NovelToon NovelToon
Istri Siriku, Sayang!

Istri Siriku, Sayang!

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Poligami / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rose Mia

Narendra sang pengusaha sukses terjebak dalam situasi yang mengharuskan dirinya untuk bertanggung jawab untuk menikahi Arania, putri dari korban yang ia tabrak hingga akhirnya meninggal. Karena rasa bersalahnya kepada Ayah Arania akhirnya Rendra bersedia menikahinya sesuai wasiat Ayah Arania sebelum meninggal. Akan tetapi kini dilema membayangi hidupnya karena sebenarnya statusnya telah menikah dengan Gladis. Maka dari itu Rendra menikahi Arania secara siri.

Akankah kehidupan pernikahan mereka akan bahagia? Mari kita ikuti ceritanya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pahit dan Manis

Di sisi lain Gladys yang baru saja selesai dengan makan malam bersama kru-nya terlihat sangat letih dan tak bersemangat. Seorang pria datang menghampiri Gladys yang nampak masih termenung di kursinya.

"Haii.. kau tidak apa-apa? Apa kau kurang suka makanannya? Atau sedang tidak enak badan karena perjalanan tadi?" Ujar Argani yang tak lain adalah seorang sutradara sekaligus produser dalam proyek pembuatan film yang Gladys lakoni kali ini.

Gladys mengarahkan pandangannya kepada Argani yang duduk di sebelahnya.

"Ya, aku rasa aku masih kelelahan karena perjalanan tadi, pak." Ujarnya lesu.

"Sebaiknya kau segera kembali ke penginapan. Kemudian minumlah obat dan beristirahatlah. Mungkin besok sudah baikan. Apa kau sudah menerima scajule-nya?"

"Sudah, pak Arga."

"Baiklah kita akan mulai chin pertamanya pada sore hari. Jika kamu besok masih belum vit, kamu bisa lanjutkan istirahat mu. Dan kami akan mengambil chin berikutnya." Ucap duda tampan beranak satu itu.

Saat sudah berada di penginapan Gladys membanting diri ke ranjangnya. Kemudian membenamkan wajahnya di bantal seraya menangis.

"Oh.. Tuhan. Aku benci dengan hidupku. Aku benci dengan pernikahanku. Aku ingin bercerai dan menikmati hidupku bersama kenanganku sendiri." Ujarnya di rengah isaknya yang semakin menjadi.

"Aku tidak bisa mencintainya? Aku tidak pernah bisa mencintai suamiku. Mengapa?!" Raungan kepiluan kembali lolos dalam redaman bantal yang Gladys peluk saat ini.

Ya, tidak ada cinta dalam hati Gladys untuk Rendra. Karena cintanya telah lama mati terkubur bersama jasad mendiang kekasihnya. Semua ucapan sayang, ucapan mesra pada Rendra hanya sandiwara belaka untuk membalas Rendra agar tidak sakit hati. Gladys tidak ingin menyakiti laki-laki sebaik dan setulus Rendra-suaminya. Dengan demikian ia berharap agar benih cinta tumbuh di hatinya, namun kenyataannya hingga sudah lebih dari 3 tahun kebersamaannya dengan suaminya, Gladys tak mampu untuk mencintainya.

Seperti profesinya sebagai aktris ia mampu berakting sangat natural seperti yang sesungguhnya. Namun dibalik itu semua hanyalah kepalsuan. Hidup wanita cantik itu seperti drama film yang sedang ia mainkan tanpa adanya cut atau take. Hingga dia merasa sangat bosan dan teramat lelah saat ini.

**

"Nampaknya, bapak sedang bahagia." Ujar Romi saat semua klien telah pergi meninggalkan pertemuan di restoran itu.

"Ada apa? Bukankah wajar saya bahagia karena kesepakatan bisnis yang sukses terjalin dengan klien."

"Tapi anda terlihat banyak tersenyum hari ini bahkan sebelum meeting ini terjadi. Apakah Anda mendapatkan kejutan spesial dari Ibu Gladys?" Romi yang tak tau menahu mengenai pernikahan kedua bosnya, kini tengah menyelidik ke wajah yang terlihat sedikit panik.

"Kau tak perlu tau dengan urusan ku. Uruslah dirimu sendiri serta pekerjaan mu. Pastikan semuanya berjalan dengan baik." Rendra kembali pada sikap juteknya untuk menutupi kepanikannya. Ia juga tak senang kala kebahagiaannya terusik orang lain.

"Maaf pak, saya tidak bermaksud." Romi seakan merasa bersalah karena telah melewati batasannya.

"Sudahlah, saya akan pulang. Urus ini semua." Rendra berdiri serya mengancingkan jasnya kembali. Kemudian meninggalkan Romi yang masih tinggal di tempat itu untuk mengurus administrasi pembayaran.

Rendra melangkah keluar restoran itu dengan wajah datar serta membawa wibawa yang melekat di dirinya sebagai pemilik perusahaan. Namun saat berada di dalam mobilnya ia kembali mengulas senyum di wajahnya. Ia mulai cengengesan kembali kepada settingan dirinya kala mengingat kembali momen-momen kebersamaan dengan istri sirinya yang begitu lugu dan polos di matanya. Namun itulah yang menjadi daya tarik gadis itu untuk Rendra.

"Arania..." Gumam Rendra seraya menggelengkan kepalanya yang disertai senyuman. Apalagi saat mendengar desahannya di ranjang yang membuatnya semakin bergairah kepada gadis mungil itu.

Memang sedari tadi saat melakukan pertemuan makan malam dengan kliennya, Rendra tak habisnya terus terbayangkan wajah ayu istri sirinya yang polos saat sedang melakukan penyatuan mereka. Wajah yang gelisah Arania terlihat sangat sensual serta menarik di pandangannya. Padahal wajah polos Arania tak berbalut makeup apapun, bahkan lipstik pun tidak.

Berbeda dengan Gladys sang aktris populer. Wajahnya seolah tak pernah lepas dari makeup, walaupun akan pergi tidur ia selalu mengolesi wajahnya dengan krim malam atau bibirnya yang selalu lembab dengan lipblam.

Tapi ternyata, kesempurnaan Gladys tak mampu menyaingi kepolosan dan kealamian Arania di benak Rendra. Justru Rendra lebih terkesan pada Arania dibandingkan Gladys.

Selama pernikahannya dengan Gladys tak pernah ia mencampur adukkan antara asmara dengan bisnis diwaktu yang bersamaan. Namun saat ini Rendra seolah mengingkari prinsipnya sendiri. Namun Rendra tak mau ambil pusing dengan keadaan itu, ia justru malah menikmatinya sehingga sedari tadi raut wajah semringahnya menghiasi tampilannya yang menambah pesona ketampanannya hingga dapat menarik hati para kliennya.

"Kau membawa keberuntungan ku, Arania sayang. Sejak lama aku ingin bekerja sama dengan perusahaan itu. Kini berkat adanya kamu, semua bisa tercapai." Gumam Rendra di sela senyumnya yang tak pernah pudar.

Di tengah perjalanan pulang, Rendra menyempatkan diri mampir ke toko bunga. Ia membeli karangan bunga mawar merah untuk istri sirinya sebagai ungkapan perasaannya yang membuncah. Tak lupa ia juga menyempatkan diri ke toko ponsel. Saat Rendra tau Arania belum memiliki ponsel dia berniat ingin memberikan sebuah ponsel padanya agar mereka lebih mudah berkomunikasi.

Setelah mendapatkan barang-barang yang diperlukan Rendra segera meninggalkan tempat itu kembali pulang ke Rumahnya. Ia memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi, tak sabar ia ingin segera sampai pada istri sirinya.

Mobil telah memasuki pelataran luas rumah megah itu. Sebelum keluar dari mobil Rendra menyingkapkan jas serta kemejanya untuk melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Ck, masih jam 10.15. Dia pasti masih di kamar belakang. Bodohnya seharusnya aku menyuruhnya naik jam 10 saja tadi." Ujar Rendra menyesal.

Rendra keluar dari dalam mobil serta membawa barang-barang yang di belinya tadi. Rumah sudah dalam keadaan sepi dan gelap saat ini. Sehingga memudahkan Rendra tanpa harus ketahuan para pelayan atau tukang kebun.

Rendra langsung naik ke lantai 3 dengan menaiki lift yang berada di sebelah tangga. Kemudian langsung masuk ke kamarnya dan Arania.

Saat memasuki kamar, benar saja Arania tak berada di sana. Hal itu membuat Rendra jengkel serta mengumpat dirinya sendiri. Namun kemudian Rendra segera membersihkan dirinya ke kamar mandi. Ia ingin berendam di air hangat untuk merilekskan otot serta pikirannya.

,,,

Arania yang masih berada di kamar belakang seakan gelisah saat melihat jam dinding yang telah menunjukkan pukul 11 malam.

"Aku harus segera naik ke atas. Bik Erna sudah tidur belum ya?" Gumamnya lirih.

Ia membuka pintu kamarnya. Lorong belakang telah sepi dan gelap menandakan bik Erna juga mungkin sudah terlelap. Arania mengendap-endap saat melewati kamar Bik Erna dan Pak Udin-tukang kebun serta pesuruh. Terdengar suara dengkuran keras dari balik pintu kamar mereka masing-masing saat melewatinya.

"Huft.. selamat. Untung saja mereka sudah tidur." Lirih Arania seraya kembali berjalan mengendap-endap meninggalkan area belakang rumah itu.

Ia berlari saat harus memutar arah menuju ke samping Rumah yang terdapat sebuah anak tangga belakang. Saat telah sampai di area kolam renang, Arania kembali mengatur nafasnya yang terasa ngos-ngosan setelah berlari dan menaiki anak tangga hingga ke lantai 3. Hingga tiba-tiba sebuah tangan besar menarik pinggangnya dari belakang kemudian mendekapnya erat dengan sebuah tangkai bunga mawar diperlihatkan pada Arania. Saat Arania akan berontak untuk melepaskan jeratan tangan itu, tiba-tiba sebuah suara yang ia kenal berbisik di telinganya.

"Kenapa baru datang?" Ujar suara yang tak lain adalah milik Rendra itu. "Mawar merah akan indah berada di rambutmu." Rendra menyenatkan setangkai mawar merah tanpa duri di telinga kanan Arania. Arania hanya bisa terpaku dengan rasa gugup dengan keintiman itu.

"Aku datang tepat waktu, Mas. Hanya saja, aku perlu memastikan kalau bik Erna dan pak Udin sudah tidur. Bukannya Mas yang memintaku untuk berhati-hati agar tidak ketahuan?" Ujar Arania dengan berdebar.

"Kau tau... Aku sudah lama menunggu mu di sini." Ujar Rendra serya mengenduskan hidungnya ke leher Arania.

"Maafkan aku, Mas." Ada rasa yang menggelitik yang tiba-tiba muncul di perutnya.

"Aromamu... Manis. Mas suka."

Glek!

Arania dengan berat menelan salivanya. Seluruh tubuhnya semakin menggelitik serta meremang.

"Mas..." Ujar gadis itu dengan kegelisahan yang memuncak.

"Apa, hmm.."

"Aku geli." Ujar Arania yang blingsatan.

"Tetaplah sepeda ini dulu. Aku sedang menikmatinya." Rendra memejamkan matanya dengan wajahnya yang bertumpu pada bahu ringkih Arania.

Setelah puas pada posisi itu, Rendra melepaskan dekapannya yang melingkar di tunuh mungil istri sirinya. Kemudian membalikkan tubuh Arania supaya menghadapnya.

Rendra membelai lembut wajah cantik Arania. Helaian anak rambut yang menutupi wajahnya ia singkapkan ke samping daun telinganya di sisi lainnya.

"Kau semakin cantik dengan mawar itu." Kemudian Rendra menatap mata yang jeli dan lentik itu.

Tak lama Rendra kembali menyambar bibir merah merekah alami Arania. Melumat dan memagutnya dengan lembut dan penuh perasaan. Rendra mulai melepaskan tautan bibir mereka kala Arania telah terengah-engah. Gadis itu meraup oksigen sebanyak-banyaknya kala ia terbebas dari Rendra.

"Maaf-maaf sayang... Aku terlalu bernafsu padamu." Ucap Rendra dengan bafas yang terengah pula.

Setelah nafasnya mulai teratur, Rendra merangkul bahu Arania seraya menghadapkannya ke hamparan kolam renang yang terbentang luas di hadapan mereka.

"Ayo kita berenang?!"

**

1
JessicaArt
😍😍😍
JessicaArt
lanjut Thor...
JessicaArt
lanjut lagi Thor, penasaran.. 🔥✍️
Rose Mia: Bab selanjutnya telah diperbaharui. Silakan lanjutkan membaca ke bab berikutnya,,, terimakasih ☺️🫰
total 1 replies
JessicaArt
Lanjut...
Max >w<
Thor, kapan update selanjutnya?
Rose Mia: Insyaallah nanti siang ya kak,,, ☺️🫰
total 1 replies
JessicaArt
Saya suka cerita ini
JessicaArt
ceritanya seru Thor, lanjut... Semangat ✍️✍️✍️🔥
Rose Mia: silahkan membaca ke bab berikutnya, ,☺️🫰
total 1 replies
Rose Mia
Semangat nulisnya ❤️‍🔥❤️‍🔥❤️‍🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!