Dila tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi pendamping seorang pendakwah, satu satunya cucu laki laki dari Kyai pemilik pondok pesantren dan sosok inspiratif yang terkenal di media sosial melalui perjodohan balas budi. Selain itu, ia tidak menduga bahwa laki laki yang biasa disapa Ustadz Alfi itu menyatakan perasaan kepadanya tanpa alasan. Dila akhirnya luluh karena kesungguhan dari Ustadz Alfi dan bersedia untuk menjadi pendamping dalam keadaan suka maupun duka.
Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti terus kelanjutannya hanya di sini setiap Rabu, Jumat & Minggu pukul 17.00
[Salam Hangat Dari Dybi😉]
[Bunga Matahari Biru x @chocowrite_22]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunga Matahari Biru (Dybi), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang
10 Hari Kemudian
Roda mobil Umay berhenti berputar di area parkiran khusus. Terlihat banyak orang yang berlalu lalang di sekitar mereka. AC di terminal itu tidak sama sekali memengaruhi apapun yang ada di dalam. Semua orang sibuk dengan kegiatannya masing masing. Begitu ramai namun tidak terlalu padat. Umay membantu untuk membawa barang bawaan ke tempat pemberangkatan. Hari ini tepat 10 hari setelah dari cafe adalah jadwal keberangkatan Dila & Dayu.
Ada rasa tidak enak yang dirasakan oleh mereka berdua. Bagaimana tidak? secara Umay adalah kakak sepupunya. Seharusnya tidak perlu banyak membantunya seperti ini. Diantarkan saja rasanya sudah sangat berterimakasih banget tapi mereka berdua juga tetap menghargainya.
Siang yang lumayan panas teriknya matahari di terminal terpadu di kota Jakarta ini sudah hampir siap untuk jadwal keberangkatan menuju kampung halamannya. Tujuan mereka yaitu menuju wilayah Jawa tengah tujuan kota Purwantoro.
Umay sudah memasukkan barang barang saudari sepupunya ke bus AKAP (antar kota antar propinsi). Dirinya melihat Dayu dan Dila hendak menaiki bus. Sebelum membiarkan mereka pergi pulang ke kampung, ia memberikan wejangan dulu sejenak.
"Hati hati, kalau ada apa apa tolong hubungi kakak yaa. Saling jaga menjaga dan jangan lupa berikan titipan kakak ke kakung"senyum Umay menatap keduanya. Dayu dan Dila hanya mengangguk patuh seraya tersenyum membalas Umay.
Perlahan tapi pasti, bus bergerak menjauh dari terminal terpadu ini. Pertama, supir melapor ke pihak kepolisian di terminal dan melakukan beberapa tes. Kedua, setelah melapor polisi memeriksa keadaan di bus. Kedua syarat ini hanya untuk menghindari terjadi kejadian tidak diinginkan. Akhirnya bus diperbolehkan untuk melakukan perjalanan ke tol dan tetap menjaga kecepatan standarnya. Terlihatlah banyak mobil mobil, bus dan berbagai macam truk berlalu lalang di jalan tol yang lurus ini.
Dila sedang melihat lihat ke arah luar karena sengaja ia tidak menutup gorden nya. Sedangkan Dayu memilih untuk memakan makanannya seraya memegang ponselnya. Tiba tiba saja ia jadi merasa sedih lagi, karena akan ditinggal oleh Mbaknya. Namun ia berusaha sekuat tenaga agar lebih memperhatikan hari hari terakhir bersama mbanya sebelum ke Jogja. Ia pun memulai pembicaraan agar tidak terlalu sepi hehe.
"Mbak aku kangen Mbah Kakung"Ucap Dayu yang beralih menatap Dila. Sedangkan yang ditatap sudah menengok ke arah nya
"Sama, Mbak juga kangen. Habiskan makananmu, lihat jajanan itu telah menunggu giliran dicicipi"pinta Dila melihat sudah 2 bungkus lebih yang sudah habis di babad oleh adiknya. Sedikit terkekeh tapi ia juga sama sih.
"iya Mbak pasti."ucap Dayu berlanjut memakan lagi, Itu membuat Mbaknya hanya menggeleng gelengkan kepalanya melihat kelakuan adiknya.
▪️▪️▪️▪️▪️
Bus yang ditumpangi oleh kedua gadis rantau dari Jakarta akhirnya sampai juga. Hati mereka berdua tidak sabar untuk segera bertemu keluarga. Sudah terbilang lama tidak pulang, ada rasa rindu yang terpendam dalam dan kini muncul kembali.
Saat melewati kota Solo yang sudah ramai dan banyak orang di pagi pagi buta. Terlihat pasar yang sudah siap untuk buka. Pedagang sudah menata dagangan mereka masing masing. Terbagi hanya beberapa jarak meter antara pedagang lainnya. Seperti sudah biasa nya, para pedagang saat adzan shubuh sudah ramai
Sudah tidak terasa dan ternyata bus sudah keluar dari kota Solo dan lanjut melajukan kecepatan maksimum yg sudah ditentukan. Tadi tidak bisa cepat karena banyak orang takut kena atau kesenggol aja bikin jatuh loh, betapa besarnya bus AKAP.
Semilir angin yang berhembus membuat siapa saja merasa sejuk. Direkomendasikan untuk memakai jaket saat di kota Semarang apalagi di kota ini sangat terasa suasana pegunungan sekali. Mengapa kesana harus membawa jaket? karena memang suasananya sangat sejuk dan segar. saking sejuknya udara bisa membuat kedinginan ...
Singkat cerita, mereka berdua sudah berada di rumah Mbah. Sudah diduga oleh hati Dila dan Dayu, Mbah kakung mereka satu satunya sendari tadi menunggu dan menanti kedatangan di depan pintu rumah
"Assalamualaikum Kakung"salam serempak Dila dan Dayu seraya berlari memeluk kakungnya seperti anak kecil.
"Waalaikumsalam, cucu cucu kesayangan Kakung"jawab Mbah Dahlan membalas pelukan dan mencium kening kedua cucunya ini. Kemudian Dila dan Dayu melepaskan pelukannya lalu mencium punggung tangan kanan kakungnya secara bergantian.
"Ayo masuk Nduk"ajak Mbah Dahlan
Dila dan Dayu dipersilahkan untuk masuk. Di Dalam rumah ayah bersama ibunya sudah menyambut kedatangan mereka. Acara kangen kangenan dan peluk pelukan di mulai. Betapa bahagianya hari ini bertemu dengan anak anak mereka. Bahkan sang ibu menangis gembira memeluk sang anak.
"Nduk apa kabar? Kenapa jarang sekali untuk pulang kerumah? Ibu kangen sama kalian"ucap Bu Mira seraya menatap kedua anaknya bergelayut manja di lengan sang ayah.
"Alhamdulillah kami baik bu, maaf baru sekarang pulangnya"jawab Dila.
"Walaupun baik baik saja, tetap seorang ibu akan khawatir dan cemas anak gadisnya jauh dari rumah"balas Bu Mira.
"Bu, jangan cemas. Lagipula Mbak juga mengetatkan keselamatan Dayu. Bahkan Mbak keluar hanya untuk ke pasar, kalau bosen juga jarang keluar"seru Dayu.
"Tetap saja nduk, kalian ini di kota. Bagaimana jika ada yang macam macam dengan kalian?"balas bu mira kembali dengan raut sedih.
"Kalau ada yang macam macam, Dila akan satu macam saja. Jangan begini, aku bisa melindungi diri sendiri dan dek Dayu selama di Jakarta. Juga kak Umay selalu memerhatikan kami dari jauh"ucap Dila yang menatap penuh menyakinkan.
"Bener Bu, Umay melindungi mereka juga. Tenanglah, kita percayakan semua padanya. Ayah yakin mereka orang jahat tidak akan menyentuh putri kita"timpal Ayah Ahmad.
"Iya, Kakung yakin kalian berdua selalu baik baik saja. Namun jika ada apa apa jangan sungkan untuk bilang kepada kakung ya nduk"sambung mbah Dahlan
"Hmm, baiklah. Ibu percaya kalian bisa menjaga diri, oiya sebaiknya istirahat dulu nduk di kamar"ucap bu mira kembali tenang.
"Iya bu. Ila juga lelah ya sudah kami masuk kedalam dulu yaa"ucap Dila mengajak dayu untuk istirahat.
Diruang tamu hanya ada Mbah Dahlan, Ayah Ahmad dan Bu Mira dengan meminum teh mereka yang belum habis tadi. Mbah Dahlan menerawang sekilas mengingat masa lalu
"Tak terasa, anak anak sudah dewasa sekarang"ucap Mbah Dahlan.
"Iya ayah. Padahal Ahmad baru merasa mengadzankan dan menggendong mereka. Tapi sekarang sudah besar."ucap Ayah Ahmad tersenyum haru.
"Kau benar le. Ayah jadi udah tua banget sekarang"oceh Mbah Dahlan jenaka. Sedangkan anak mantunya menjadi terkekeh kecil dibuatnya.
Sementara, Dila dan Dayu pun masuk ke kamar untuk membereskan barang. Dikamar mereka memang bersebelahan tapi pintu antara masuk ke kamar Dila berbeda dan juga kalo ke kamar mandi juga beda lagi. Setelah semua selesai membantu membereskan barang Dayu , akhirnya Dila memutuskan untuk ke kamar sekedar duduk duduk di pinggir kasur.
Perjalanan yang panjang membuat badan terasa pegal, Dila memutuskan untuk mandi dulu. Salah satu fungsi mandi yaitu menghilangkan rasa pegal dan menimbulkan kesegaran baru di tubuh. Tidak peduli betapa dinginnya air yang ia gunakan, ia tetap mandi dan segera mengambil air wudhu lalu segera sholat Subuh yang hampir sempat tertinggal .
Paginya, Dila bertekad untuk bisa mendapatkan izin dari Mbah Kakungnya. Sebelumnya ia sudah izin dengan ayah dan ibunya. Pintu kamar di depannya itu terbuka sedikit, berarti Mbah Kakungnya belum keluar dari kamarnya. Sebelum mengetuk pintu, ia sudah menyiapkan diri dengan segala kemungkinan. Ada rasa khawatir ditolak oleh mbahnya yang memiliki sifat posesif jika berhubungan dengannya. Kemudian ia ketuk pintu dan mengucapkan salam terlebih dahulu.
"Assalamualaikum Kakung."salam Dila dari balik pintu kamar Mbah Dahlan
"Wa'alaikumussalam. Masuk aja Ila"jawab Mbah Dahlan.
Dila yang terpanggil langsung saja masuk kedalam kamar tersebut. Terlihat Mbah kakungnya sedang membaca Al Qur'an nya harus dihentikan dulu sebentar. Jika boleh jujur, Dila gugup sekali karena takut tidak diizinkan.
“Kakung, aku mau mengatakan sesuatu. Bolehkan Kakung?"Dila bertanya ragu seraya duduk di sofa dekat tempat tidur Mbah Kakungnya.
"Silahkan"balas Mbah Dahlan tersenyum dan menatap wajah cucu cantiknya itu. Memilih untuk menutup kacamata dan Al Qur'an nya lalu diletakkan di nakasnya.
"Kakung, aku meminta doa dan izin dari kakung untuk kuliah di Jogja."jelas Dila dengan sekali tarik nafas. Mbah dahlan nampak terdiam sesaat dan menatap kesungguhan dari cucunya ini. Memang patut diakui jika cucunya Dila adalah anak yang pintar tapi dirinya juga sangat khawatir.
"Iya kakung pasti akan mengizinkan dan selalu mendukung lewat doa. Kapan kamu berangkat ke sana?"ucap mbah Dahlan setelah mempertimbangkannya.
"Sekitar 4 hari lagi kakung dan besok Dila ke Jakarta lagi untuk mengurus segalanya"jawab Dila
"Apakah ndak menginap disini beberapa hari?"tanya Mbah Dahlan bertanya sedikit terdengar sendu. Ia bahkan langsung menatap serius sekali cucunya itu.
"Ndak bisa kakung. Maaf"ucap Dila yang terasa tidak enak hati. Namun Mbah kakungnya lama lama setuju dan tersenyum kembali.
"Baiklah kalau begitu. Kakung setuju saja."senyum Mbah Dahlan mengembang.
"Terimakasih Kakung. Dila sayang Mbah Kakung"ucap Dila senang bukan main.
"Iya"ucap Mbah Dahlan.
Dila tanpa aba aba langsung memeluk Mbah Dahlan dan mereka berdua berpelukan untuk melepas rindu. Tambahlah rasa bimbang di dalam diri seorang Dahlan yang ingin menyampaikan sesuatu hal kepada cucunya. Ia mana tega jika memecah rasa senang yang dikeluarkan oleh Dila saat ini. Dirinya harus melakukan sesuatu dan anak mantunya mungkin bisa membantunya.
bersambung...
mampir juga dinovelku jika berkenan/Smile//Pray/