Namaku Delisa, tapi orang-orang menyebutku dengan sebutan pelakor hanya karena aku berpacaran dengan seseorang yang aku sama sekali tidak tahu bahwa orang itu telah mempunyai pacar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vina Melani Sekar Asih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Hari yang dinantikan akhirnya tiba: camping tahunan sekolah. Setiap tahun, sekolah Delisa mengadakan acara camping untuk meningkatkan kebersamaan dan melatih kemandirian para siswa. Tahun ini, semua siswa tampak antusias, termasuk Delisa dan Azka. Meski kejadian sebelumnya sempat menggoyahkan hubungan mereka, kini keduanya berusaha menjaga keharmonisan kembali.
Sore itu, suasana di halaman sekolah riuh dengan suara para siswa yang sedang bersiap. Tenda-tenda sudah berdiri, lengkap dengan lampu-lampu kecil yang berkelap-kelip. Beberapa siswa terlihat mengangkat barang-barang bawaan mereka, sementara yang lain sibuk memasang peralatan. Azka dan Delisa bersama teman-temannya mulai mempersiapkan perlengkapan mereka. Delisa sibuk memasang tenda, sementara Azka membantu menyalakan api unggun.
"Nanti malam pasti seru banget!" seru Caca, teman baik Delisa, sambil tersenyum lebar.
"Ya, ini pertama kalinya aku camping sama kamu dan yang lain. Aku nggak sabar buat kegiatan nanti malam!" Delisa menjawab dengan antusias.
Sementara itu, Azka memperhatikan Delisa dengan senyum kecil. Meskipun camping ini adalah kegiatan sekolah, baginya, kesempatan ini juga seperti liburan singkat yang akan ia manfaatkan untuk lebih dekat dengan Delisa.
Ketika malam mulai tiba, seluruh siswa berkumpul di area utama untuk acara pembukaan. Kepala sekolah memberikan sambutan singkat, diikuti oleh guru-guru yang membimbing kegiatan. Setelah acara pembukaan, para siswa diberikan waktu untuk makan malam. Mereka duduk bersama di sekitar api unggun, menikmati makanan yang telah disiapkan. Delisa duduk di samping Azka, merasakan kehangatan api unggun dan suasana yang penuh keceriaan.
Setelah makan malam, saatnya untuk kegiatan utama malam itu: permainan tebak kata dan cerita seram. Para siswa berkumpul membentuk lingkaran besar di sekitar api unggun. Salah satu guru mereka, Pak Budi, mengambil tempat di tengah lingkaran dan memulai cerita horor yang membuat suasana jadi mencekam.
"Suatu malam, ada seorang anak yang pergi camping bersama teman-temannya di sebuah hutan..." Pak Budi memulai dengan nada suara yang pelan dan seram.
Mendengar cerita tersebut, Delisa menggenggam tangan Azka erat-erat. Meskipun ia tidak begitu takut pada cerita horor, atmosfer gelap dan hembusan angin malam yang dingin membuat suasana terasa lebih menyeramkan. Azka, yang melihat Delisa tampak ketakutan, hanya tersenyum sambil meremas tangannya pelan, memberikan rasa aman.
Saat cerita horor berakhir, kegiatan dilanjutkan dengan tebak kata. Setiap kelompok diwakili oleh seorang anggota yang harus menjelaskan kata-kata tanpa mengatakan kata tersebut. Ketika giliran kelompok Delisa tiba, Azka maju menjadi perwakilan. Ia melakukan berbagai gerakan lucu yang membuat Delisa tertawa terbahak-bahak, membuat suasana tegang yang sempat muncul hilang begitu saja.
Permainan berlangsung dengan seru, dan pada akhirnya, kelompok Delisa berhasil memenangkan permainan tersebut. Mereka semua bersorak kegirangan, terutama Delisa yang merasa senang bisa berpartisipasi dengan teman-temannya.
Namun, acara malam itu belum selesai. Setelah permainan berakhir, para siswa diminta untuk berjalan menyusuri hutan kecil di belakang area camping untuk kegiatan jelajah malam. Setiap kelompok diberikan satu senter, dan mereka harus bekerja sama untuk menemukan petunjuk-petunjuk yang tersembunyi di sepanjang jalur.
"Seru banget, ya!" seru Delisa pada Azka saat mereka mulai menyusuri hutan bersama kelompok mereka.
"Iya, ini pengalaman yang nggak bakal kita lupakan," balas Azka sambil tersenyum.
Hutan tersebut memang tidak begitu luas, tapi di malam hari, suasana gelap dan sunyi membuat perjalanan terasa lebih menantang. Suara gemerisik daun, bunyi burung malam, dan langkah-langkah kaki mereka menambah suasana misterius. Delisa merasa sedikit cemas, tapi kehadiran Azka di sampingnya membuatnya merasa lebih aman.
Di tengah perjalanan, kelompok mereka menemukan petunjuk pertama berupa selembar kertas dengan teka-teki yang harus dipecahkan. Azka dan teman-temannya berusaha keras memecahkan teka-teki tersebut sambil tertawa-tawa karena setiap kali ada yang salah menebak, mereka harus berputar-putar di sekitar pohon yang ditandai sebagai hukuman.
Setelah beberapa petunjuk, mereka sampai di titik akhir dan diberikan kesempatan untuk beristirahat di tempat yang telah ditentukan oleh guru pendamping. Azka dan Delisa duduk di bawah pohon besar, memandangi langit malam yang dipenuhi bintang-bintang.
"Del, aku senang kita bisa ikut camping bareng," kata Azka, tersenyum pada Delisa.
"Aku juga, Ka. Aku senang karena bisa melalui malam seru seperti ini dengan kamu," balas Delisa sambil tersenyum lembut.
Malam semakin larut, dan akhirnya, semua siswa diarahkan kembali ke tenda masing-masing untuk istirahat. Namun, saat mereka baru saja tiba di area tenda, tiba-tiba terdengar suara gaduh dari arah tenda lain. Ternyata, salah satu tenda mengalami kerusakan karena tertiup angin kencang.
Delisa dan Azka segera menghampiri tenda tersebut untuk membantu. Mereka bekerja sama dengan siswa lain untuk memasang kembali tenda dan memastikan semua orang bisa tidur dengan nyaman. Suasana menjadi sedikit kacau, tapi dengan kerjasama mereka, tenda itu berhasil diperbaiki.
"Untung kita langsung bantu. Kalau nggak, mungkin tenda ini bisa roboh lagi nanti," ucap Azka sambil mengelap keringat di dahinya.
"Benar, Ka. Camping ini benar-benar penuh tantangan!" jawab Delisa sambil tertawa kecil.
Setelah semua beres, mereka pun kembali ke tenda masing-masing. Delisa berbagi tenda dengan Caca dan dua teman lainnya, sementara Azka berada di tenda lain bersama teman-temannya. Meski lelah, Delisa masih terjaga, memikirkan momen-momen indah yang ia lalui hari itu.
Keesokan paginya, setelah sarapan, para siswa diminta untuk mengikuti kegiatan outbound. Berbagai permainan diadakan untuk menguji ketangkasan dan kerjasama, mulai dari flying fox, jembatan tali, hingga panjat tebing kecil. Delisa sempat ragu mengikuti flying fox, namun Azka berhasil meyakinkannya.
"Ayo, Del, kamu pasti bisa! Jangan khawatir, aku akan menunggu kamu di bawah," ujar Azka sambil tersenyum, memberi semangat.
Dengan penuh keberanian, Delisa akhirnya memberanikan diri untuk naik ke flying fox. Saat meluncur, ia merasa takut sekaligus gembira, dan ia tertawa terbahak-bahak saat mendarat dengan selamat.
"Kamu benar, Ka! Ternyata seru banget!" seru Delisa sambil tertawa.
Azka tersenyum puas, senang melihat Delisa berhasil mengatasi rasa takutnya. Mereka melanjutkan kegiatan outbound dengan penuh semangat, berlari dan bermain bersama teman-teman lainnya.
Saat siang menjelang, para siswa diminta berkumpul di lapangan untuk mengikuti acara penutupan camping. Kepala sekolah memberikan pidato singkat, menyampaikan apresiasinya atas partisipasi aktif dan kerjasama para siswa selama kegiatan berlangsung. Semua siswa bertepuk tangan meriah, puas dengan pengalaman berkesan yang mereka dapatkan.
Setelah acara penutupan, saatnya untuk membereskan barang-barang dan membongkar tenda. Delisa dan Azka kembali bekerja sama untuk merapikan peralatan mereka. Meski lelah, keduanya masih semangat membantu teman-teman lainnya.
Ketika semua barang sudah siap, para siswa naik ke bus untuk perjalanan pulang. Di dalam bus, Delisa duduk di samping Azka, merasa lega dan bahagia setelah dua hari yang penuh kenangan. Mereka berbincang tentang berbagai momen lucu dan seru selama camping, sambil sesekali tertawa.
"Aku senang banget bisa ikut camping ini, Ka. Terima kasih udah selalu ada di samping aku," kata Delisa sambil tersenyum lembut.
Azka menggenggam tangan Delisa dengan penuh kasih. "Aku juga, Del. Aku senang kita bisa melalui semua ini bersama. Aku harap momen-momen seperti ini bisa kita lalui lagi di masa depan."
Delisa menatap Azka dengan penuh haru, merasakan betapa beruntungnya ia memiliki Azka sebagai teman dan pasangan yang selalu mendukungnya.
Perjalanan pulang itu terasa cepat, dan ketika mereka tiba di sekolah, para siswa saling berpamitan. Delisa dan Azka berjalan berdampingan menuju gerbang, siap untuk pulang ke rumah masing-masing dengan kenangan indah yang akan selalu mereka simpan.