang lebih keras lagi mendarat di pipi kanannya. Tubuh Aluna terhuyung, terjatuh ke lantai marmer dingin, rambutnya berantakan menutupi wajah pucatnya.

“Jangan pernah berbicara begitu tentang Miska!” teriak Barra lantang, matanya menyala marah. “Aku tidak akan membiarkan siapapun bahkan kamu sekalipun tidak akan ku biarkan untuk menghina dia!”

Ruangan mendadak riuh. Beberapa orang kaget, ada yang menunduk tak berani menatap, sementara Haryanto yang baru keluar dari ruangannya menatap cucunya yang terjatuh dengan mata merah penuh amarah tertahan.

Miska, yang tadi tampak lemah, kini menunduk menutupi senyum puasnya. Dalam hati ia tertawa keras, menikmati setiap detik kehancuran kakak tirinya. Aluna menggertakkan giginya, mencoba bangkit dengan tubuh gemetar. Air matanya jatuh tanpa bisa dibendung, namun matanya menatap Barra dengan luka yang dalam. “Satu tahun aku bertahan jadi istrimu … satu tahun aku menunggu hatimu berpaling padaku. Tapi ternyata … bukan cinta yang aku dapat, melainkan tamparan.” Suaranya bergetar, namun penuh luka.

Barra tidak menjawab, hanya menoleh ke arah Miska yang tampak lemah di sisinya, lalu membantu gadis itu untuk duduk kembali di mejanya.

Haryanto berdiri dengan tubuh bergetar, nadanya berat menahan murka. “Barra … cukup. Ingat, kamu ada di perusahaan keluarga Wijaya. Kalau kamu pikir aku akan tinggal diam melihat cucuku diperlakukan seperti ini … kamu salah besar.”

"Kakek ..."

"Cukup!" Haryanto mengangkat tangan ke arah Miska, menghentikan gadis itu untuk mendekat. Miska menunduk mengepalkan kedua tangannya. Barra berpaling dan merangkul Miska yang nampak rapuh tak sekalipun menoleh untuk melihat pipi merah Aluna bekas tamparannya yang menyala.

"Tuan Besar, saya tau perusahaan ini milik, Anda. Tapi saya sebagai rekan bisnis Anda juga tak bisa tinggal diam melihat adanya karyawan yang tertindas di dalam perusahaan. Ayo, Miska kita pergi!" Suara lantang Barra membuat kedua mata Haryanto menyipit, amarahnya tak terbantah, tapi di saat Haryanto ingin mengejar mereka dan membuat perhitungan. Aluna menahan tangan kakeknya.

"Kakek, jangan..." lirih Aluna, kedua pipinya memerah, wajah Haryanto nampak marah menahan amarah itu.

'Aku tak ingin kakek terlibat, aku bisa mengurusnya sendiri,' batin Aluna.

"Nyonya ..." suara Cleo membuat Aluna menoleh, lalu ia tersenyum pada asisten suaminya itu.

1
mama
alhamdulillah.. Taka datang tepat waktu
Sunaryati
Benar kan memang kalian sangat cocok Miska dan Barra, sama- sama licik jadi kalian pas hancur bersama.
Sunaryati
Barra akan hancur bersamamu Miska, kau lupa ada CCTV ada pengawal Aluna, yang mengawasi dar kejauhan, dan mengirimkan kejadian seutuhnya pada Tuan Taka
Uthie
Yeayy... Taka is the Hero 🤩👍🏻
Cookies
ceritanya bagus, miska dan barra siap² amarah tuan taka
Cookies
masih kurang thor🤭, lanjut yg byk
Aisyah Alfatih: kita lanjut besok ya, 3 bab 💪💪
total 1 replies
Lee Mbaa Young
Bner kan Dugaan ku aluna blm pernh tidur dng Taka, krn aluna blm move on. ini aja krn obat coba kl waras gk mungkin aluna mau hub badan dng Taka. kasian banget Taka 🤣 punya istri tp gk di layani.
Aisyah Alfatih: bukan nggak bisa move on, tapi alunanya nggak mau jatuh cinta karena pelarian 🤭
total 1 replies
partini
6 tahun cuma megang tangan doang
Aisyah Alfatih: Jan gitu kak 🤣🤣🤣🤣
total 3 replies
A.M.G
mampus lu bar
A.M.G
kapan sih para benalu tersingkir kan
A.M.G
namanya juga hidup pasti penyesalan datangnya belakangan
A.M.G
semangat
Uthie
koq si Miska masih dipertahankan gtu sihh itu???
Warung Sembako
dr awal semua kekacuan jg krn miska, hrusnya miska juga ikut hancur, bkn bara seorang...
Ma Em
Tuti dan Miska bukannya menyadari semua kesalahannya malah bertambah nekad sepertinya , Aluna sdh terlanjur hancurkan saja Tuti dan Miska biar dia sadar bahwa dia tdk akan bisa melawan Aluna dan menyesali dgn segala perbuatannya , jgn beri maaf Miska sama Tuti
Uthie
Bagusss Aluna.. singkirin aja tuhh 2 manusia jahat si Tuti ma Miska 👍🏻🤨😡😡
Uthie
Biarlah si Barra aja yg kasih pelajaran tak kan pernah dia lupa kan juga .. sebagai mana dulu Aluna pun merasakan nya hingga kini 👍🏻🤨😤
ken darsihk
Eehhh duo racun Tuti dan Miska kalian benar-benar nggak ada kapok nya ya , rencana busuk apa lagi yng ada di kepala kalian
Semoga karma cepat menjemput mu 😡😡😡
nur adam
lnjut
juwita
si miska sn si butut ttep aj g berubah licik trs Tp skrg g akn berhasil. dl km bodohi bara bere berhasil krn dia bodoh bin bego. skrg taka g akn bisa di pengaruhi sm kalian
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!