Cassandra Dumont, seorang penulis muda yang mencari inspirasi untuk novelnya, tiba di desa terpencil Valea Umbrelor, Romania. Dikelilingi oleh hutan lebat dan danau yang selalu diselimuti kabut, desa ini memancarkan aura misterius yang segera memikat Cassandra. Di sana, dia mendengar tentang legenda Lacul Negru, tempat roh-roh terkutuk mengikat janji abadi—sebuah pernikahan yang hanya membawa kematian.
Ketika Cassandra mulai menyelidiki lebih dalam, dia bertemu dengan Lucas Văduva, roh dari abad ke-19 yang terjebak oleh cinta tragis dan dendam. Tertarik oleh pesona kelamnya, Cassandra mendapati dirinya terjerat dalam ikatan supranatural yang tidak bisa dia hindari. Bersama Adrian, seorang pria lokal yang mengetahui sejarah kelam desa itu, dan Madame Elara, cenayang tua yang menyimpan rahasia tentang kutukan Lucas, Cassandra berjuang untuk memutuskan ikatan yang mengancam jiwanya. Mampukah Cassandra mematahkan kutukan ini ataukah dia akan tersesat selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sehidup Semati
Malam itu menjadi malam panjang yang sangat berkesan bagi mereka berdua. Lucas dan Cassandra seperti tiada henti mencoba untuk saling memiliki satu sama lain. Jika sebelumnya percintaan panas itu terjadi di rumah Lucas, maka kali ini di kamar casandra sendiri.
Batin Cassandra berkata, “It is real, not dream. Dia nyata memelukku dan aku pun memeluknya, dan aku tidak mabuk.”
Sambil terus berciuman, mereka melucuti pakaian masing masing. Kali ini Cassandra sengaja menempatkan Posisi punggung Lucas ada di depan cermin hias. Tidak dihiraukanya sejenak apa yang sedang terjadi dan dilakukan Lucas pada dirinya. Pikirannya Focus mencari Tattoo itu, dan ….Nothing. Tidak ada sama sekali. Bersih.
Batin Cassandra melonjak,” Huft, syukurlah, dia bukan Peter. Tidak ada Tattoo sedikitpun di punggungnya.”
Segera setelah perasaan lega itu muncul, Cassandra kembali fokus melanjutkan kegiatannya bersama Lucas,larut tenggelam entah berapa lama. Suasana sedemikian panas diantara mereka, sampai kemudian di satu titik mereka meraih pelepasannya masing masing, dan terkapar diam diatas pembaringan.
Tak berapa lama, kamar yang semula temaram, menjadi lebih bersinar. Cahaya bulan penuh (Full Moon) masuk menerobos jendela yang tak tertutup tirai.Sinarnya kuning keemasan. Entahlah mengapa kali ini cahayanya sangat terang.
Lucas yang semula terkapar di sebalah Cassandra, tiba tiba saja duduk seperti orang yang diperintah. Tanpa bicara dikenakannya kembali bajunya. Lalu dengan pandangan lurus ke arah Cassandra, dia berkata, “Ikutlah kau Cassandra. Aku tidak ingin lagi terpisah darimu setelah malam ini.”
Dengan gugup Cassandra merapatkan selimut ke badannya lalu duduk dan berkata, “Kemana, kau akan mengajakku kemana Lucas?”
Lucas kembali menoleh dan memegang dagu Cassandra, “ apakah kau mencintaiku?”
Cassandra mengangguk tanpa suara.
“Aku pun mencintaimu Cassandra, Ikutlah dengan ku, aku tidak ingin kehilangan dirimu setelah hari ini. Aku ingin kita selalu bersama selamanya,” Lucas lalu mencium bibir Cassandra dan memintanya bersiap mengikutinya ke tempat dimana dia pergi.
Bergegas Cassandra mengenakan kembali pakaiannya. Sesaat sebelum dia mengikuti Lucas, pandangan Cassandra tiba tiba tertuju ke arah luar jendela. Di sana, di pemakaman keluarga Daciana, dia melihat Roh Anastasia memandangnya dari jauh. Kali ini tiba tiba dia merasa desiran angin menerpanya tiba tiba dan wuus….menerpa wajahnya.
Seketika dia mendengar bisikan, “Jangan pergi.” Begitu jelas bisikan itu, sehingga membuatnya terbelalak dan mematung. Hawa sedingin es tiba tiba dirasakannya menempel di punggungnya dan tak mau pergi.
Beberapa saat kemudian, Lucas menyentuh lengan Cassandra dan berkata,”Ayo, ikutlah aku, segera kita akan menyatu selamanya tak terpisahkan.”
Bagai tersihir, Cassandra mengikuti langkah Lukas berjalan menuju ke arah luar Mansion.
***
Danau Lacul Negru terang benderang di sinari rembulan. Airnya nampak keperak perakan. Malam itu purnama begitu terang. Cahayanya yang putih keperakan menimpa permukaan air danau, menimbulkan kilauan kilauan seperti bintang yang jatuh ke dalam danau.
Suasana malam itu begitu sepi. Alam seperti tidak bersuara. Senyap. Kegelapan menyelimuti pojok pojok danau yang tidak tersapu rembulan.
Dari kejauhan, tampak Cassandra berjalan bergandengan tangan bersama Lucas menuju ke arah tepi danau. Kabut tipis yang melayang diatasnya, menyiratkan hawa dingin yang tak tertahankan. Namun sungguh aneh. Baik Cassandra maupun Lucas, seperti tidak merasakan hawa dingin menusuk itu.
Lucas melepas Sepatunya, dan meminta Cassandra melakukan hal yang sama. Cassandra mengikuti saja apa yang diminta Lucas padanya. Perlahan mereka masuk ke dalam air, hingga sebatas pinggang mereka.
Lalu Lucas berhenti dan meoleh pada Cassandra, sambil tetap menggenggam tangannya. Lalu Lucas berkata, “ Cassandra, katkan lagi padaku, apakah kau mencintaiku?”
“Ya Lucas, aku mencintaimu,’jawab Cassandra
“Apakah kau berjanji mau mengikutiku, sehidup semati bersam?’kembali Lucas bertanya
“Tentu Lucas, aku bersedia sehidup semati bersamamu, selalu bersama,” jawab Cassandra.
“Katakan padaku, hari ini, Purnama sebagai saksinya, kau menyerahkan diriku padamu, dan berdua kita akan melalui kehidupan ini bersama tak terpisahkan sehidup semati,” Lucas menatap lurus ke arah mata cassandra dan memintanya mengulang kalimat diatas.
Cassandra pun mengulang kalimat diatas,” Aku, Cassandra Dumont, menyerahkan dirimu padamu Lucas, dan kita akan melalui kehidupan ini bersama, tak terpisahkan sehidup semati.”
Setelah itu lucas mencium Kening Cassandra, lalu mencium bibirnya. Terasa bibir lucas begitu dingin dan membeku. Lalu dia menyelipkan Cincin Topaz Biru ke jari manis Cassandra.
Setelah mengucapkan janji sehidup semati dibawah Purnama yang terang sempurna menyinari tepian Danau Lacul Negru. Lucas membimbing Cassandra masuk ke bagian air lebih dalam. Kabut tipis turun menyelimuti permukaan danau. Malam itu begitu hening dan dingin menggigit.
“Lucas, air danau ini terlalu dingin,” Cassandra memandang wajah Lucas yang tampak lebih pucat dan dingin dari biasanya.
Lucas tidak berkata apapun. Sejurus kemudian, dia melepas bajunya bagian atas, membelakangi Cassandra dan melempar bajunya ke sisi lain danau.
Betapa terkejutnya Cassandra melihat punggung Lucas. Tattoo yang semula tidak terlihat saat mereka bercinta di dalam kamar Cassandra, kini tampak terlihat jelas tepat di bagian atas sekitar pundak. Cassandra terkesiap, namun terlambat sejurus kemudian Lucas mendekatinya.
“Aku akan mendekapmu, kita akan bersama dalam keheningan danau ini,” Lucas berkata lirih sambil perlahan melingkarkan tangannya pada tubuh Cassandra.
Perlahan namun pasti Lucas membawa Cassandra berjalan ke arah tengah danau. Ketika kaki mereka sudah tidak lagi berpijak pada dasar danau, ketika air menjadi begitu pekat untuk melihat satu sama lain. Saat itulah Cassandra menyadari bahwa dia seorang diri. Lucas tidak lagi memeluknya. Yang ada hanya dinginnya air danau yang menusuk dan gelap yang tiada bertepi. Cassandra merasa tubuhnya begitu berat, seperti tersedot masuk ke dalam pusaran danau. Terus berputar dan semakin dalam sampai tidak ada tenaga lagi yang tersisa untuk meronta.
Air matanya meleleh dan dia berteriak dalam hati, “Lucas, mengapa kau begitu tega.”
Terbayang kembali semua perjalanan hidupnya mulai dari masa kanak kanak. Terbayang wajah ayahnya yang penuh kasih, membimbingnya belajar jalan. Terbayang masa kecilnya yang penuh kebahagiaan bersama keluarga ayahnya.
Terbayang wajah Adrian yang begitu mencintainya, semua wajah orang orang yang dia cintai satu persatu hadir dipelupuk matanya. Air mata kembali mengalir dengan deras. Cassandra mulai meminum air danau yang dingin. Paru parunya terasa penuh, tubuhnya seperti mau meledak. Kepalanya makin berat dan berat. Dia merasakan tubuhnya meluncur terus kebawah terus menuju kegelapan dasar danau yang tak bertepi
Tiba tiba muncul wajah Anastasia dimatanya dan berkata,”Bangun, kamu adalah bagian dari Klan Daciana, Bangun. Jangan serahkan begitu saja dirimu pada Azazel. Naik kau ketas.”
Seketika Cassandra merasakan ada sesuatu yang hangat menjalar dari punggungnya, maki lama makin panas. Sesuatu yang menyadarkannya dari kebekuan dan membuatnya kembali bergerak. Cassandra berusaha merota dari kegelapan danau. Meronta mencoba menjauhi pusaran bawah air di danau itu. Seketika dia merasa diriya seperti burung pipit didepan mulut Buaya yang siap menerkamnya bulat bulat. Cassandra terus meronta dan meronta sekuat tenaga sebelum kemudian dia merasa kebekuan kembali menjalari kakinya dari bawah ke atas.
*********
mungkin sekitar 6 bulan lagi aku baru bisa lanjutin baca ceritanya.
bye bye author see you next time tetap semangat ya dan namatin ceritanya ya