Karena pekerjaannya, Alin terpaksa menghilang, meninggalkan sebentar pria yang dicintai.
Anjar, cukup stres memikirkan kemana perginya sang pujaan hati, ditambah seorang wanita terus mengejarnya akibat rencana perjodohan keluarga.
Apakah keduanya bisa bersatu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senjata Makan Tuan
Hotel Mawar
Karin baru saja bangun dari tidurnya, kepala wanita itu sedikit pusing dan matanya masih mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk. Karin menoleh ke samping, menyadari seseorang tertidur di sampingnya. Karin tidak mengenali pria itu, wajahnya memerah menyadari rencananya gagal.
"Apa-apaan ini?" gumannya pelan tetapi penuh kemarahan.
Karin bangkit dari tidurnya, mendekati pria itu dan menarik selimut dengan kasar. Sontak pria itu langsung membuat mata dan terbangun.
"Kau siapa?" tanya Karin dengan nada dingin, matanya memancarkan kebencian mendalam. "Kenapa kau yang ada disini? Harusnya aku bersama kekasihku."
Pria itu terkekeh mendengar ucapan Karin. Dengan cepat wajah Karin di cengkraman erat olehnya. "Kekasih? Sejak kapan Tuan Anjar memiliki kekasih seperti mu? Wanita berhati kotor, penuh iri dengki dan suka memaksakan kehendak."
Karin terkejut sambil meringis kesakitan. "Kau tahu Anjar? Jangan bilang kau orang suruhannya?"
"Tentu saja, aku memang orang suruhannya. Meniduri wanita yang sudah berani memasukkan obat perangsang di minuman Tuan Anjar. Untung saja kami cepat bertindak, jika tidak kasihan sekali tuanku harus merasakan barang bekas seperti mu." jawab pria itu lalu mendorong tubuh Karin ke kasur.
"Brengsek, apa maksud hah? Kau harusnya bangga bisa merasakan tubuhku dengan gratis. Aku ini wanita terhormat, banyak pria yang ingin bersamaku." ujar Karin tidak terima.
Pria itu tersenyum sinis. "Wanita terhormat apa? Kau itu sudah tidak perawan, aku yakin sudah banyak pria mencicipi tubuhmu. Kau hanya wanita kotor yang tidak tahu malu, Nona Karin!"
"Kau... Kua harus mati." Karin mengambil gelas yang ada di meja, berniat melakukan sesuatu pada pria itu namun dengan sigap pria itu berhasil mengambil gelas ditangan Karin dan mencekal tangannya.
"Jangan harap bisa melukai aku. Aku peringatkan padamu, jangan mengusik Tuan Anjar lagi, pria itu tidak pantas denganmu. Kejadian semalam adalah puncak nya. Aku pastikan setelah ini hidup mu makin tersiksa nona." Setelah berkata seperti itu, dia pergi meninggalkan Karin yang masih syok.
"Kurang ajar, dia mengancam ku. Anjar, pria itu lolos dari genggaman ku." Karin berteriak histeris, tidak terima rencananya gagal.
Semalam Karin pergi ke sebuah club malam dan tidak sengaja melihat Anjar di ruang VVIP. Mengingat upayanya mendekati pria itu selalu gagal, kini dia akan menggunakan cara kotor saja. Dia akan menjebak Anjar dan yakin akan berhasil.
Melihat seorang pelayan akan mengantarkan makanan ke ruangan tempat Anjar berada, Karin membayar pelayan itu melakukan sesuatu untuk nya.
"Pastikan pria di tengah ini meminumnya sampai habis." pinta Karin lalu memberikan uang pada pelayan itu.
Tidak lama menunggu akhirnya Karin melihat Anjar keluar ruangan sendirian. Keadaan pria itu terlihat kepayahan, menahan sesuatu pada tubuhnya. Segera Karin menjalankan rencana selanjutnya, membawa Anjar ke kemar yang sudah dia pesan.
"Anjar, ada apa denganmu? Apakah membutuhkan bantuan?" tanya Karin mendekati pria itu.
Anjar mengangguk, "Tubuhku terasa panas, sepertinya seseorang melakukan sesuatu padaku."
Mendengar itu Karin tersenyum senang, obatnya sudah bereaksi. Segera dia menawarkan bantuan membawa Anjar pergi istirahat.
Sampai di kamar yang cukup luas, Karin segera mendekati pria itu namun belum sempat melakukan apapun dirinya pingsan tidak sadarkan diri dan saat bangun sudah bersama pria tadi.
"Apa sebenarnya Anjar sudah tahu dengan rencanaku? Ah soal, jika seperti itu maka usahaku untuk mendapatkan nya semakin sulit." ujar Karin dengan kesal.
Sementara di sebuah apartemen, Anjar baru saja menikmati sarapan bersama Rezan, asistennya. Wajah pria itu tampak segar dan ada gurat kesenangan padanya.
"Petrus sudah menjalankan misi sesuatu perintah mu bos. Saat ini Karin sedang mengamuk di kamar." Lapor Rezan setelah membaca pesan masuk di ponselnya.
"Sudah aku duga, wanita itu pasti marah sekali. Aku yakin setelah ini dia akan memikirkan cara lain lagi." kata Anjar sembari meminum kopinya.
***
"Sudah aku katakan, mendekati Anjar tidak mudah. Lebih baik kau mundur saja, Karin. Hal seperti ini sudah sangat memalukan, apa kau masih punya muka bertemu dengan pria itu?"
Saat ini Karin sudah berada di apartemen Alex, dia datang dengan raut wajah kesal dan langsung menceritakan apa yang sudah terjadi padanya.
"Tapi aku belum mau menyerah, lain waktu aku akan mencobanya kembali. Anjar harus menjadi milikku, Alex. Bagaimana pun caranya, dia harus menikah denganku."
Inilah Karin, si manusia bebal sulit diberitahu. Apa yang dia inginkan harus tercapai.
"Pria lain masih banyak, kau bisa mendapatkan yang lebih dari Anjar. Aku tahu kau hanya tidak rela ditolak mentah-mentah oleh nya, karena selama ini kau yang selalu menolak pria. Berawal dari itu kau semakin ingin mendapatkan Anjar, meskipun kau tahu konsekuensinya seperti apa." ucap Alex tidak tahu lagi menghadapi sepupunya ini dengan cara apa.
"Aku akui, awalnya aku memang tidak menyukainya. Aku marah saat orang tuaku membicarakan perjodohan. Kau tahu aku benci diatur, aku masih ingin hidup bebas. Namun saat kami bertemu, dia langsung menolak ku. Tentu aku merasa terhina, harga diriku jatuh begitu saja. Aku mencari tahu tentang nya, hingga saat tahu dia bukan pria sembarangan, aku tertantang untuk mendapatkan Anjar."
Penjelasan Karin membuat Alex menggelengkan kepala. "Setelah ditolak beberapa kali, dipermalukan di depan karyawan kantornya dan semalam kau malah tidur dengan anak buahnya, apa kau belum sadar juga, Karin? Anjar benar-benar tidak mau bersamamu. Sekeras apapun mencoba pria itu tidak menginginkan mu."
Karin terkekeh mendengar perkataan Alex, wanita itu berjalan mendekati Alex. "Kau terlalu berisik sayang, aku tidak akan menyerah. Aku yakin Anjar pasti akan melirik ku. Tidak ada satupun pria yang mampu menolak pesonaku." ucapnya penuh percaya diri. "Sudahlah lebih baik kau bantu aku bersihkan bekas pria rendahan tadi di tubuhku."
Tanpa malu kedua saudara itu melakukan hal tidak pantas. Ini adalah awal petaka yang akan mengubah seorang Karin menjadi sengsara.