Terjerat Gairah Sang Pembantu

Hal pertama yang Zoya dan Saka lakukan adalah memuaskan adik milik Saka dulu. Saka memegang kepala Zoya, membawanya maju mundur hingga miliknya terasa masuk sempurna kedalam mulut Zoya. Suara geraman dari Saka membuat Zoya semakin merasa bergairah. 

“Sudah berhenti.. Aku tidak mau keluar dengan cara seperti ini,” Ucap Saka, ia membawa Zoya untuk berubah posisi dengan Zoya yang berdiri dihadapannya. 

Posisi toilet yang sempit membuat keduanya semakin bergairah saja, apa lagi Zoya yang benar-benar mabuk dengan segala sentuhan yang dilakukan oleh Saka. Apa lagi disaat Saka melakukan sebuah pemanasan dibawah sana, ia tidak mampu berkata-kata lagi selain mengeluarkan suara kenikmatan. 

“Ohh.. No..” Tubuh Zoya seakan mau roboh kala sudah mendapatkan pelepasan hanya karna jari Saka. 

Zoya terengah-engah disaat Saka membawanya untuk duduk di pangkuannya. Disaat itulah milik Saka masuk sepenuhnya kedalam liang miliknya, dengan sekali hentakkan. Zoya merintih sembari menikmati sentuhan dari Saka, ia tidak merasakan kenikmatan ini dari Lucas sebelumnya. 

“Maafkan aku, Mas.. Tapi, aku benar-benar tidak bisa menahan semua lagi..” gumam Zoya didalam hati sambil berciuman dengan Saka. 

~

Cani menyiram bunga ditaman sambil memikirkan sentuhan yang dilakukan Lucas tadi. Benar-benar memabukkan padahal hanya meremas saja, mengapa rasanya sangat berbeda jika Cani melakukannya sendiri. 

“Hem.. Membuat tidak fokus bekerja saja,” kata Cani sembari menyiram bunga mawar yang bermekaran indah itu. 

Disaat Cani melihat kearah halaman depan, ia menemukan sosok Lucas yang keluar dari mobil. Pria itu sangat tampan, dengan memakai kemeja putih polos serta celana polos berwarna hitam. Dengan lengan yang digulung separuh membuat ketampanan dari Lucas semakin bertambah. 

“Waw.. Satu kata, dia memang sangat tampan dan hot..” Puji Cani sambil terus menatap Lucas yang sudah masuk kedalam Mansion. 

Sebenarnya Cani tidak tahu hal apa yang membuat Zoya tidak menghiraukan sosok pria setampan Lucas. Padahal sudah jelas dari bentuk tubuh terkesan gagah, apa lagi dari segi fisik yang sangat sempurna. 

“Apa aku harus mengajari Nyonya Zoya bagaimana caranya mensyukuri suami yang nikmat seperti itu?” Cani tertawa sendiri setelah mengatakan itu. 

“Cani!” Suara panggilan itu mengejutkan Cani, ia berbalik badan disaat itulah menemukan Lucas yang menatap serius kearahnya. 

“Ada apa, Tuan?” Cani mematikan kran lalu meletakkan selang panjang itu. Ia harus sedikit berlari untuk menuju Lucas, ia penasaran kenapa Lucas memanggilnya disaat seperti ini. 

“Kau sibuk?” tanya Lucas, cepat sekali Cani menggelengkan kepala. “Hem.. Sebenarnya ini tugas pelayan lain. Hanya saja dia tidak sempat katanya, jadi aku ingin kau membantu untuk belanja bulanan.” ucap Lucas. 

Awalnya Cani belum mengerti dengan maksud perkataan dari Lucas. Ia hanya diam termenung, karena bukannya mendengarkan apa yang Lucas katakan melainkan menikmati ketampanan pria itu. 

“Cani, kau dengar apa yang aku katakan?” tanya Lucas membuat Cani tersadar. 

“Tidak, Tuan..”

“Astaga!” Lucas menghela napas panjang, ia menatap intens Cani yang menunduk. Benar-benar cantik dan menggoda, Lucas berusaha untuk tetap waras. 

“Temani aku belanja bulanan, cepat ganti pakaian lebih pantas lagi.” ucap Lucas yang mana langsung melangkah pergi meninggalkan Cani. 

Cani tidak menyangka kalau Lucas akan mengajaknya melakukan semua ini. Sudah pasti Cani senang, ia langsung berlari menuju kamarnya untuk berganti pakaian. Disaat itulah Lucas menghentikan langkahnya, tanpa sadar ia tersenyum melihat tingkah Cani yang menggemaskan. 

“Dia lucu, mungkin karena masih kecil apa ya..” Lucas tersenyum saja kala terbayang disaat kejadian tadi ia meremas bongkahan milik Cani. Yang bahkan miliknya masih teramat menggemaskan, membuat Lucas jadi berpikir yang aneh-aneh kan. 

~

Lucas menatap penuh kagum pada Cani yang berdiri dihadapannya, memakai dress selutut dengan cardigan yang menutupi bagian atasnya. “Mengapa cantik sekali..” puji Lucas didalam hati. 

Penampilan Cani yang seperti ini benar-benar membuat Lucas menjadi gemas. Ia menjadi ingin memeluk erat Cani, dan mencium terus pipi wanita itu. 

“Kita bisa berangkat, Tuan?” tanya Cani yang membuat lamunan dari Lucas tersadar. 

“Hem, bisa..” Lucas bangkit sambil mengambil kunci mobilnya, sesekali ia melirik Cani yang berjalan disampingnya. 

Cani terlihat ceria sekali, padahal hanya diajak belanja bulanan saja. 

“Kau mau apa nanti? Misalnya ntah pakaian baru atau hal lain..” Pertanyaan Lucas membuat Cani langsung menoleh kearahnya. 

“Memangnya boleh?”

“Boleh, apapun yang kau butuhkan adalah tanggung jawabku sebagai majikanmu.” jawab Lucas cepat. 

“Bagaimana kalau yang aku butuhkan adalah tubuhmu, Tuan. Apakah kau akan memberikannya?” tanya Cani, bahkan langkah Lucas langsung terhenti mendengar apa yang Cani tanyakan. 

Wajah pria itu melirik Cani yang tertawa saja. “Hahaha, bercanda, Tuan. Aku tidak serius tadi kok,” Cani takut juga kalau Lucas akan marah. 

Tapi dugaannya salah, malah Lucas terlihat biasa saja membuka pintu mobil untuknya. “Gadis ini berbahaya juga, aku bisa saja tidak terkendali nanti..” gumam Lucas didalam hati. 

Hal berbahaya dari Cani yang dimaksud Lucas adalah berani berbicara asal dan berbau ranjang. Cara bicara yang kotor itulah yang membuat sosok Lucas tertarik, tapi ia tahu kalau Cani hanya memancing saja. 

“Memangnya Nyonya tidak bertanggung jawab soal belanja bulanan, Tuan?” tanya Cani sambil memasang seatbelt pada dirinya sendiri. 

“Tidak, Cani. Dia bertanggungjawab untuk dirinya sendiri saja sudah lebih baik dari pada apapun,” jawaban Lucas membuat Cani merasa iri. 

Merasa iri dengan Zoya yang mendapatkan suami pengertian dan sesayang Lucas. Padahal Lucas sangat kaya dan royal, sebenarnya hal apa yang membuat Zoya tidak bisa melayani Lucas dengan baik. 

“Kau tidak mabuk perjalanankan?” tanya Lucas, dengan cepat Cani menggelengkan kepala. 

“Aku malah mabuk kalau enggak Tuan cium satu hari aja..” ucap Cani yang mana membuat Lucas menjadi terkekeh. 

Tidak marah, Lucas malah menatap gemas Cani yang terus menatapnya. “Apa kali ini kau akan mengatakan hanya bercanda?” tanya Lucas yang mana Cani tidak bisa menjawab apapun karena tatapan maut dari pria itu. 

“Hem, jawab dong. Kenapa diam aja?” tanya Lucas dengan jari telunjuknya yang memegang dagu Cani.