Kanesa Alfira, yang baru saja mengambil keputusan berani untuk mengundurkan diri dari Tano Group setelah enam tahun dedikasi dan kerja keras, merencanakan liburan sebagai penutup perjalanan kariernya. Dia memilih pulau Komodo sebagai destinasi selama dua minggu untuk mereguk kebebasan dan ketenangan. Namun, nasib seolah bermain-main dengannya ketika liburan tersebut justru mempertemukannya dengan mantan suami dan mantan bosnya, Refaldi Tano. Kejadian tak terduga mulai mewarnai masa liburannya, termasuk kabar mengejutkan tentang kehamilan yang mulai berkembang di rahimnya. Situasi semakin rumit dan kacau ketika Kanesa menyadari kenyataan pahit bahwa dia ternyata belum pernah bercerai secara resmi dengan Refaldi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jojo ans, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Pukul 09.30 WIB Aku melenguh, merasakan sinar matahari menerpa sebagian wajahku. Entah berapa lama aku dan Mas Adi hergumul dengan olahraga malam kami, namun yang pasti aku bahkan enggan membuka mata karena merasa masih sangat mengantuk.
Mas Adi benar-benar menghukumku
dan tidak membiarkanku tidur. Lelaki
itu merealisasikan hukumannya. "Jangan beranjak dulu," ucap sebuah suara.
Aku mendengus saat merasakan pelukan Mas Adi di pinggangku. Kalau seperti ini dia pasti akan menahanku
lebih lama di tempat tidur sementara aku tahu sekarang sudah bukan pagi lagi.
Aku tidak tahu apa yang akan kuucapkan pada Mami karena bangun sesiang ini. Aku menantu tidak tahu
diri.
"Aku lapar Mas," sahutku kesal. Ya aku sangat lapar. Tenagaku habis terpakai untuk melayani Mas Adi semalam. Dia bahkan mengabaikan. perutku yang beberapa kali berbunyi.
"Mas juga lapar, tapi mau sarapan kamu aja," godanya.
Aku mendengus dan dengan cepat melepaskan tangan Mas Adi di pinggangku lalu beranjak dari sana. Aku memilih ke kamar mandi sekadar mencuci muka
Ketuk untuk mencoba lagi
Sumber: google
Wajahku tampak lebih berminyak di pagi hari. Lebih berminyak lagi karena semalam begadang. Semuanya. karena Mas Adi, laki-laki itu selalu saja
seenaknya sendiri. Setelah selesai mencuci muka aku
beranjak keluar dari kamar mandi dan mendapati Mas Adi yang sudah duduk bersandar di punggung tempat tidur hanya dengan mengenakan boxer hitamnya.
"Mas kamu udah mulai malas kerja ya," tuturku yang sudah duduk di depan meja rias.
Ya, entah ini sudah berapa hari Mas Adi tidak pergi bekerja. "Malas ah, lagian baru berapa hari juga," sahutnya dengan nada santai.
Aku mendengus.
"Iya tahu yang bos Tano Grup," cibirku.
Laki-laki itu hanya tersenyum hangga di depanku. Dasar gila.
"Hari ini aku mau ngajakin ibu hamil jalan-jalan, kemarin kamu kan udah berjasa buat aku, Udah berbakti sama suami karena semalam-"
"Diam Mas!" cegahku dengan wajah memerah menahan malu karena Mas Adi bahkan hendak menjabarkan apa yang kami lakukan semalam.
"Kencan ke mana Mas?" tanyaku. "Ade deh, nanti kamu lihat aja kalau sudah sampai ke sana. Ya udah aku
mandi dulu ya sayang."
Mas Adi kemudian melangkah ke kamar mandi, namun sebelum
memutar kenop pintu dia berbalik menatapku dengan senyuman menggoda.
"Kamu mau ikut?" tanyanya.
Aku melotot. "Nggak Mas, makasiht" tegasku
Gila saja dia mau mengajak mandi bersama.
"Mau ke mana?" tanya Mami saat melihat Aku dan Mas Adi yang sudah siap dengan kaos couple biru navi serta
celana jins hitam.
"Kencan Mi," jawab Mas Adi dengan
santai.
"Ke mana?" tanya Mami dengan nada kepo.
"Ade deh Mi, nggak usah kepo deh," sahut Mas Adi. Ku dengar Mami mendengus pelan.
"Oh ya udah, jangan pulang terlalu larut malam, istri kamu lagi hamil Di," pesan Mami.
Mas Adi tersenyum dan memeluk
mami sejenak.
"Iya Mi, tenang aja." "Kami pergi dulu Mi," cicitku lalu
mengambil sling bag dan segera menyampirkannya di atas pundak.
"Kencan nih?" goda Papi yang entah
kenapa tiba-tiba muncul di balik
dapur. "Iya, kenapa Pi? mau ikur?" tanya Mas
Adi dengan sedikit menahan senyum.
"Nggak, ngapain? Entar kalian bedua.
uwu-uwu, Papi lihat. Mata Papi jadi
nggak polos.
Aku dan Mas Adi menatap Papi dengan rahang yang hampir jatuh ke tanah. Tumben sekali dia jadi agak lebay seperti itu.
"Papi lebay banget," sahut Mas Adi sebelum akhirnya kami menuju pintu
keluar.
"Ke mana kita?" tanyaku bagaikan kartun dora.
"Ke mana-mana yang penting kamu senang, aku rencana bawa kamu ke pasar malam Fir. Tapi kalau kamu
lapar dan pengen sesuatu kita cari makan dulu.' "Cari gorengan di tempat yang terkenal
dulu yuk! Ini juga masih sore Mas,"
ajakku.
Aku lagi pengen jajan gorengan. Lalu setelahnya laki-laki itu menyalakan mesin mobilnya dan membawa mobil
meninggalkan pekarangan rumah. keluarga Tano.
Beberapa menit setelahnya akhirnya kami sampai di tempat yang kumaksud dan duduk di salah satu tempat duduk paling sudut.
Setelah memesan teh madu lemon
kesukaanku dan sepaket pisang goreng, kami menunggu sekitar 5 menit tak lama pesanan datang. Oh
iya ini adalah warung yang terkenal
di daerah sini jadi tidak heran jika
banyak orang terlebih anak muda. senang mampir.
"Gimana perasaan kamu?" tanya Mas
Adi tiba-tiba. "Perasaan aku? Gimana maksud
pertanyaan kamu Mas?"
Aku balik bertanya.
"Gimana perasaan kamu, aku ajak
jalan-jalan begini?" "Senanglah Mas. Aku bisa makan apa aja yang aku suka," sahutku.
Entah kenapa aku suka sekali kalau
lagi ngidam Karena Mas Adi biasanya
suka menuruti apa saja yang aku
inginkan.
"Cinta banget deh."
Mas Adi mengambil pipiku dan
mencubitnya.
Belum sempat aku membalas ucapan
Mas Adi, suara yang begitu familiar
terdengar mengudara di telingaku.
Aku kemudian menoleh, mataku
menangkap sosok yang sudah tidak ku
temui entah berapa lama. Orang itu tidak sadar dengan keberadaan Aku dan Mas di sana. Mas
Adi juga ikut menoleh dan menatap ke
arah di mana mataku terpaku..
"Itu Friska kan Mas?" bisikku tepat di
samping telinga Mas Adi.
Mas Adi menganggukan kepalanya pelan. Hingga menit selanjutnya wanita
itu menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan dan mata kami bertemu. Aku mengulas senyum. Aku semakin merasa tidak nyaman saat melihat perempuan itu mendekat.. Sepertinya aku belum siap bertemu
dengan mantan kekasih suamiku di
masa lalu.
"Hai," sapa Friska.
"Oh hai," balas Mas Adi sambil tersenyum juga.
Sedangkan Aku diam bak manekin, aku bingung harus bersikap bagaimana.
"Kalian sering ke sini juga?" tanya Friska "Iya, kamu mau duduk?"
Mas Adi kembali berucap dan mawarkan duduk pada mantan kekasihnya.
"Oh boleh?"
Suara Friska kembali terdengar.
"Boleh," jawab Mas Adi dengan
lantang. Oke, Ingatkan Aku untuk tidak cemburu dan mengamuk.