Sepasang suami istri yang terlihat memiliki hidup bahagia namun tersimpan banyak teka-teki pada setiap hubungan mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sia Masya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8
Aletta mencuci semua piring dengan sangat gesit setelah Brian pergi. Setelah selesai ia duduk di atas sofa sambil memegang remot untuk menyalakan TV.
Aletta berpikir sejenak karena merasa ada sesuatu yang salah. Apa tadi aku mengatakan sesuatu yang salah sama Brian ya? Habisnya si Brian selalu saja bikin aku kesal. Disuruh ini malah dijawabnya nanti. Padahal kan lebih sehat makan makanan yang masih panas. Ujung-ujungnya aku harus memanaskan nya lagi.
Ding Dong
"Siapa lagi sih itu... Ganggu aku istirahat saja."
Aletta masih duduk di sofa sambil memikirkan hal lain.
"Apa Brian balik lagi karena melupakan sesuatu. Ah sebaiknya aku buka saja untuk memastikan siapa di luar."
Aletta beranjak dari duduk nya dan berjalan menuju pintu.
Aletta membuka pintu dan tebakannya itu salah. Ternyata itu adalah Gion.
"Hai Aletta, apa kabar? Maaf mengganggu waktu istirahat mu."
"Oh hai, nggak masalah kok. Ada apa?"
"Itu, aku bisa nggak meminta bantuan mu."
"Bantuan apa?"
"Aku mau ngambil sesuatu tapi bendanya terlalu tinggi. Aku sudah mencoba sekuat tenaga tapi tangan ku ini tidak bisa diluruskan. Dan nggak bisa kalau memegang nya hanya dengan satu tangan saja."
Aletta setuju untuk membantu Gion. Ia mengunci pintu. Lalu berjalan mengikuti Gion dari belakang.
"Silakan masuk... "
Aletta berjalan lebih dulu. "Mana bendanya?"
"Itu ada di atas lemari di dalam kamarku."
"Oh, mana kamarmu?"
"Sebelah sini." Jawab Gion saat Aletta akan berjalan ke arah gudang. Aletta mengikuti Gion masuk ke kamar. "Itu barangnya di atas lemari."
Aletta melihat sebuah koper yang ada di atas lemari.
"Pantesan, barang setinggi itu mana mungkin bisa kamu angkat apalagi dengan kondisi tanganmu yang seperti itu."
"Aku sudah mencobanya tadi, tapi memang tidak bisa."
"Memang apa sih isinya?"
"Hanya sebuah kenangan masa lalu. Mau aku bersihkan."
"Gion... Gion! Dalam kondisi seperti itu pun kamu masih memikirkan untuk bersih-bersih." Kata Aletta sambil menggelengkan kepalanya karena tak percaya dengan kelakuan Gion.
"Lalu sekarang di mana bangku atau benda lain yang tinggi seperti tangga biar aku naik untuk mencapainya." Kata Aletta karena lemari tersebut sangat tinggi.
"Kalau tangga aku nggak punya tapi kalau bangku yang lumayan tinggi ada di situ." Kata Gion sambil menunjuk ke samping ranjang.
Aletta mengangkatnya dengan sekuat tenaga sampai posisi bangku tersebut berada tepat di depan lemari.
"Pegangan yang kuat ya, aku akan naik sekarang." Kata Aletta sambil menaiki bangku tersebut. Setelah tangannya mencapai benda tersebut ia menyuruh Gion untuk menerima nya karena lumayan berat.
"Gion terima ini! Tangan ku sudah nggak kuat."
"Tapi kalau aku melepaskan bangku ini kamu bisa jatuh."
"Nggak akan, aku akan mengontrol tubuhku. Kamu pegang saja ini. Sumpah, isinya apaan sih? Berat banget. Kalau kamu sendiri yang mengangkatnya tadi, mungkin tanganmu akan kembali cedera."
Gion melepaskan pegangan pada bangku untuk menerima koper dari tangan Aletta. Namun benar saja bangku tersebut kehilangan kontrol membuat Aletta terjatuh. Dengan cepat Gion menangkap tubuhnya.
Bukk
Aletta sempat pasrah dengan menutup matanya jika salah satu tubuhnya terbentur dan terluka. Namun ia segera membuka matanya saat tahu Gion merintih sakit.
"Aletta kamu nggak apa-apa? Bisa minggir dari atasku sebentar. Soalnya aku kesulitan untuk bernapas."
"Ah maaf." Aletta segera bangun setelah tahu tubuhnya menindih tubuh Gion.
"Makasih Gion. Pegang tangan ku, aku bantu kamu berdiri."
"Iya nggak apa-apa kok. Lagian aku nggak akan biarkan kamu terluka." Kata Gion sambil meraih tangan Aletta. Gion mengangkat koper tersebut menggunakan tangan sebelahnya yang baik-baik saja. Ia meletakkan koper tersebut di atas ranjang diikuti Aletta yang duduk di samping ranjang tersebut.
"Sini aku bantu buka." Kata Aletta penasaran.
"Ya sudah, " Gion mengizinkannya. Ternyata di dalam koper tersebut berisi mainan-mainan anak kecil serta album tua.
"Berdebu sekali. Ini benda peningggalan mu waktu masih kecil ya?" Tanya Aletta dan Gion hanya menganggukan kepalanya.
"Wah lucunya." Kata Aletta saat melihat sepatu rajutan ukuran bayi. Di sampingnya juga ada rajutan nama Gion.
"Pasti ini di rajut oleh ibumu, orang tua dulu kan lebih suka merajut pakaian untuk anak mereka."
"Iya, ibuku suka sekali merajut. Itu sudah menjadi bagian dari hobbynya. Bahkan mainan masa kecil ku kebanyakan adalah hasil rajutan nya."
"Ibu mu sangat hebat ya, dia sangat peduli padamu."
"Iya makanya semua rajutan ibu ku simpan dengan baik. Karena begitu besar kenangannya."
Aletta memeriksa lagi isi koper tersebut dan menemukan sebuah album foto.
"Ini ibumu?" Tanya Aletta saat menemukan foto seorang gadis muda yang cantik dan mukanya mirip sekali dengan Gion versi perempuan.
"Iya ini ibuku waktu dia muda."
"Cantik sekali," Aletta membuka lembaran berikutnya.
"Ini siapa?" Tanya Aletta melihat seorang pria berdiri di samping ibunya.
"Apa mungkin dia ayahmu?"
"Bukan, kamu salah menebak. Ini pamanku, adik kandung ibuku."
"Benarkah, tapi wajahnya kok tidak mirip ibumu."
"Iya, itu karena ibuku lebih mirip kakekku. Kakekku aslinya dari Belanda sedangkan pamanku lebih mirip Nenekku yang asli orang Indonesia."
"Oh begitu. Lalu..." Dia membuka lembar berikutnya lagi.
"Apakah ini kamu?" Aletta menunjukan foto anak kecil di taman kanak-kanak.
"Iya itu aku."
"imutnya...." Puji Aletta.
Aletta menatap wajah itu lama rasanya begitu familiar.
"Ada apa?" Tanya Gion melihat wajah Aletta yang berkerut.
"Ah... nggak apa-apa."
"Kenangan masa kecilmu sangat banyak ya bersama ibu mu?"
"Lalu di mana pamanmu?"
"Dia tinggal di kota yang berbeda dengan ku."
"Oh Gitu."
Gion mengeluarkan barang-barang dan dipilah nya menjadi dua bagian. Bagian mana yang akan ia buang dan bagian yang akan tetap ia simpan.
"Ini aku kembalikan album fotomu."
"Apa kamu mau membuangnya?"
"Sebagian kecil saja yang akan aku buang dan yang ini akan ku simpan."
"Apa perlu aku membantumu membawanya?"
"Nggak usah aku sudah sangat merepotkan mu. Aku akan membuang nya nanti. Apa kamu mau minum sesuatu? Kalau mau biar ku buatkan."
"Tidak usah. Aku lagi nggak haus juga. Lebih baik sekarang kamu selesaikan saja pekerjaan mu itu. Kalau gitu aku pulang ya, aku mau istirahat siang juga."
"Oh iya. Makasih untuk bantuanmu. Maaf aku selalu merepotkan kamu."
"Nggak apa-apa, anggap saja sesama teman yang saling membantu. Siapa tahu kalau aku dalam kesulitan aku akan meminta bantuan mu."
Aletta kembali ke apartemen nya. Ia berbaring di atas sofa memejamkan matanya.
Bzzzz Bzzz
Suara telepon masuk terdengar sangat berisik. Meskipun telinga nya itu masih sempat mendengar, ia tetap malas untuk mengangkat nya.
"Biarkan aku tidur sebentar"