Trisha Adalah gadis yang tinggal di sebuah desa di australia, keluarganya sangat ketat dengan pergaulannya, ia bersama sepupunya Freya hanya di perbolehkan bekerja dirumah dan membantu pekerjaan rumah, bahkan ia tidak di perbolehkan untuk bekerja atau pun kuliah. Sampai di suatu ketika Freya membawa kabar bahagia pada Trisha bahwa ia akan menikah dengan seorang lelaki yang berasal dari ibu kota. Kedua keluarga membuat perjodohan itu, dan semuanya mulai di sibukan untuk acara pernikshsn, namun tanpa disangka-sangka Trisha bertemu dengan seorang lelaki tampan di sebuah toko kue. Pandangan mereka berdua bertemu, Trisha hanya memandang lelaki itu biasa saja, namun tidak dengan lelaki rupawan bernama Adrian, yang ternyata lelaki yang akan di jodohkan dengan Frey.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Purpledee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8. Hadiah
...○...
...○...
...○...
Trisha masih di buat bingung ia harus tidur dimana malam itu, karena ia tidak sudi untuk satu ranjang dengan Adrian. Sebuah sofa menjadi perhatiannya, sampai ia memutuskan untuk tidur disofa. Sementara itu Adrian memperhatikannya dari tempat tidur.
“Sayang, tubuhmu pasti akan sakit tidur disana. Tidur saja di sini.” Bujuk rayu Adrian sambil mengelus tempat tidur disampingnya.
“Don't expect okay!!” Trisha memperingatkan Adrian agar jangan berharap.
Saat Trisha akan mengambil bantal dan selimut di tempat tidur, Adrian tiba-tiba menghadangnya.
“Apa yang akan kau lakukan?” tanya Trisha.
“Ayolah tidur denganku malam ini. ” rengek Adrian pada Trisha.
Trisha mencubit gemas pipi Adrian. “Kau tidak mengerti Bahasa manusia ya?” ketus Trisha lalu menubruk bahu Adrian. Ia menyimpan bantal dan selimut disofa dan Adrian masih betah memperhatikan Trisha dengan rebahan di tempat tidur.
“Jangan menatapku seperti itu!”pekik Trisha lalu mengambil pakaian dilaci tanpa melihat apa yang dia ambil.
Adrian terlihat tersenyum melihat Pakaian yang Trisha bawa di tangannya.
“Sayang, jika kau memakai itu malam ini, aku akan mengalami serangan jantung,” Tutur Adrian dengan nada menggoda.
Trisha menundukan kepalanya melihat pakaian apa yang ada ditangannya itu. Saat ia membeberkan pakaian itu, mata Trisha langsung terbelalak saat mengetahui itu adalah lingerie berwarna merah yang seksi, ia segera mengkuel-kuel lingeri itu dengan gugup, dan mengambil pakaian lain.
Adrian menggigit bibir bawahnya menahan senyumannya. “Kau tidak akan memakainya?”. Trisha tidak memperdulikan Adrian.
“Seharusnya aku tidak mengatakan itu,” tutur Adrian.
Trisha pun segera pergi ke kamar mandi setelah mendapatkan piama yang sesuai dengannya.
...○...
Di kemudian paginya, Trisha mulai membuka matanya, ia terbangun karena cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan, Saat ia akan meregangkan tangannya Tiba-tiba...
BRUK!
Trisha terjatuh dari sofa, wajahnya meringis kesakitan. Ia berdiri dengan wajah yang bad mood, bibirnya melengkung kesal. Ia mencoba membuka pintu balkon kamar yang menghadap langsung ke danau, Trisha melakukan peregangan kecil pada tubuhnya yang terasa kaku.
Tak lama ia pun Kembali ke kamar dan melihat Adrian yang masih tertidur pulas di tempat tidur, Trisha berkomat-kamit seolah-olah sedang mengutuk suaminya itu. Ia mengambil pakaian ganti dan berlalu ke kamar mandi.
...○...
Disisi lain para pelayan tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk para anggota keluarga, tiba-tiba kepala pelayan mr. Adam datang, untuk segera menyelesaikan masakan dan harus segera dihidangkan.
“Oh ya, Lydia. Mulai sekarang, kau sudah tidak perlu membereskan kamar Tuan muda, Karena semua itu akan dilakukan oleh anakmu, Alice.” Tuan adam pun pergi. Wanita paruh baya yang masih terlihat muda itu hanya terdiam. Tiba-tiba ia menghadang mr. adam.
“Tunggu, memangnya kenapa? Apa ada seseorang yang komplain dengan pekerjaanku? Apa terjadi sesuatu?” tanya Lydia.
“Alice, kau harus berhati-hati, perhatikan pekerjaanmu, jangan ada yang salah. Mengerti?” tanya Mr. Adam mengacuhkan Lydia.
“Baik, Mr. Adam” jawab Alice patuh. Lydia hanya terdiam menyimpan kekesalannya dalam hati.
...○...
Setelah mandi dan mengganti pakaian rapi, Trisha mengambil ponselnya, yang sedari kemarin tidak ia lihat. Tapi saat ia kan menyalakannya, ponselnya tak kunjung menyala, tak sengaja ia melihat charger ponsel milik Adrian. Ia berniat meminjam charger itu yang masih menempel pada ponsel milik Adrian.
Saat ia akan mencabut ponsel Adrian. Tiba-Tiba Adrian membuka matanya dan menatap Trisha yang sedang memegang ponselnya.
“Apa kau tidak malu? Mengecek ponsel suamimu di pagi hari?” tanya Adrian.
“A-aku tidak ingin melihat ponselmu, Aku hanya ingin meminjam Charger milikmu.” Jelas Trisha gugup.
“Ponselmu rusak?”
“Aku tidak Tau, ponselku tidak mau menyala dari tadi—" Trisha tersadar tiba-tiba ia merengek, Saat ia melihat wajah Adrian sudah tersenyum lebar,
“Selamat pagi, Bidadariku” ujar Adrian.
Trisha memutar bola matanya lalu pergi duduk di Sofa.
“Dia mulai lagi....” gumamnya.
Adrian mengikuti Trisha dan Ia duduk disampingnya, Tapi Trisha segera pindah ke sisi lain di kursi itu.
“Ck, Kau ini tidak menyenangkan. Aku ingin bicara denganmu, tapi kau sudah merusak suasana hatiku terlebih dulu.” rengek Adrian.
Trisha melipat tangannya di dada, seolah-olah tak ingin mendengarkan perkataan Adrian
“Lihat saja, Kau akan segera belajar, Apa artinya menjadi istri dari Adrian Jeradins yang tampan ini,” ujarnya dengan bangga sambil beranjak dan berjalan menuju lemari sambil menari-nari.
“Kau! tunggu aku, Aku akan segera bersiap untuk turun dan sarapan.” Lanjut Adrian.
... ○...
Setelah beberapa menit kemudian Trisha dan Adrian turun. Semua anggota keluarga sudah berkumpul di ruang keluarga.
“Maaf kami sedikit terlambat," Adrian meminta maaf.
“Biasa pengantin baru,” goda ibu Esme.
“Tidak bu, Trisha tidak ingin tidur satu ranjang denganku.”
Trisha berjengit menatap Adrian terkejut. Semua anggota keluarga terdiam mendengar itu.
“Hahaha, Tidak aku hanya bercanda. Tentu saja kami menikmati malam kami, iyakan sayang?” Ujar Adrian sambil menatap Trisha yang tersenyum kaku.
“Kau ini Adrian. Trisha kau harus terbiasa dengan leluconnya, ya”ujar ibu Esme.
“Iya bu.” jawab Trisha tersenyum getir.
Trisha dan Adrian duduk bergabung dengan yang lainnya.
“Trisha, sebenarnya ada beberapa anggota keluarga lain yang belum bertemu denganmu, mereka akan pulang besok.” Ujar Esme. Trisha mengangguk sambil tersenyum ramah.
“Trisha,” panggil Ny. Audy
“Iya”
Lalu Ny. Audy memanggil semua pelayan untuk menghadapnya, tak lama kemudian semua pelayan pun berkumpul.
“Kemarilah, aku akan memperkenalkanmu kepada pelayaan-pelayan yang akan melayanimu. Untuk bagian memasak kita memiliki chef handalan. Dia Riska dia sudah bekerja lebih dari 40 tahun disini, lalu ada Lydia dan anaknya Alice, lalu Adam dia juga sudah bekerja lebih dari 40 tahun disini, dia Emmet, dan Roy” ujar Ny. Audy
“Hallo, senang bertemu kalian.” Sapa Trisha.
Semuanya terlihat tersenyum ramah pada Trisha kecuali, Lydia. Tuan Jeradin pun datang, dan semua anggota keluarga langsung menuju meja makan, mereka sarapan Bersama seperti biasanya. Dan setelah sarapan mereka semua Kembali di Ruang keluarga.
“Nak, sekarang kau sudah menjadi anggota keluarga kami. Disetiap keluarga memiliki tradisi dan aturannya masing-masing, begitu juga dengan keluarga kita. Kami memiliki tradisi penyambutan memberikan hadiah pada menantu kami, setiap orang harus memberikan hadiah.” Ujar Tuan Jeradin.
“Nak, berdirilah!” ujar Ny. Audy
Trisha yang masih kebingungan pun berdiri di dekat meja, menghadap anggota keluarga lainnya. Tuan Jeradins berdiri dan mengambil sebuah kotak cincin, dan mengambil sebuah cincin dari dalamnya.
“Cincin ini adalah cincin warisan dari keluarga kami secara turun temurun, Cincin ini selalu membawa suka dan duka, seperti halnya kehidupan,” ujar Tuan Jeradis sambil tersenyum. Cincin berlian yang cukup besar itu, disematkan langsung di jari Trisha oleh Tuan Jeradin.
“Aku mempercayakan cincin ini padamu, nak.”
Trisha masih terlihat kebingungan dengan hadiah yang menurutnya sangat tidak masuk akal itu,
“T-t-terima kasih, Aku akan menjaganya dengan baik,” tutur Trisha gugup.
“Selamat datang dirumah. Semoga kau Bahagia, nak” ujar Tuan Jeradin seranya menyentuh puncak kepala Trisha.
“Baiklah kalau begitu Aku harus pergi. Audy jaga putri kita, beritahu semua nya yang tidak ia mengerti."
“Baik” jawab Ny. Audy seraya tersenyum.
Tuan Jeradin pun pergi. Mata Trisha mulai berkaca-kaca ia tidak tau harus mengataka apa. Kini Ny. Audy, ia menghampiri Trisha dengan sebuah kotak perhiasan yang cukup besar. Ny. Audy membuka kotak perhiasan itu dan menunjukannya pada Trisha, trisha hanya terdiam melihat satu set perhiasan yang mewah dengan ratusan berlian yang menempel pada perhiasan itu.
“Semoga kau menyukainya, pakailah saat hari-hari yang baik. Selamat datang di keluarga barumu” ujar Ny. Audy.
“Ini sangat bagus, terima kasih banyak.”
Ny. Audy pun menyentuh puncak kepala Trisha dan memberikan kotak perhiasan itu pada Trisha. Tuan Runo selanjutnya, Ia tersenyum menatap Trisha, lalu memberikan sebuah kotak kecil berwarna hitam.
“Bukalah,” ujar Tuan Runo.
Trisha pun membukanya, dan itu adalah sebuah kunci mobil Porsche. Trisha menatap kunci mobil itu lalu menatap Ayah mertuanya itu, Karena penasaran apa yang diberikan ayahnya pada Trisha, Adrian bangkit, ia berdiri disamping ayahnya. Adrian sedikit terkejut dengan apa yang diberikan Ayahnya pada Trisha.
“Ayah, Aku juga mau,” ujar Adrian sambil tersenyum pada ayahnya.
“Adrian,”
“Baiklah.” ucap Adrian lalu Kembali duduk.
“Tapi, ayah aku tidak memiliki lisensi untuk mengemudi.” ujar Trisha
Runo pun tersenyum dan memegang puncak kepala Trisha.
“Kau tidak perlu Khawatir, aku akan mengurusnya dan black card mu juga sedang di urus, jadi kau tidak perlu khawatir. Selamat datang dikeluarga barumu” ujar Tuan Runo.
“Terima kasih banyak” ujar Trisha.
Kini giliran Esme, ia membukakan sebuah kotak perhiasan kecil yang berisi pin Bros Angsa yang terbuat dari berlian.
“ini adalah hadiah ibu untukmu, kakak iparmu juga memiliki ini. semoga kau Bahagia Bersama kami.”Ujar Esme.
“Terima kasih bu,” ujar Trisha.
Esme pun memeluk Trisha dengan hangat. Mereka semua pun duduk Kembali, ia menatap Trisha yang saat itu hampir menangis.
“Ini semua adalah barang berharga. Tapi kedekatan kalian denganku adalah hal yang paling berharga. Terima kasih banyak.” ujar Trisha dengan suara yang bergetar.
...○...
Siang itu Trisha melihat Adrian yang bersiap akan pergi, Ia membawa beberapa pakaian. Dari penampilannya ia sepertinya akan pergi berolah raga.
“Kau mau kemana?” tanya Trisha yang baru saja Kembali.
“Ehem? Bagaimana?”
“Apanya?”
“Tentang perhiasan, mobil dan yang lainya. Kau sangat Bahagia bahkan hampir menangis dihadapan kami, kan” ujar Adrian.
“Mereka semua memperlakukanku dengan sangat baik, kecuali kau!” ujar Trisha
“E..e..ey. Sayang... kau hanya tidak ingin mengakui jika aku ini baik, kau hanya gengsi kan. Tapi kau tau, hanya kepadaku kau menunjukan wajah aslimu seperti apa.” ujar Adria mencoba menggoda Trisha. Trisha langsung menatap Adrian.
“Aku akan pergi ke Gym, Dan kemungkinan aku akan menemui Anna nanti. Bisakah kau disini sendirian tanpa aku?” tanya Adrian.
“Aku akan sangat senang.”
“Baiklah kalau begitu—”
Adrian memajukan wajahnya untuk mencium pipi Trisha, tapi dengan cepat Trisha menekan hidung Adrian. Adrian hanya tertawa kecil.
“Baiklah aku pergi Darling,” ujar Adrian sebelum pergi.
Trisha hanya menghela nafas Panjang menerima semua perlakuan Adrian yang membuatnya ingin muntah.
...○...
...○...
...○...
To Be Countinue