Arsyila Maharani harus terpaksa melalui hari- hari yang sulit, hanya karena sebuah kesalahan satu malam yang di luar kendalinya.
Arsyila menjadi korban dari bos tempat Ia bekerja yang pada saat itu sedang terpuruk, kehilangan mahkota yang sangat berarti dua hari sebelum pernikahan mereka.
Mampukah Arsyila melalui hari- harinya ke depan, bukan hanya masalah dari keluarga nya dan juga masyarakat yang memandang dirinya hina.
Bagaimana Ia menghilangkan rasa trauma berat dalam hidupnya, apakah ada cinta tulus yang akhirnya menghampiri nya. Yuk simak kelanjutan nya disini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyusul Bude Lastri
Arsy duduk di terminal, ojek yang Ia naiki hanya untuk mengantarkan nya ke terminal. Kini Ia bingung mau kemana, tidak ada satu keluarga pun yang menginginkan kehadiran nya. Semua menganggap dirinya wanita hina, satu kesalahan yang Ia buat merusak nama baiknya selama ini.
Di tengah kondisi nya seperti ini Ia masih memikirkan suaminya dan masih berharap Pria itu akan datang menjemputnya serta memberikan maaf untuk nya.
Ingatan nya tertuju pada sahabatnya Larissa namun tidak mungkin Ia minta tolong pada sahabat nya itu.
" Aku tidak ingin menjadi beban untuk nya. "
Lama Arsy duduk merenung seorang diri karena bingung menentukan tujuan nya sekarang. Tiba-tiba ponsel nya bergetar, dengan malas Arsy merogoh benda itu. Nama Bude Lastri terpampang disini, Arsy mengulum bibirnya. Kesedihan nya kembali menyeruak, mengingat Ia juga sudah mengecewakan Bude nya itu.
Arsy enggan menerima panggilan dari Bude nya itu bahkan sampai lima kali, hingga ada seseorang yang menegurnya karena mungkin merasa terganggu dengan bunyi ponsel nya itu.
" *Sayang, kamu dimana sekarang*. "
Suara Bude Lastri langsung terdengar bahkan sebelum Arsy mengeluarkan sepatah kata pun.
" *Arsy, Nak. Kamu dengar Bude kan, jangan buat Bude khawatir sayang. Katakan kamu dimana sekarang*. "
Arsy membekap mulutnya yang ingin sekali menangis.
" B- Budeee. " Rintih Arsy sungguh menyayat hati.
" *Tidak apa - apa Nak, jangan takut, jangan nangis. Ada Bude, temui Bude ya Nak, jangan berpikir yang tidak- tidak*. "
" Ta- tapi Bude. "
" Maafkan Bude sayang, Bude nggak disana buat membela mu. Bagaimana pun keadaan nya sekarang, kemarilah temui Bude. Kamu sayang kan sama Bude. "
****
Arsy tiba di kompleks perumahan elite, semua bangunan disana nampak mewah. Ia turun dari ojek yang di tumpangi nya, menyerahkan selembar uang berwarna biru.
Tanah yang Ia pijak nampak basah, mungkin baru saja turun hujan, Ia tidak tau ini sudah jam berapa. Yang pasti Arsy tau ini sudah larut malam.
Setelah memastikan alamat yang Ia datangi adalah benar, Arsy mulai celingak celinguk mencari bel, setelah menemukan nya Ia menekannya meskipun ragu. Arsy berharap semoga Ia tidak salah alamat.
Tak lama kemudian datanglah seorang pria yang melangkah sambil menguap lebar- lebar.
" *Eh neng, malam Neng. Maaf, malam - malam begini mau cari siapa*. " Tanya satpam itu ramah. Mungkin karena melihat yang bertamu adalah wanita cantik.
" Ah malam Pak, maaf mengganggu istirahat nya. Begini Pak, apa benar ini rumah nya.... em rumah Bapak Arkan Mahendra. "
Satpam menyoroti penampilan Arsy, Pria itu bahkan mengira kalau gadis di hadapan nya adalah wanita nya majikannya.
" *Iya benar, kalau boleh tau Mbak nya siapa ya. Maaf, soalnya Tuan Arkan sedang tidak ada di rumah*. "
" B- bukan Pak, hm a- eh saya kemari bukan untuk ketemu Tu- Tuan Arkan tapi ketemu Bude Lastri. Nama saya Arsy, Bude yang meminta saya kemari siang tadi. Saya datang dari kampung Pak makanya sampainya malam. "
" Bude Lastri, maksudnya Neng mah Mbok Lastri. " Tanya satpam memastikan. Arsy langsung mengangguk cepat mengiyakan.
Lama terdiam akhirnya satpam pun teringat sesuatu dan bergegas membukakan pintu pagar. Arsy tersenyum setelah di persilahkan masuk, bahkan satpam dengan sigap menarik koper milik Arsy.
" *Maaf Neng, Mamang lupa tadi. Padahal Mbok Lastri sudah berpesan kalau malam ini akan ada keponakannya dari kampung datang. Ayo, buruan masuk. Mbok Lastri pasti sudah menunggu sejak tadi*. "
Arsy mengekor di belakang satpam sampai masuk ke dalam rumah, Pria itu juga menyeru memanggil Mbok Lastri bahwa keponakan nya sudah tiba.
" *Arsy. "*
" Budeeee. "
Arsy mempercepat langkahnya dan menghambur kedalam pelukan wanita yang mirip dengan Ibu kandung nya itu.
Ia merasakan hangat dan damai di dalam pelukan Bude Lastri, air matanya kembali meluruh. Satpam yang awalnya berdiri menjadi penonton, langsung meninggalkan kedua wanita itu. Tidak mau mengganggu keduanya.
" Pak Bejo, makasih ya. "
Bejo mengangguk pelan dan kembali ke pos satpam tempat beliau istirahat. Pos satpam juga di desain seperti rumah kecil bahkan ada sebuah kamar kecil yang nyaman untuk istirahat.
***
" Bude, maafkan Arsy. " Arsy menangis dalam pelukan Bude
" Sudah Nak, jangan menangis. Mereka memang bukan orang baik, tapi Ayah mu lebih tidak waras. Sampai hati dia melakukan ini pada anak kandung nya sendiri. "
Lastri baru mengetahui kabar tentang Arsy yang di usir orang tuanya pagi tadi dari Liana dan tentu saja Lastri langsung panik, apalagi ponsel Arsy yang sulit di hubungi. Lastri mengusap punggung Arsy yang bergetar karena menangis.
" Sudah Nak, ayo masuk dulu. Ganti baju mu, ini basah kamu pasti dingin. Habis itu kita makan, Bude sudah nungguin kamu dari tadi. "
Lastri membawa Arsy ke kamarnya, di lantai bawah khusus pelayan. Arsy melongo, meskipun kamar khusus pelayan tapi ini sungguh mewah, bahkan melebihi kamar miliknya di kampung atau bahkan kamar di rumah baru mereka.
" Bude, apa tidak apa- apa kita makan beginian. Bude nggak akan kena marah kana, Arsy nggak mau Bude terkena masalah karena Arsy. "
Arsy menatap menu yang ada di meja makan. Daging, ikan, sayur, semua lengkap tersedia. Lastri tersenyum dan merangkul pundak Arsy meminta nya duduk di kursi, agar mereka bisa menikmati makan malam mereka.
" *Kenapa diam saja, ayo dimakan. Tidak apa- apa, majikan Bude orang nya baik. Disini bebas mau makan apa saja boleh, dan memang menunya seperti ini setiap hari*. "
***
Arsy bangun pagi dan sudah tidak mendapati keberadaan Bude di sampingnya, Ia yakin Bude nya pasti sudah di dapur. Arsy bergegas turun dan mencari keberadaan Lastri.
Pandangan Arsy menyapu setiap sudut rumah itu, bersih dan rapi. Perabotan yang ada di dalam rumah itu nampak mewah dan antik, pasti harganya pun mahal. Lantai yang menjadi tempat nya berpijak pun nampak mengkilat, Arsy membayangkan pasti majikan Bude nya orang nya tua, ya meskipun pasti tampan juga. Dalam bayangan Arsy wajah majikan Bude seperti mafia- mafia dengan tubuh tinggi, otot di mana-mana tak lupa dengan sedikit kumis dan jambang.
" Haish, ngapain aku memikirkan majikannya Bude. Duh Arsy sadar. "
Arsy merutuki otaknya sendiri, mencoba mengenyahkan bayangan Pria sang empunya rumah.
" Arsy, kamu sudah bangun. Gimana tidurnya nyenyak. "
Arsy mengangguk dan berjalan menghampiri Bude nya, Ia menawarkan bantuan dan Bude pun akhirnya mengijinkannya.
" Bude, bukannya katanya majikan Bude sore ini kembali. Arsy takut ada disini, bagaimana kalau majikan Bude tidak suka dengan keberadaan Arsy. Kalau boleh Arsy nyari kontrakan yang murah saja nanti setelah nya Arsy akan cari pekerjaan yang cocok untuk Arsy. "
" Eh tidak perlu Nak, Bude punya kontrakan tidak jauh dari sini. Kalau jalan kaki paling lima belas menit, biasanya Bude tidur disana. Malam tadi Bude nginap disini karena Tuan Arkan sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar kota. Kamu bisa tinggal disana Nak temani Bude, tidak perlu nyari kontakan lagi. "
Arsy pun setuju, sebelum berangkat Lastri menitipkan bekal makan untuk Arsy agar keponakan nya itu tak susah- susah memasak.
" Pergilah Nak, nanti Bude akan pulang kalau Tuan Arkan mengijinkan Bude pulang. Kalau tidak pun nanti Bude akan kabari. "
Arsy pun meninggalkan rumah mewah itu setelah sarapan pagi, tak lupa juga Ia membawa bekal untuk makan siang dari Bude Lastri.
***
lope lope dah pokoknya ini mah cantik habis othor. next visual yang lain ya jangan lupa wiliam juga oke