NovelToon NovelToon
Kekuatan Tangan Dewa : Raja Harem Di Dunia Lain

Kekuatan Tangan Dewa : Raja Harem Di Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Playboy / Vampir / Manusia Serigala / Romansa
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Karma-Kun

Aku hidup kembali dengan kemampuan tangan Dewa. Kemampuan yang bisa mewujudkan segala hal yang ada di dalam kepalaku.
Bukan hanya itu, banyak hal yang terjadi kepadaku di dunia lain yang penuh dengan fantasi itu.
Hingga akhirnya aku memiliki banyak wanita, dan menjadi Raja Harem yang membuat semua pria di dunia ini merasa iri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karma-Kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Serangan

"Tu-Tuan Muda ...."

Kulihat Catrine sangat terkejut atas lamaranku barusan, ia tak bisa langsung membalasnya dan hanya bisa menutup mulutnya dengan telapak tangan, mata indahnya juga tampak berkaca-kaca seakan air matanya bisa keluar kapan saja.

"Gimana, Catrine? Apa kamu bersedia menjadi wanitaku mulai sekarang? Aku berjanji akan membuatmu bahagia sampai kamu tua nanti," ucapku mengeluarkan lamaran lagi.

Entah apa yang merasuki ku sekarang, yang pasti hatiku ingin sekali memiliki Catrine untuk diriku sendiri. Aku merasa batinku sudah terikat erat dengan gadis itu semenjak pertama kali bertemu di kamar ini.

"Maaf, Tuan Muda? Bolehkan saya tahu alasan Tuan Muda lebih dulu? Soalnya saya belum siap dengan lamaran yang begitu mendadak ini," pinta Catrine.

"Aku tak punya alasan apapun, Catrine. Aku hanya ingin membuatmu bahagia saja," jelasku apa adanya.

Lagi pula, aku belum mau bilang menyukainya atau mencintainya untuk saat ini, setidaknya tunggu hubungan ini terjalin dulu sebelum aku memutuskan untuk melabuhkan hatiku kepada Catrine sepenuhnya.

Namun, langkah yang diambil Catrine selanjutnya benar-benar di luar dugaanku, ia tiba-tiba mendorong tubuhku hingga aku berbaring di atas ranjang, kemudian menaiki tubuhku dengan tatapan yang sangat sayu.

Glup!

Aku menelan salivaku sendiri begitu melihat penampilan cantik Catrine di bawah cahaya rembulan yang masuk ke dalam kamarku lewat jendela, belum lagi pakaian tipis yang membalut tubuhnya benar-benar membuat hasratku naik seketika.

Bisa kurasakan benda pusakaku mulai mengeras di bawah sana gara-gara ulah si gadis setengah kucing ini.

"Kalau begitu, saya ingin Tuan Muda berjanji kepada saya, bahwa Tuan Muda akan selalu bersama saya selamanya, juga saya ingin Tuan Muda selalu memberikan kepuasan pada tubuh saya mulai malam ini," pinta Catrine.

Aku langsung tersentak usai mendengarnya, tak masalah untuk janji yang pertama, tapi aku masih ragu untuk janji yang kedua. 'Kenapa pula aku harus memberikan kepuasan pada tubuh Catrine? Memangnya aku tak boleh hanya ingin memilikinya saja?' batinku bertanya-tanya.

"Tuan Muda jangan salah paham dulu, saya berani meminta seperti itu karena setiap wanita ras kucing berhak mendapatkan kepuasan bila sudah menemukan pasangannya. Dan bila Tuan Muda memang serius kepada saya, maka Tuan Muda juga harus memberikan keturunan untuk saya. Sekarang tolong Tuan Muda pikirkan baik-baik atas lamaran barusan, jangan sampai Tuan Muda menyesal nanti," ujar Catrine serius.

Aku menarik napas dalam-dalam sejenak, lalu kutatap wajah Catrine lagi untuk kesekian kalinya, dan kutemukan keseriusan yang terpancar dari wajah cantiknya itu.

Aku juga mau tak mau harus serius kalau sudah begini, langsung saja aku bangkit dari posisi tidur agar wajahku bisa berhadapan langsung dengan wajah Catrine.

"Baiklah, aku bersedia memenuhi semua keinginanmu, kuharap kamu juga akan selalu setia menemaniku mulai sekarang," pintaku.

Catrine hanya mengangguk untuk menanggapinya, matanya terpejam seketika dan bibirnya terbuka sedikit seakan menantikan sesuatu.

Dan akan naif rasanya bila aku tidak bisa memahami keinginan Catrine, aku pun langsung menciumnya tanpa ragu sama sekali.

Ciumanku dengan Catrine awalnya terasa kaku, kami hanya saling bersentuhan bibir saja tanpa ada pergerakan lain yang terjadi.

Hingga aku tak sengaja meminta sesuatu yang membuat tanganku kesemutan, barulah Catrine berubah menjadi kucing yang sangat liar dan penuh nafsu.

"Tuan Muda ... Apa ini Tuan Muda? ... Ah ... Ah ... Rasanya sungguh nikmat sekali," desahan Catrine terdengar begitu menggairahkan.

Aku belum tahu betul dengan kejadian yang sebenarnya, kuteruskan saja mencumbu bibir Catrine dengan begitu liarnya, sesekali kumainkan lidahku di lidahnya yang membuatnya semakin bergelinjang hebat tak karuan.

"Tuan Muda ... Ah ... Saya sudah tak bisa menahannya lagi ... Ini bisa keluar sekarang ... Ahhh ...." Catrine tiba-tiba melolong keenakan, tubuhnya gemetar hebat sembari memeluk kepalaku dan ada cairan yang keluar banyak dari ranah kewanitaannya.

"Ini ... Apa yang terjadi? Kenapa kamu sudah keluar, Catrine?" tanyaku kebingungan, kutarik tanganku dari ranah kewanitaan Catrine tanpa sadar. Dan ternyata tanganku sudah benar-benar basah gara-gara cairan cinta dari lubang Catrine.

'Astaga, jangan bilang aku sudah membuat Catrine meraih puncak pelepasan hanya dengan memakai jemariku? Kok bisa sih?' batinku bertanya-tanya lagi. Sejujurnya aku tak paham dengan ulah tangan kanan yang selalu bergerak sendiri ini.

Namun, aku tidak banyak berpikir lagi setelahnya, karena benda pusakaku sudah mengeras tak terkendali di bawah sana. Langsung saja aku keluarkan benda pusakaku dari dalam celana hingga bentuknya menjulang menantang di depan mata Catrine.

"T-Tuan Muda, bukankah senjata punya Tuan Muda terlalu besar? Saya takut senjata ini tidak muat di lubang saya," ucap Catrine sangat gugup, tapi tangannya segera meraih benda pusaka itu untuk memainkannya.

"Uh ... Terus gerakan seperti itu, Catrine." pintaku sembari mengerang keenakan saat tangan Catrine mengocok-ngocok batang benda pusaka ku.

"Saya juga bisa melakukan ini, Tuan Muda. Semoga Tuan Muda menyukainya," Catrine tiba-tiba memasukan kepala benda pusaka ke dalam mulutnya sembari tangannya terus mengocok batangnya.

Kurasakan kenikmatan luar biasa dari permainan gadis setengah kucing itu, benda pusakaku benar-benar dimanjakan hingga aku hanya bisa merem melek, terutama saat lidah Catrine menjilati lubang benda pusaka itu. Rasanya sungguh enak sekali sampai-sampai sendi lututku terasa mau copot.

Cukup lama juga Catrine bermain-main dengan cara seperti itu, tapi aku belum merasakan tanda-tanda mau keluar sama sekali.

Dulu aku tak bisa bertahan lama bila Anggie yang melakukannya, paling lama juga sekitar lima menit.

Namun kini aku belum bisa merasakannya sama sekali, kupikir mungkin karena aku belum terangsang sepenuhnya.

"Maaf, Catrine. Aku ingin bermain agak kasar," ucapku, lalu kutekan sepenuhnya benda pusaka itu ke dalam mulut Catrine. Terus kupompa pelan-pelan hingga kurasakan kepala benda pusaka masuk sangat dalam di tenggorokan Catrine.

Kurasakan tangan Catrine memeluk kuat-kuat pinggulku, ia sepertinya ingin memberikan yang terbaik untuk memuaskan gairahku yang sudah terlanjur meledak-ledak ini.

"Catrine, aku ... Aku akan keluar sekarang ...." Kupercepat saja goyangan pinggulku di mulut Catrine hingga kepala benda pusaka ku berkedut-kedut tanda akan menyemburkan cairan cinta.

Srooot!

Srooot!

Srooot!

Cairan cintaku akhirnya keluar di dalam mulut gadis setengah kucing itu, tubuhku lemas seketika usai merasakan kenikmatan yang sudah lama sekali tidak pernah aku rasakan.

"T-Tuan Muda nakal banget, kenapa calon anak kita dibuang-buang begitu saja? Padahal saya ingin merasakannya di bawah sini," protes Catrine usai menelan semua cairan cintaku. Kini ia merebahkan tubuhnya di sampingku dengan napas tersengal-sengal.

Aku tengok Catrine di sebelahku, lagi-lagi aku terkagum dengan kecantikan gadis yang satu ini. Kemudian kucium saja keningnya dengan mesra tanpa mengucapkan apapun.

Untung saja Catrine mengerti maksud hatiku, yang belum mau menyetubuhinya malam ini, karena aku sudah sangat puas hanya dengan permainan mulutnya saja.

"Saya sangat menyukai Tuan Muda, terima kasih sudah memilih saya," ucap Catrine lirih, matanya perlahan terpejam.

Aku tidak menanggapi ucapan Catrine, hanya mengusap-usap rambutnya dengan lembut untuk membalasnya.

Pasalnya, aku tak mau berucap sayang atau cinta begitu saja, sebab aku lebih senang menjalin hubungan tanpa terikat status apapun.

Entah apa yang akan terjadi antara aku dan Catrine nanti, yang pasti aku hanya ingin membuatnya bahagia hingga maut datang menjemput kami.

Aku pun tertidur tak lama kemudian, kupeluk Catrine layaknya guling selama aku tidur malam ini.

Rasanya sungguh nyaman sekali ketika bisa tidur bersama seorang wanita, terlebih wanita ini sangat cantik seperti tokoh favoritku pada Anime yang pernah aku tonton di dunia sana.

Singkatnya, aku dan Catrine tertidur sangat lelap hingga pagi, kami benar-benar kelelahan setelah mendapatkan pelepasan masing-masing, terlebih ada hujan yang mengguyur sejak kami memejamkan mata sehingga tidur kami pun semakin nyenyak.

Meski aku masih tidak mengerti dengan gelagat aneh yang selalu ditunjukan tangan kananku baru-baru ini, tapi aku tidak terlalu peduli asalkan tidak merugikan orang lain.

Teng! Teng! Teng!

Suara lonceng tiba-tiba menggema sangat keras dari arah gerbang kastil, sontak membuatku terbangun dari tidur karena suaranya terdengar sangat keras.

Aku segera duduk di atas ranjang sembari mengucek mataku yang masih terasa ngantuk, tak lupa juga kuregangkan tubuhku biar lebih rileks lagi.

"Bangun, Catrine. Sudah pagi sekarang," ucapku lembut sembari mencium kening Catrine untuk membangunkannya.

Catrine membuka matanya perlahan, tampak sedang mengumpulkan nyawa sehabis tidur nyenyak.

"Selamat pagi, Tuan Muda. Aduh, saya mohon maaf karena tidur terlalu lama," ucapnya masih setengah sadar.

"Tak apa, Catrine. Aku malah senang melihatnya," balasku sembari kucium lagi keningnya.

Sumpah, aku merasa gemas sekali saat melihat Catrine masih setengah sadar seperti itu, belum lagi telinga kucing dan ekornya gerak-gerak sendiri tanda ia senang atas perlakuanku.

Teng! Teng! Teng!

Teng! Teng! Teng!

Suara lonceng terdengar semakin keras dan panjang pada saat ini, sontak membuatku merasa tidak nyaman.

"GAWAT! INI SANGAT GAWAT, TUAN MUDA." Catrine tiba-tiba berteriak seraya bangkit dari tidurnya.

"Apa masalahnya?" tanyaku berusaha menenangkan Catrine.

"M-Mereka datang, Tuan Muda. Sudah pasti mereka yang berani datang menyerang kastil ini," jawab Catrine panik.

"Mereka?" ulangku penasaran.

Glup!

Catrine menelan salivanya sendiri, tubuhnya gemetar tak karuan seakan ada malaikat pencabut nyawa yang akan mendatanginya.

Aku spontan membawa Catrine ke dalam pelukanku untuk membuatnya tenang, lalu kutanyakan lagi masalahnya dengan hati-hati, "Tenanglah, Catrine. Jelaskan dulu semuanya perlahan, biar kita cari jalan keluarnya bersama-sama, oke?" pintaku.

Catrine mendongak kepalanya ke arah wajahku dengan air mata berlinang, mulutnya tampak bergetar ketika memberiku jawaban, "M-Meraka kelompok bandit kejam dari keluarga majikan saya sebelumnya, mereka sudah pasti ingin menangkap saya di kastil ini. T-Tuan Muda, apa yang harus saya lakukan sekarang? Saya takut mereka ...."

"Aku pasti akan melindungimu pakai segala cara, kamu cukup percayakan saja semuanya padaku," ucapku menyela ucapan yang hendak lolos dari mulut Catrine.

Aku lalu beranjak dari atas ranjang masih dengan pakaian tidurku, terus kuambil sebuah pedang yang tergantung di tembok kamar ini tanpa banyak berpikir.

'Aku ingin melindungi Cartrine. Aku harus bisa membunuh semua bandit itu,' pikirku seraya berjalan cepat menuju gerbang kastil, tangan kananku pun kembali merasakan kesemutan luar biasa selama aku berjalan seakan ada kekuatan besar yang sudah masuk ke dalam tubuhku.

....

1
Ray Virgo
sudah pernah baca ini.
Karma-Kun: masa?
total 1 replies
Erwinsyah
nabung bab bro 😁🤭
Karma-Kun: siap /Smile/
total 1 replies
Leon
Menyentuh jiwaku
Karma-Kun
Bantu ramaikan ya guys
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!