Dominict Seorang jendral kerajaan yang diam-diam jatuh cinta pada tuan putri namun gengsi untuk menyatakan perasaanya hal hasil Dominict jadi sering menggoda Tuan Putri. Dominict akan melakukan apapun untuk Tuan Putri_nya, pencemburu akut. Tegas dan kejam Dominict hanya lembut pada gadis yang ia cintai. Akan murka ketika sang Putri gadis pujaannya melakukan hal yang berbahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Luh putu Sri rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
" AARGH!! Dasar Dominict!!" teriak Putri Ana di kamarnya tampak frustrasi.
Sbastian yang melihat tingkah Tuan Putri-nya hanya bisa menghela nafas panjang sambil melihat putri Ana berguling-guling di tempat tidurnya tampak kesal.
Malam ini terasa lebih dingin karena sebentar lagi akan memasuki musim gugur. Putri Ana tampak kesal sampai-sampai ia harus berguling-guling dan berteriak saking kesalnya mengingat tindakan Dominict yang terus saja menggoda dan mempermainkannya.
" Yang Mulia, Jendral Dominict mungkin tidak bermaksud seperti itu, mungkin itu cara Jendral agar dekat dengan anda, Yang Mulia. " jelas Sebastian berusaha menjelaskan pada Putri Ana.
" Apanya! Dia... " terdiam sesaat.
" Dia apa? Yang Mulia? "
" Di..dia... Sudahlah! pokonya Dominict itu menyebalkan! "
Sebastian yang melihat Putri Ana yang tampak kesal dan mengutarakan rasa kesalnya terhadap Dominict, tahu apapun yang keluar dari mulut Tuan Putri Anastasya. Saat ini hanyalah rasa kesal sesaat, Sebastian tahun dalam hati putri Ana menyukai sang Jendral istana Dominict, hanya saja masih gengsi untuk mengakuinya secara langsung.
meski begitu Sebastian masih mencoba memasang wajah ramah meski sejujurnya ia juga gemas melihat tingkah Putri Ana yang tak mau jujur terhadap perasaanya.
" Yang Mulia, saya rasa anda harus menyatakan perasaan anda pada Jendral Dominict sebelum semuanya terlambat, Yang Mulia. "
" Eh?! "
" Kenapa anda terkejut seperti itu, Yang Mulia? "
" A..apa katamu?! Sebastian aku tidak mungkin mengatakannya lebih dulu, kan? "
" Tapi, tidak ada salahnya di coba, siapa tahu Jendral memiliki perasaan yang sama seperti anda, Yang Mulia. "
Putri Ana menatap tajam ke arah Sebastian.
" Apa maksudmu? "
" Ya.... Jendral Dominict, kan termasuk kedalam pria tampan. Jadi, siap tahu, kan.... " sedikit mengejek sambil memalingkan wajahnya.
tiba-tiba sebuah bantal melayang ke wajah Sebastian. Sontak dia pun kaget saat melihat Bantar melayang ke arahnya.
" Jangan meniru gaya bicaranya! Dasar kau sama saja seperti Dominict. Sebastian!! " teriak Putri Ana tampak kesal.
" Maafkan saya Yang Mulia. Saya tidak bermaksud begitu, hanya saja tidak ada salahnya jika anda mengungkapkan perasaan anda lebih dulu pada Jendral, dari pada di tikung orang. " berbalik menyembunyikan senyumnya.
Sesaat putri Ana tampak memikirkan serius perkataan Sebastian.
" Kalau begitu saya permisi, Yang Mulia. "
kemudian Sebastian pergi meninggalkan kamar Putri Ana, sementara itu putri Ana masih memikirkan perkataan Sebastian tadi
~o0o~
Beberapa hari kemudian putri Ana merasa aneh seharian ia tak meliat Dominict, yang bisanya selalu saja muncul di saat dan tempat yang tak terduga untuk menggodanya namun hari ini Dominict malah tak terlihat di manapun yang membuat Putri Ana merasa aneh.
Tampak jelas di wajahnya Putri Ana mengharapkan ke hadiran Dominict . Tanpa sadar putri ana mencari-cari Dominict ke seluruh istana namun tak menemukan Dominict.
" K.. kenapa aku malah mencarinya? " gumam Putri Ana dalm hati.
" Anastasya!! Kau ini bodoh atau apa? Dengan bodohnya kau mencari Jendral payah itu!! " lanjutnya dalam hati.
Sepertinya Putri Ana sudah tak bisa berbohong dengan perasaanya kalau ia memang menyukai Dominict. Tanpa sadar perlahan Putri Ana mengusap bibirnya yang sempat Dominict cium, tampak jelas di wajah Putri Ana, ia tak bisa melupakan momen itu.
Meski Dominict sering menggoda dan mengganggunya namun sesungguhnya Putri Ana merasa senang saat Dominict dekat dengannya namun tak bisa mengatakan perasaanya dengan jelas pada Dominict.
Dan hari ini Putri Ana tampak kelimpungan sendiri mencari Dominict.
Tak lama Putri Ana meliat Dominict bersama seorang gadis dari gerbang istana, gadis itu tampak sederhana namun masih menunjukan ke gangguan dan kecantikannya yang natural dengan senyuman ramah dan manis.
Tampak Dominict sangat dekat dengan gadis itu samar-samar terdengar isi pembicaraan mereka oleh Putri Ana.
" Bagaimana? kau suka gaun pengantin yang aku kirim? Aku tidak sabar menunggu hari bahagia itu. "
Terdengar samar Dominict membicarakan tentang pernikahan dengan gadis itu, Putri Ana yang mendengar itu. Sontak terkejut seolah tak percaya Dominict akan segera menikah.
" A..apa?! Dominict akan menikah?! tapi.... Kenapa dia tidak pernah bilang sebelumnya? Dia tidak pernah mengatakan kalau sudah memiliki tunangan. "
Batin Putri Ana dengan begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk di pikirannya tentang Dominict.
Kemudian terdengar kembali percakapan dari Dominict dan gadis misterius itu.
" Aku sudah pesankan cicin pernikahan yang indah untukmu." ucap Dominict sambil mengusap lembut wajah gadis itu sambil tersenyum hangat, senyuman yang belum pernah Dominict perlihatkan pada Putri Ana, yang membuat Putri Ana semakin cemburu dan patah hati.
Wajah Dominict tampak bahagia, dan Dominict tak bisa menyembunyikan kebahagiaan dalam hatinya stelah mengatakan telah mempersiapkan cincin pernikahan khusus untuk gadis itu.
Namun sebaliknya putri Ana yang diam-diam memperhatikan mereka merasa tak percaya dan patah hati. Sesaat Putri Ana mengingat perkataan Sebastian tentang Dominict.
Flashback....
" Yang Mulia, jika anda menyukainya kenapa tidak jujur saja! Toh, juga Jendral sudah mengetahuinya kalau anda menyukainya. "
" Ya.. jika anda tidak mengatakannya. nanti bisa-bisa jendral di rebut orang lain, loh. ya... hitung-hitung mumpung Jendral Dominict masih sediri. Karena biasanya laki-laki tampan itu sering di dekati wanita."
Sontak kata-kata Sebastian membuat Putri Ana menyadari segalanya telah terlambat Dominict telah memilih cintanya sendiri.
Putri Ana yang telah merasa segalanya telah terlambat memilih pergi tanpa harus mendengarkan lebih banyak lagi.
Di kamarnya, putri Ana tampak menangis di tempat tidur sambil membenamkan wajahnya di bantal. Tak lama Sebastian yang melihat Putri Ana yang tampak begitu sedih bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi namun ia tak berani untuk bertanya.
Lalu dengan penuh keputusan Sebastian memberanikan diri untuk mendekati Putri Ana dan bertanya.
" Ya..Yang Mulia, anda baik-baik saja? ada apa? Apa yang membuat anda begitu sedih? "
Sebastian bertanya dengan lembut dan penuh perhatian pada Putri Ana, ia tampak khawatir dengan Putri Ana.
" ti..tidak.... Apa-apa... " jawab putri Ana di tengah tangisannya, namun terdengar jelas suaranya bergetar menahan tangis. Membuat Sebastian semakin khawatir.
" Yang Mulia, anda bisa bercerita pada saya, saya akan mendengarkan. "
Tiba-tiba putri Ana memeluknya dan menangis sejadinya.
" ?! "
Sebastian terkejut dengan tindakan tiba-tiba Putri Ana.
" A...ada apa Yang Mulia? "
Kemudian dengan perlahan Putri Ana bercerita tentang Dominict yang akan segera menikah pada Sebastian.
" Jendral Dominict?! Akan menikah?! "
Sebastian tampak tak mempercayai bahwa Dominict akan menikah.
" Tapi.... Kenapa mendadak sekali? Yang Mulia, apa anda yakin dengan yang anda dengar? " tanya Sebastian menyakinkan.
Putri Ana tak menjawab ia hanya mengangguk pelan sambil masih memeluk Sebastian. Sesaat Sebastian tak tahu harus merespon bagaimana.
" Yang Mulia, bagaimana jika saya coba tanyakan ini pada Jendral Dominict saja? "
Putri Ana menggeleng pelan.
" Tidak.... Tidak Sebastian!! Jangan.... Aku tidak ingin merusak momen bahagianya. Dominict terlihat begitu bahagia saat mengatakan dia sudah memperlihatkan segalanya untuk pernikahan mereka. Menurutmu bagaiman Dominict akan melihat ku nanti... Aku.... "
jelas Putri Ana panjang lebar, dengan raut kesedihan yang mendalam di wajahnya.
" Aku.... Tidak bisa... "
" Yang Mulia..... "
Sebastian merasa tak tega melihat Putri Ana yang patah hati. Sambil terus mencoba menenangkan Putri Ana.
Bersambung......
Pangeran Benedict juga ok 🫨 bingung