Florin, yang baru saja mengalami patah hati, secara tidak sengaja bertemu dengan Liam, mantan ketua gangster yang memiliki masa lalu kelam. Dia terjebak dalam hasrat cinta semalam yang membuat gairah itu terus berlanjut tanpa rencana. Namun saat hubungan mereka semakin dalam, masa lalu Liam yang gelap kembali menghantui, membawa ancaman dan bahaya dalam kehidupan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyaliaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Tut.. Tut ..
Sebuah panggilan telepon menunggu untuk di jawab. Liam menelpon Reiga saat dia memarkirkan mobilnya di tepi jalan. Dia perlu arah selanjutnya, dia tak tega membangunkan Florin yang tertidur lelap disampingnya. Dia tak tahu dimana wanita itu tinggal.
"Kalian bersenang-senang?" goda Reiga begitu panggilannya tersambung.
"Kau ingin mati?!" bentak Liam pelan berusaha menahan amarahnya agar tak membangunkan Florin.
"Tidak? Sayang sekali. Padahal aku meminta pakaian terbaik pada mereka," Reiga mengeluh kecewa berpikir rencananya gagal. "Kenapa kau menelepon ku? Dia sudah pergi? Ingin ku urus untukmu?"
"Oh shit! Kau sungguh tak ingin hidup lagi ya, apa mulutmu perlu ku jahit sekalian. Kenapa kau begitu banyak bicara, cepat kirim sherlock rumahnya padaku."
"Sherlock? Kau masih dengannya, kenapa tidak—," ucapan Reiga tersendat sebentar sebelum melanjutkan, "Hooo, kau pasti membuatnya pingsan lagi kan.., kalian bersenang-senang ternyata."
"Cepat saja kirim padaku."
"Oke, aku kirim. Tapi karena aku sudah berinisiatif sendiri membantu mu bukankah kau harus memberiku hadiah?"
Liam mengalihkan pandangannya pada Florin sebelum menjawab, "Bar ku, untukmu." Tatapannya penuh ketulusan.
"Serius? Wah. Aku tak menyangka ini, sebentar." Hening seketika namun teleponnya masih tersambung.
Ting. Sebuah pesan masuk.
"Sudah ku kirim," lanjut Reiga. "Aishh, kau harusnya tak terlalu keras padanya, dia—"
Panggilan berakhir.
Liam sudah mengakhiri telepon saat Reiga belum selesai bicara, dia langsung membuka pesan yang masuk ke ponselnya dan beralih pada sebuah map navigasi dari sherlock yang dia terima. Mobil sport mewah itu kembali melaju di jalanan aspal yang sudah ramai oleh mobil-mobil di kanan dan kirinya, depan dan belakangnya.
Sepuluh menit kemudian..
Liam sampai di depan rumah bertingkat yang minimalis. Dia turun dari mobil dan mengamati sekitarnya, tampak sepi. Florin tampak masih tertidur saat Liam membuka pintu, dia mengeluarkan wanita itu dengan lembut dan menggendongnya. Tak membuat wanita itu bangun.
Gerbang masuknya tampak tak berkunci, Liam mendorongnya hingga menciptakan celah yang besar untuknya masuk. Taman yang cantik, halamannya bersih dan terawat. Liam berjalan menyusuri jalan setapak hingga sampai di teras. Tepat saat dia ingin membuka pintu, seseorang muncul dari dalam rumah.
"Oh Tuhan, Flo." teriak Dean begitu melihat Flo di gendong tak sadarkan diri oleh Liam. "Kau siapa?" tanya Dean curiga. Namun Liam tak menghiraukannya dan mendorong pria itu hingga memberi jalan masuk untuknya.
Dean tak henti bertanya sejak Liam menurunkan Flo di sofa, sementara dia hanya celingak-celinguk mengamati sekitar dan tak menghiraukan pria yang mengajukan banyak pertanyaan padanya. Hingga akhirnya Dean memilih diam dan menatap Liam yang duduk di seberang nya, menunggu Flo terbangun.
Setengah jam dengan keheningan, akhirnya Flo bangun. Dia membuka matanya dan mencoba untuk duduk, ia langsung melotot melihat Liam dan Dean bergantian setelah meregangkan tubuhnya. "Kenapa kau disini?" tanya Florin pada Dean.
"Flo, kau sudah sadar. Siapa dia? Kau tak bisa dihubungi semalaman dan kemudian seorang pria aneh ini menerobos masuk dan menggendong mu dalam pelukannya, begini" Dean mempraktekkan bagaimana Liam menggendongnya masuk. "Dan darimana kau dapat baju seksi ini, aku tak pernah membelikannya untukmu."
"Kau membelikan pakaian untuknya?" tanya Liam akhirnya bersuara, dia tampak tak suka.
"Ya," jawab Dean dengan bangga. "Semua yang dia kenakan aku yang beli."
"Jangan asal bicara, kau membelinya dengan uangku."
"Itu—itu sama saja. Aku yang membayarnya di kasir." Dean tak bisa berhenti bicara saat dia cemas, dan dia merasa selalu benar. "Oh kau bisa bicara rupanya, jadi kau siapa?"
"Aku pacarnya," ketus Liam singkat.
"Apaa?!?" Dean langsung melotot dan menatap tajam pada Florin. "Dia pacarmu?"
"Ya.. Begitulah," balas Flo sedikit ragu.
"Aku tak percaya ini, tolong siapapun jelaskan padaku apa yang terjadi. Bagaimana mungkin kau bisa punya pacar lagi, kau juga baru putus dengan Alex. Dan dia.. dia tampak mencurigakan."
"Aku akan menjelaskannya nanti, jadi pergilah."
"Kau mengusirku? Flo! Aku menunggumu semalaman disini dan sekarang kau mengusirku? Karena pria yang mengaku pacarmu ini?"
"Maaf aku tak mengabari mu semalam, tapi dia memang pacarku. Dia tidak hanya mengaku-ngaku."
Dean merasa kesal, dia berdiri dan menuntut kejelasan saat itu juga. "Aku tak akan pergi dari sini, kalaupun ada yang pergi. Itu dia," Dean menunjuk Liam dengan jarinya, Florin langsung berdiri dan meraih tangannya menyembunyikan jari Dean dari Liam.
Melihat keduanya berdiri, Liam juga ikut berdiri. Suasananya menjadi lebih menegangkan, "Aku tak akan kemana-mana, aku akan tinggal disini mulai sekarang."
"Apa?!" ucap Flo dan Dean serentak karena terkejut. Mereka berdua saling bertatapan. Sementara Liam menatap mereka dengan tersenyum lebar.
...----------------...
