Cinta Arumi dan Ryan ditentang oleh Mami Rosalina karena perbedaan status.
Kejadian tidak terduga ketika Arumi menabrak Reyhan yang merupakan kakak dari Ryan. Arumi diminta untuk bertanggung jawab karena Reyhan mengalami kebutaan akibat dari kecelakaan itu.
Tahu Arumi adalah mantan kekasih Ryan, Reyhan memintanya untuk menjadi istri dan mengurus segala keperluannya.
Bagaimana perasaan Arumi ketika tahu laki-laki yang dinikahinya adalah kakak dari Ryan, orang yang sangat dia cintai?
Apa yang akan terjadi kepada mereka ketika tinggal serumah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Kepergian Arumi
Bab 27
Dengan menahan marah dan kecewa, Arumi membereskan semua barang miliknya ke dalam koper dan dus yang cukup besar. Dia menyewa jasa pengiriman barang agar mengirimkan semua itu ke rumah miliknya, bukan milik orang tuanya. Sekarang dia merasa beruntung belum pernah mengajak Reyhan ke rumahnya itu. Karena dia juga jarang menginap di sana, kecuali kalau lembur dan banyak pekerjaan yang dikejar deadline.
Rumah impian yang dia rancang sendiri berada tidak jauh dari kantornya. Dahulu, dia buat itu bersama dengan Ryan karena rencananya mereka akan tinggal di sana setelah menikah. Namun, takdir berkata lain. Dia malah menikah dengan Reyhan. Laki-laki yang jauh lebih jahat dan lebih kejam daripada Ryan yang hanya menyerah tidak lagi memperjuangkan cintanya hanya karena ancaman sang ibu.
"Non Arumi, itu ada jasa pengiriman barang, katanya akan membawa paket yang mau diantarkan," ucap Mang Saleh, satpam rumah yang sedang bertugas.
"Mang, bisa bantu aku angkat dus-dus itu!" pinta Arumi.
"Siap, Non!" Mang Saleh menggotong dus itu satu persatu, sedangkan Arumi menarik koper dan menjinjing tasnya.
"Loh, Non, itu mau dibawa ke mana?" tanya Bi Nina panik ketika melihat Mang Saleh mengangkut beberapa dus dan memasukan ke dalam mobil yang tertulis sebuah jasa ekspedisi.
"Mau dipindahkan, Bu," jawab Arumi. "O, iya, Bi. Aku mau minta maaf jika ada kesalahan yang sudah aku lakukan yang tanpa aku sadari. Jika ada ucapan aku atau perbuatan aku yang sudah menyakiti hati Bi Nina tanpa aku sadari juga. Tolong maafkan aku, ya, Bisa!"
Arumi bicara dengan mata berkaca-kaca. Terdengar nada kesedihan dalam setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya.
"I-iya, Non. Tapi, Non Arumi tidak pernah berbuat salah atau menyakiti hati bibi. Justru Non Arumi selalu baik sama kita semua yang ada di sini," ucap Bi Nina ikut sedih.
Arumi memeluk dan meminta maaf kepada pembantu lainnya. Dia juga berpamitan dan meminta maaf kepada satpam dan supir yang bekerja di rumah itu.
Setelah semua barang dibawa pergi, Arumi memutuskan untuk pulang dulu ke rumah orang tuanya. Dia akan membicarakan masalahnya dengan Reyhan. Nanti, setelah itu baru akan memberi tahu mertuanya.
Untuk sementara ini, Arumi belum ingin bertemu dengan Reyhan. Terlalu sakit luka yang dibuat oleh suaminya itu. Baru sekarang dia mendapatkan perlakukan semenyakitkan ini. Bahkan perlakuan Mami Rosalina tidak apa-apanya dibandingkan dengan perbuatan Reyhan kepadanya.
Di rumah hanya ada para pembantu saja, karena semua majikan mereka masih bekerja. Mereka berdiri berjajar mengantarkan Arumi di depan pintu pagar. Semua orang bersedih dan meneteskan air mata. Mereka tidak tahu apa yang sudah terjadi kepada majikannya ini. Kenapa tiba-tiba pergi dan berpamitan seperti tidak akan kembali lagi.
Arumi pulang ke rumah orang tuanya. Kebetulan di sana tidak ada siapa-siapa. Semua orang masih sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Arumi berbaring menatap langit-langit kamar. Dia merenungi apa yang sudah terjadi kepadanya selama ini. Kenapa Tuhan memberikan takdir seperti ini kepadanya.
Terdengar suara kumandang azan Ashar. Arumi beranjak dari peraduannya dengan langkah gontai. Tubuhnya sangat lemas sekali dan terasa berat juga sakit.
Di mushola sudah ada Naura yang juga hendak salat. Kemudian keduanya memutuskan untuk berjamaah.
"Kak Arumi sejak kapan datang?" tanya Naura setelah mereka selesai salat.
"Satu jam yang lalu," jawab Arumi. Keduanya keluar dari mushola.
"Aku tidak tahu. Karena di depan tidak ada mobil atau kendaraan lain yang terparkir. Aku juga masuk lewat pintu samping," jawab Naura tersenyum simpul.
Arumi pun ikut tersenyum tipis. Dia juga tidak menyadari kedatangan Naura. Padahal dia tidak tidur, tetapi sedang merenung nasib dirinya.
Mereka pun mengolah bahan-bahan makanan untuk membuat cemilan dan menu makan malam. Naura mengajari Arumi resep makanan andalannya, yaitu semur jengkol dan tumis pakis.
Kedua perempuan itu masak sambil berbincang-bincang ngalor-ngidul. Ada saja yang jadi bahan pembicaraan. Arumi senang karena sekarang Naura sudah terbiasa di rumahnya dan tidak canggung seperti dahulu.
"Bagaimana perkembangan nenekmu, Naura?" tanya Arumi.
"Belum menunjukkan perkembangan apa pun, Kak. Aku sangat berharap nenek bisa secepatnya sadar dan sembuh agar kita bisa pulang kampung," jawab Naura.
Kampung halaman Naura beda kotamadya dengan kampung halaman Arumi. Dia jadi rindu dengan kampung halamannya itu. Dia lahir dan menghabiskan waktu di sana sampai masa remaja. Di mana dia merasa sangat bahagia menjalani hari-harinya bersama dengan keluarga dan teman-temannya, termasuk Rinjani.
Mengingat Rinjani, Arumi kembali termenung. Dahulu dia selalu menjadi pembela dan penyemangat temannya itu ketika mendapat ketidakadilan dari kakak dan orang tuanya. Begitu juga ketika kehidupan rumah tangga pertamanya hancur oleh kakaknya sendiri.
"Ternyata nasib aku juga sama mengenaskannya dengan kamu, Rinjani," batin Arumi.
Biasanya dia kalau ada apa-apa sering curhat kepada Rinjani. Namun, untuk kali ini dia belum siap dan merasa malu. Biasanya dia yang selalu menggebu-gebu memberikan semangat kepada temannya itu.
Wangi semur jengkol memenuhi dapur sampai ke luar rumah. Warna cokelat keemasan yang begitu menggoda membuat Arumi nyomot satu potong.
"Hmmmm, enak sekali!" Mata Arumi berbinar makan semur jengkol itu.
"Harusnya buat sambal dan cari lalapan," lanjut wanita berambut panjang itu dengan penuh semangat.
Arumi membongkar isi kulkas untuk mencari bahan untuk membuat sambal. Kebetulan juga ada ketimun, kubis putih yang sering dipakai lalap mentah, dan toge.
Naura hanya bisa bengong melihat Arumi mengeluarkan semua bahan-bahan itu, lalu mencucinya. Dia juga memasukan bahan sambal ke dalam blender dihancurkan kasar.
"Hmmm, enak banget!" Arumi mencolek sambal yang baru saja dibuatnya.
"Aku sangat lapar karena seharian ini belum makan. Jadi, ayo, kita makan duluan, takut pingsan karena kelaparan nanti," lanjut wanita itu lagi sambil menyeringai.
Naura pun ikut makan bersama Arumi. Keduanya makan dengan begitu lahap dan nambah beberapa kali.
"Nikmatnya, walau cuma semur jengkol, tumis pakis, sama sambel juga lalapan," ucap Arumi senang seakan melupakan kesedihannya tadi.
Sementara itu, Reyhan pulang ke rumah setelah mendapat laporan dari Bi Nina kalau Arumi pergi setelah mengepak beberapa barang ke dalam dua. Setelah dia periksa semua barang-barang milik Arumi sudah tidak ada lagi di kamarnya. Menyisakan barang pembelian dari uang Reyhan. Bahkan kartu ATM tabungannya pun di simpan di atas meja rias.
Menyadari kalau Arumi sudah pergi meninggalkan dirinya, Reyhan mengamuk. Dia melemparkan semua benda yang ada di dekatnya. Kamar yang biasanya rapi, wangi, dan terdengar tawa renyah sang istri kini berubah bak kapal pecah dan sepi. Hanya ada suara teriakan laki-laki itu.
"Kau pergi ke mana Arumi? Kenapa pergi begitu saja tanpa mau mendengar penjelasanku?" teriak Reyhan.
***
udah cerita nya bagus... menarik... enak aja diikutin nya.. olahraga emosi jiwa juga 😁😁👍
selain itu, banyak dan rajin up nyaa 👍😘🤩🤩🤗
makasih thor, lagi seru2nya semangat up
😒😒