Rena Agnesia merasa sial saat tertimpa musibah, namun takdir itu mengantarkannya bertemu Jojo Ariando, pangeran tampan yang membuat hatinya meleleh.
Rena menjalin cinta jarak jauh dengan Jojo, seorang pria tampan nan dingin yang dikelilingi banyak wanita karena talentanya dalam pengobatan herbal.
Akankah mereka bersatu setelah konflik yang terus menghalangi cinta mereka? Mampukah Jojo memantapkan pilihan hati ke sosok Rena Agnesia di saat seorang rival berat hadir membayangi?
Saksikan romansa mereka hingga puncak manis yang didamba setiap insan di dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardi Raharjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Kencan Sepihak
Tak lama, Rena telah menghabiskan es krim coklat miliknya. Gadis itu membersihkan sisa coklat di bibirnya dengan tisu di meja.
"Enak?", tanya Abdul yang memperhatikan Rena, bahkan belum menghabiskan kentang goreng dan jus alpukatnya.
"Em, enak, enak kok pak", ucap Rena yang sudah siap menenteng totebag di pundaknya.
"Mau ke mana? Punya saya saja belum habis. Ngga sopan lah", tegur Abdul.
Sontak Rena menurunkan lagi totebagnya dan melipat tangan di atas meja.
"Pesan lagi gih. Aku yang traktir. Dua, tiga, empat juga boleh asal bisa kamu habiskan", tawar Abdul, mencoba menahan Rena selama mungkin agar ia bisa menikmati kencan sepihak ini.
"Oh, eh, ngga pak. Sudah kenyang. Nanti saya kegemukan", jawab Rena yang memang ingin segera pulang dan menelepon balik Jojo. Perasaannya tidak nyaman. Tidak biasanya Jojo menanyakan keberadaan Rena.
"Bobot kamu kan ringan Na, paling ngga lebih dari 55 kg kan?", ujar Abdul menebak dari postur tubuh Rena yang nampak ideal.
"Ya, justru karena segini pak, saya menjaga bobot ideal. Biar mempelai lelaki saya nanti tidak kabur cari yang lain", sahut Rena sekedarnya.
"Aku ngga akan kabur kok meski bobot kamu 60 kg", rayu Abdul, merasa ini adalah momentum yang tepat bagi mereka berdua.
"Eh, ehm, saya kan sudah punya pacar pak", elak Rena setelah berdehem.
"Halah, masih pacar, belum suami. Masih ada celah untuk dimasuki", jawab Abdul yang tak mau kalah, menunjukkan seringai di wajahnya.
"Celah? Memangnya batu, dicari celahnya?", Rena tak ingin membalas serius ucapan Abdul.
"Besok juga boleh", ujar Abdul, sontak membuat bingung Rena.
"Apanya pak yang boleh?", Rena penasaran.
"Besok kalau perlu saya akan datang ke rumahmu dan meminangmu. Boleh?", tanya Abdul serius meski nampak bercanda.
"Uhk, uhk, ehm ehm. Bapak ngga lucu kalau bercanda", seketika Rena terbatuk karena tersedak ludahnya sendiri kemudian menepuk dadanya untuk meredakan batuk. Rena merasa itu hanya gurauan meski ia tahu bahwa Abdul menyukainya entah mulai kapan.
"Kamu butuh air lagi? Tapi, saya serius. Asalkan kamu bersedia, saya pinang kamu besok", Abdul benar-benar memasang wajah serius sekarang.
"Eh, itu, saya", Rena mengabaikan tawaran air dari Abdul. Gadis itu memang ingin menikah, tapi bukan dengan Abdul.
Ia menunggu Jojo secara resmi meminangnya ke rumah. Namun, sudah lebih dari setahun yang lalu ia sampaikan kepada Jojo. Tetapi pria itu terlalu dingin dan terkesan menunda-nunda.
"Na, bagaimana menurutmu?", tanya Abdul serius.
"Em, kita pulang sekarang yuk", Rena mencoba mengalihkan pembicaraan.
Ia merasa serba salah. Jika menolak, ia takut akan bermasalah di dalan pekerjaan. Kalau diterima, gadis itu tidak lagi tertarik dengannya.
Ya, Rena pernah tertarik dengan Abdul sebelum bertemu Jojo. Itu pun karena sering bertemu dengan Abdul saja.
"Heh", Abdul menghela nafas panjang. Kali ini ia gagal lagi mendapat kepastian dari Rena. Segera ia menghabiskan makanannya dan menuju ke parkiran setelah menyelesaikan pembayaran.
"Kamu mau nonton bioskop Na?", tawar Abdul di dalam mobil, berharapa Rena masih mau memberinya kesempatan lebih panjang dalam kencan sepihak ini.
"Em, maaf pak, lain kali saja. Saya baru ingat ada keperluan di rumah", tolak Rena secara halus.
"O, gitu. Acara apa sih? Sepertinya kemarin ada acara, sekarang ada keperluan lain. Kenapa kamu sekarang mendadak punya jadwal yang padat?", Abdul sebenarnya yakin bahwa itu hanya alasan Rena. Ia hanya ingin gadis ini mengesampingkan beberapa hal dan memberinya kesempatan.
"O, itu, memang mendadak pak. Saya baru ingat setelah menghabiskan es krim yang enak tadi", elak Rena.
"Oh, begitu. Hebat ya, es krim bisa membuat hal seajaib itu. Lain kali kamu pasti mau kutraktir es krim ajaib itu lagi kan", sindir Abdul. Namun, Rena tidak menjawab dan memalingkan wajah ke kaca samping mobil Ia tahu bahwa Abdul sedang menyindirnya. Abdul hanya menggelengkan kepala sembari tersenyum, kembali fokus mengantarkan gadis yang disukainya.