NovelToon NovelToon
Cinta Gadis Rusuh & Konglomerat

Cinta Gadis Rusuh & Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Fantasi Wanita
Popularitas:14.1k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Pinky, gadis rusuh dan ceplas-ceplos, tergila-gila pada Dev Jaycolin meski cintanya selalu ditolak. Suatu kejadian menghancurkan hati Pinky, membuatnya menyerah dan menjauh.

Tanpa disadari, Dev diam-diam menyukai Pinky, tapi rahasia kelam yang menghubungkan keluarga mereka menjadi penghalang. Pinky juga harus menghadapi perselingkuhan ayahnya dan anak dari hubungan gelap tersebut, membuat hubungannya dengan keluarga semakin rumit.

Akankah cinta mereka bertahan di tengah konflik keluarga dan rahasia yang belum terungkap? Cinta Gadis Rusuh & Konglomerat adalah kisah penuh emosi, perjuangan, dan cinta yang diuji oleh takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Jastice hanya bisa menahan tawa melihat keberanian Pinky yang tidak biasa. Gadis itu terus menggoda atasannya, seolah tidak menyadari reputasi dingin dan tak kenal ampun yang dimiliki Dev. Namun, di matanya, Pinky justru terlihat seperti seseorang yang sangat menikmati setiap momen mengusik Dev.

"Baru kali ini ada seorang gadis yang tidak takut dengan tuan," batin Jastice sambil melirik bosnya yang sudah tampak berusaha keras menahan amarah.

Dev berdiri dari kursinya dengan sorot mata tajam, penuh emosi yang sudah hampir meluap. "Keluar sekarang juga, dan jangan pernah muncul lagi di hadapanku!" katanya tegas, nyaris berteriak.

Pinky, alih-alih merasa terintimidasi, malah tersenyum kecil. Dengan tatapan lembut namun penuh makna, ia menatap langsung ke mata Dev. "Apakah kamu begitu tega mengusirku? Aku akan merindukanmu dan selalu mencarimu," ujarnya dengan suara yang terdengar manis namun memancing.

Rahang Dev mengeras. Ia menghela napas panjang sebelum meraih telepon di mejanya. "Aku tidak ingin melihatmu lagi," katanya dingin sambil menghubungi stafnya.

"Hubungi keamanan sekarang juga!" perintah Dev dengan nada tegas.

"Iya, Tuan," jawab suara di ujung telepon, terdengar gugup.

Namun Pinky tetap tak bergeming. Ia bahkan menyelipkan seulas senyum lebih lebar sambil menyisir rambutnya dengan jari, memamerkan sikap percaya dirinya. "Pria tampan sepertimu sangat kejam padaku, padahal aku menyukaimu. Aku ingin menjadikanmu sebagai pacarku dan calon suamiku," katanya dengan nada setengah menggoda.

Dev hampir kehilangan kata-kata. Ia hanya menatap Pinky dengan penuh amarah, rahangnya mengetat. Beberapa detik kemudian, dua petugas keamanan memasuki ruangan dengan sopan.

"Tuan," sapa mereka sambil berdiri di pintu, menunggu instruksi.

"Bawa dia keluar!" perintah Dev sambil menunjuk Pinky dengan ekspresi penuh kemarahan.

Pinky berdiri, melirik Dev dengan mata tajam yang dipenuhi keberanian. "Kamu tega sekali padaku," katanya, suaranya sedikit merendah namun penuh provokasi. "Aku akan membuatmu menyesal."

Petugas keamanan mulai mendekati Pinky, namun ia mengangkat tangannya dengan gerakan anggun, meminta mereka berhenti sejenak. "Sebentar!" pintanya.

Tanpa aba-aba, Pinky melangkah mendekati meja Dev. Semua yang ada di ruangan, termasuk Jastice, hanya bisa terpaku. Dengan gerakan cepat dan penuh percaya diri, Pinky mendekatkan wajahnya dan mencium pipi Dev tanpa ragu.

Kejadian itu membuat ruangan hening seketika. Dua petugas keamanan mematung, sedangkan Jastice hampir tersedak udara, tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.

Pinky mendekatkan bibirnya ke telinga Dev, membisikkan sesuatu dengan suara pelan namun jelas, "Jangan melupakan aku."

Dev menegang, matanya membulat sempurna. Tangannya mengepal, berusaha keras menahan emosi yang hampir meledak. Sementara itu, Pinky hanya berbalik dengan langkah santai, seolah tidak terjadi apa-apa. Ia menatap petugas keamanan dengan senyuman lebar. "Mari, angkat aku, dan antar aku keluar," katanya dengan suara riang, membuat kedua petugas semakin kebingungan.

Mereka akhirnya mengikuti perintah Pinky dan mengangkatnya keluar ruangan. Sementara itu, Dev masih duduk di kursinya, terdiam dengan napas memburu. Rahangnya mengetat, dan kepalan tangannya bergetar karena amarah yang berusaha ia kendalikan.

Jastice, yang akhirnya berhasil menguasai dirinya, menatap bosnya dengan hati-hati. "Tuan, Anda... tidak apa-apa?" tanyanya dengan suara pelan, nyaris berbisik.

Dev mendengus, matanya memancarkan ketegasan. "Pastikan aku tidak pernah melihatnya lagi! Putuskan kerja sama dengan restoran itu. Atau minta mereka memecat gadis itu!" katanya dengan nada penuh perintah.

"Iya, Tuan," jawab Jastice cepat, meskipun dalam hatinya ia merasa sedikit ragu. "Pecat gadis itu? Bukankah itu sama saja membuatnya kehilangan pekerjaan?" gumamnya pelan, hampir tidak terdengar.

Sementara itu, Pinky yang digotong oleh dua petugas keamanan, malah tetap terlihat santai dan penuh percaya diri. Ia tersenyum sambil melirik ke kanan dan kiri, bahkan bertanya dengan nada jenaka, "Paman, kalau aku datang setiap hari, apakah aku akan diangkut seperti ini?"

Para petugas hanya bisa saling pandang, tak tahu harus menjawab apa.

Setelah di luar, dua petugas keamanan itu menurunkan Pinky. Gadis itu berdiri dengan santai, menatap ke arah gedung di belakangnya. Tatapan matanya penuh keberanian, dan seulas senyum lebar masih menghiasi wajahnya. Bukannya pergi, Pinky malah memutar tubuhnya, memandang pintu kantor Dev dengan percaya diri.

"Tuan tampan, aku akan datang mencarimu lagi...," teriak Pinky keras-keras, suaranya nyaring hingga menarik perhatian orang-orang yang sedang berlalu lalang di sekitar sana. Beberapa dari mereka berhenti untuk melihat sumber suara, sementara yang lain hanya melirik dengan rasa ingin tahu.

Pinky berbalik, melambaikan tangan kepada kedua petugas keamanan. "Paman, sampaikan cintaku pada atasan kalian!" ujarnya dengan suara ringan namun penuh tekad sebelum akhirnya melangkah pergi dengan santai, meninggalkan dua pria itu tertegun.

Kedua petugas keamanan itu hanya bisa saling pandang, kebingungan menghadapi tingkah gadis yang tampak tak gentar sedikit pun.

"Siapa gadis itu? Kenapa dia begitu berani?" tanya salah satu petugas dengan nada heran.

"Tidak tahu! Tapi satu hal yang pasti," jawab petugas yang lain sambil menggeleng pelan, "atasan kita sepertinya akan terus diganggu olehnya tanpa henti."

Di Tempat Tinggal Pinky

Suasana tengah memanas. Pertengkaran keras terdengar antara Mark dan istrinya, Ruby.

Brak!

Suara pecahan kaca menggema di ruangan itu, membuat suasana semakin tegang. Ruby, yang wajahnya memerah karena amarah, berdiri dengan tangan gemetar usai melempar gelas ke lantai.

"Pergi dari sini! Setiap kali kau datang, hanya masalah yang kau bawa!" bentak Ruby, matanya berkaca-kaca. "Untuk apa kau datang lagi kalau kau sudah punya wanita itu dan anak luar nikahmu itu?"

Mark menghela napas kasar, melangkah maju dengan tangan menunjuk ke arah Ruby. "Ini rumahku! Aku punya hak untuk kembali ke sini kapan pun aku mau!" balasnya dengan nada keras. "Dan seharusnya kau mengawasi Pinky. Bagaimana kau mendidiknya selama ini, ha? Dia bahkan berani bertindak tidak sopan di restoran! Kau tahu, Sania adalah orang dewasa, tapi Pinky malah menamparnya!"

Ruby mendekat dengan langkah cepat, matanya menatap tajam ke arah Mark. "Kenapa Pinky bisa menamparnya? Seharusnya kau tahu penyebabnya! Wanita jalang itu dan anaknya sengaja mencari masalah dengan Pinky! Tapi apa yang kau lakukan? Kau malah menyalahkan anakmu sendiri!" suaranya meninggi, penuh kekecewaan. "Kau adalah ayahnya, Mark! Tapi kau tidak pernah membelanya ketika dia ditindas orang lain. Di matamu, hanya anak luar nikah itu yang kau anggap anakmu, sementara Pinky kau anggap seperti orang asing!"

Mark mendengus, tatapannya melembut menjadi sinis. "Ruby, kau tahu kenapa aku bersama Sania? Karena dia memberiku kenyamanan! Dia juga tahu caranya merawat diri. Lihat dirimu sekarang! Seharian hanya memakai pakaian kusam dan tidak bisa berdandan. Pria mana yang tahan melihatmu seperti itu?"

Kata-kata Mark bagaikan cambuk tajam yang menyayat hati Ruby. Tapi ia tidak mundur sedikit pun. "Kau masih berani menghinaku, Mark?" balasnya tajam. "Apa kau pikir aku tidak ingin merawat diriku sendiri? Dengan uang darimu yang tidak seberapa, bagaimana aku bisa melakukannya? Sejak kita menikah, aku harus banting tulang membantu keuangan keluarga! Kau bahkan tidak mampu membiayai kami dengan benar. Jadi, jangan harap aku bisa tampil seperti wanita-wanita yang kau kagumi!"

Mark terdiam sejenak, tapi tatapannya semakin dingin. "Wanita itu adalah atasanku, dan dia seorang janda. Apa salah kalau aku tertarik padanya? Dia lebih cantik, lebih menarik, dan lebih tahu bagaimana membuat seorang pria merasa dihargai. Tidak seperti dirimu!"

Ruby tersentak mendengar penghinaan itu, namun ia tidak berhenti." Lalu, apa yang kau berikan padaku? Tidak ada sama sekali. Seorang istri bisa tampil cantik atau tidak, tergantung pada suaminya juga. Sudah nasibku menikah dengan pria tidak mampu. Apa kau tahu apa yang paling tidak bisa aku maafkan, Mark?" tanyanya, suaranya bergetar karena emosi. "Gara-gara wanita itu, kau melupakan tanggung jawabmu terhadap keluarga ini! Kau bahkan mengabaikan anakmu sendiri, Pinky, setiap kali dia membutuhkanmu!"

Mark mengangkat tangannya, menunjuk Ruby dengan ekspresi marah. "Anak itu semakin buruk sifatnya karena ibu seperti dirimu!" bentaknya.

Plak!

Tamparan keras dari Ruby mendarat di pipi Mark, membuat pria itu terkejut. Ruby menatapnya dengan penuh kebencian dan air mata yang hampir jatuh dari pelupuk matanya.

"Sifatnya semakin keras karena kau!" teriak Ruby. "Kau memberi seluruh kasih sayangmu pada Jenny, sementara Pinky kau abaikan begitu saja! Apa kau sudah lupa apa yang dialami Pinky saat dia masih sekolah? Kau tidak pernah ada untuknya! Dan sekarang, kau menyalahkannya karena dia bertindak seperti ini?"

1
Bu Kus
nyesek banget liat nasib pinky udah pinky mulai sekarang harus pokus pada diri sendiri dan jangan mau di remehkan dan rendahkan jadi lha yang lebih tangguh pinky
wiemay
Dev Dev
sebenarnya kamu itu suka ma pinky

awas lho jgn menyesal
Dini Anggraini
Pinky cepat kamu selesaikan utangmu sama Dave jadi bila Dave meremehkanmu kamu bisa pergi thor semoga suatu saat nanti saat pinky sukses ada cowok yang menerima dia apa adanya gak pura2 kayak Dave ini.
Aisyah Nuha
semangat pinky semoga sgera di pertemukan dgn laki² yg baik dan menghargai mu
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
hampir keluar air mata ku kalau baca yang sedih2 gini...semangat pinky semoga nanti dapat pangeran yang menerima mu apa ada nya..berharap bukan dev jodoh pinky nanti biar kan orang2 yang meremehkan pinky menyesal setelah tau pinky sukses suatu hari nanti..semangat
yuning
Dev, apa yang ada di otakmu itu
Myra Myra
bgus Dev lepas niey biar Pinky jauh dari laki tu biar dia menyesal...
Myra Myra
Pinky dah Ae biarkan Jee laki mcm Dev tu kena ajar cikt buat Jew tak tahu...biar nnty lama2 dia yg akan dtg cari kita...
yuning
🥺🥺
Aisyah Nuha
🥺🥺🥺
wiemay
Dev jgn smpe kau menyesal ya
Bu Kus
kasihan pinky udah capek capek bikinin ko di buang padal buang makan dosa kalo gak mau di kasih siapa gitu jahat banget sih🥺
Isnanun
yg sabar ya pinky
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
semangat pinky...semoga nanti ada yang bisa menerima kamu dengan tulus
Bu Kus
yang sabar pinky semoga hidup ke depan nya akan lebih baik lanjut lg dong thro makasih
اختی وحی
crazy up thor
MrHuang Coffe
keren
Aisyah Nuha
kasian kmu pinky🥺🥺 sbenernya hatinya sangat rapuh tpi dia berusaha ttp kuat di dpn semua orang... semoga dpt pekerjaan ya pinky
Riyasih
puas bgt Thor,tak kirain pinky 🤦🤦🤦💪💪💪
yuning
nyesek 🥺🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!