Sebuah tragedi malam kelam harus dialami oleh Claudya Mariabela, Gadis berusia 19 tahun itu harus menanggung beban berat karena mengandung benih dari seorang William Aldenandra.
Claudya adalah gadis muda yang masih duduk di bangku kuliah, sayangnya dia dijebak oleh sahabatnya sendiri. Claudya dijual oleh sahabatnya itu kepada seorang Pria hidung belang.
Malangnya nasib Claudya karena harus putus sekolah dan membesarkan anaknya seorang diri tanpa tahu kebenaran siapa Ayah dari anaknya yang dia kandung, Claudya sudah mati-matian mencari pria hidung belang yang tidur dengannya malam itu.
Banyaknya cacian dan makian yang Claudya dapatkan, tapi itu tak membuatnya menyerah untuk menghidupi anaknya. Hingga sebuah ketika dia di pertemukan dengan William yang ternyata sudah mempunyai seorang Istri.
Bagaimana kisah Claudya selanjutnya?
Yuk cari jawabannya di cerita ini ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon leni nurleni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
Zidan menatap pada Claudya yang saat ini tengah makan siang bersama dengannya, setelah pulang dari rumah sakit Zidan langsung menuju ke perusahaannya bersama dengan William dan sekarang William tengah berbincang dengan Ibnu Abbas yang tak lain adalah papanya Zidan.
"Kamu tau?" tanya Zidan yang langsung dibalas gelengan kepala oleh Claudya.
"Tuan William punya anak tapi bukan dari Nona Karisa." Zidan berucap sambil melihat kekanan dan kekiri takutnya ada yang mendengarkan obrolan mereka.
Claudya terbelalak kaget saat mendengar itu. "Masa sih? Bukannya tuan William hanya menikah dengan Nona Karisa?" tanya Claudya.
"Justru aku tidak tau karena yang aku tau Tuan William katanya terjebak dengan hubungan itu, tapi bagaimana mungkin terjebak bisa punya anak?" ujar Zidan.
"Kamu yakin?" tanya Claudya.
"Ya, justru aku lihat hasil tes DNA yang menunjukkan kalau hasilnya seratus persen Tuan William dan anak itu adalah papa dan anak." Tangan Zidan mendekatkan gelas ke arah Claudya yang saat ini hanya menatapnya tidak percaya.
Claudya meminum air minum itu sambil berpikir bagaimana mungkin Tuan William terjebak dalam sebuah hubungan kalau bukan mereka sama-sama mau.
"Kamu lihat anaknya?" tanya Claudya.
Zidan menggelengkan kepalanya.
"Tuan William tidak tau siapa anak dan kekasihnya, dia sedang mencari. Tapi Claudya aku sempat takut kalau wanita itu adalah kamu karena tuan William bilang kalau anaknya sudah berusia empat tahun." Zidan tertawa saat mengucapkan hal itu begitu juga dengan Claudya yang ikut ketawa karena dahulu Claudya tidak merasa tidur bersama William.
"Bisa kaya aku kalau tidur dengannya," ujar Claudya.
"Tapi begini, gak mungkin dong sekali tidur langsung jadi? Ya kan?" tanya Zidan.
Claudya mengerutkan keningnya.
"Kamu ini so tau banget, Zidan sudahlah jangan bicarakan masalah ini lagi karena kan ini masalah orang lain." Claudya terlihat risih saat Zidan membicarakan William.
"Ya sudahlah kalau kamu gak mau," pasrah Zidan.
**
William mendekat pada Karisa yang saat ini ada didalam kamarnya, Karisa datang karena ingin berbicara pada William. Karisa mau bertanya tentang wanita yang mempunyai anak dari William.
Tapi sepertinya William sedang tidak berniat untuk membahas masalah ini dengan Karisa karena Karisa hanya akan membuat dirinya semakin kesal saja.
"Jangan dekati aku! Mulai sekarang jangan ganggu aku lagi! Atau aku tidak akan segan menceraikan wanita seperti kamu!" ancam William tidak membuat Karisa takut sedikitpun.
Karisa malam semakin mendekat pada William berusaha menggoda William yang terlihat semakin kesal.
"Kalau misal aku gak setuju dengan perceraian itu, bagaimana? Apa kamu akan tetap mengajukannya?" tanya Karisa menggerakkan tangan lentiknya di pipi William.
Replek saja William menepis tangan Karisa yang membuat Karisa merasa sangat kesal, tapi bibirnya tersenyum manis menghadapi semua sikap William.
"Aku mau hubungan kita seperti dulu lagi," papar Karisa.
"Hahahaha!" Gelak tawa terdengar nyaring di telinga Karisa, William tertawa terbahak-bahak karena baru kali ini dia mendengar Karisa menginginkan hal yang mustahil, apa lagi semua masalah ini bermula dari Karisa.
"Kamu belum sadar juga? Karisa, kamu selingkuh sebelum pernikahan kita dan sekarang kamu mau hubungan kita seperti dahulu lagi? Mimpi!" bentak William.
William menjauh dari Karisa karena sekarang yang paling penting bagi William adalah menemukan pria yang baru saja mempermainkannya itu, William merasa kalau pria itu tau segalanya hingga William berniat untuk mencari pria itu sampai ketemu.
William sudah meminta pada Indra agar membawa seorang Intelejen dan hacker yang paling terkenal di Indonesia, tidak perduli walaupun William harus menghabiskan berapa pun karena yang paling penting baginya adalah dia tau siapa gadis malam itu dan putrinya.
"William!" jerit Karisa yang membuat William heran pada sikap istrinya itu.
"Apa kau tau? Selama ini aku selingkuh karena sikap kamu? Sikap kamu yang egois dan sangat mengekang aku, aku tidak suka sikap kamu itu! Aku pikir dengan aku selingkuh maka kamu akan berubah! Ternyata aku salah, karena kenyataannya kamu malah mencari wanita lain!" Karisa berucap dengan berteriak pada William.
William mengepalkan tangannya kuat.
"Benarkah? Bagaimana pemikiran kamu saat memilih selingkuh untuk membuat aku berubah? Sekarang kamu harusnya bersyukur karena sikap aku juga sudah berubah yang dari awalnya sayang sama kamu sekarang aku gak perduli lagi sama kamu!" ucapan William membuat Karisa bungkam, cukup sampai disini William tidak ingin semakin menyakiti dirinya sendiri dengan kembali pada Karisa.
William mulai menikmati kehidupannya setelah tau kalau dia punya seorang anak, sekarang William sudah tidak perduli lagi walaupun dia menerima kenyataan kalau gadis yang dia tiduri malam itu sudah punya suami.
William hanya menginginkan anaknya, tapi kalau bisa dua-duanya William pasti akan sangat bahagia.
Langkah William menyusuri sebuah lorong hotel karena tadi William berbicara dengan Karisa di kamarnya dan sekarang William akan menuju ke kamar Indra yang katanya sudah ada orang yang William suruh untuk datang.
"Aku tidak akan melepaskan pria itu sekarang!" William sangat berambisi untuk segera menemui pria itu.
Brak!
William membuka pintu dengan kencang bahkan membuat orang yang ada di kamar itu langsung menatap pada kedatangan William.
"Bagaimana? Apa kita bisa mencari pria itu sekarang?" tanya William.
"Bisa tuan, aku sudah bawa mereka untuk kita lacak lokasi pria itu." Indra menunjuk pada kedua orang yang ada disana bersama dengan Indra.
William langsung mengambil ponselnya dan memberikannya pada kedua orang pria itu.
"Aku mau sekarang, aku akan bayar berapa pun asal kalian bisa melacak orang itu, aku sangat geram padanya!" ujar William.
"Baik tuan," serempak kedua orang itu.
Ponsel William menghubungi nomor pria itu, tanpa menunggu lama orang itu langsung mengangkat telponnya.
{{📞📞
"Ada apa, tuan William yang terhormat?" tanya pria itu dengan suara yang berbeda karena pria itu memakai efek suara.
"Sekarang aku mau kamu beritahu aku dimana anakku?" ujar William.
"Hahaha, tuan William kenapa terburu-buru? Kita santai dulu saja." ungkap pria itu.
"Aku tidak bisa bersantai karena aku mau anakku!" bentak William yang makin terbawa emosi.
William menatap pada pria yang melacak lokasi pria itu dan ternyata dia sudah menemukan lokasi lengkapnya keberadaan pria itu, Indra langsung menghubungi anak buahnya yang sudah dia suruh berpencar di beberapa tempat.
Indra mengirimkan lokasi itu pada anak buahnya dan ternyata mereka lakukan berangkat ke lokasi tanpa lama-lama, William mengagumi cara kerja orang itu ternyata semuanya sudah serba canggih William bahkan mulai berpikir kalau orang seperti ini mungkin saja bisa menjadi orang jahat.
Tapi William yakin kalau mereka tidak mungkin melakukan hal aneh pada orang yang tidak mereka kenal.
"Apa yang kamu inginkan?" tanya William.
"Aku mau semua hartamu!" ujarnya.
William mengepalkan tangannya.
"Boleh, tapi kamu harus beri tau aku siapa anakku!" geram William.
Tuttt
📞📞}}
Telponnya sengaja dimatikan oleh orang itu, tapi saat ini ponsel Indra berbunyi.
{Tuan, kami menemukan pria itu!} Pesan dari anak buahnya.