Ketika yang semua orang anggap hanya omong kosong menyerbu dari utara, saat itulah riwayat Suku Gagak menemui akhirnya.
Tanduk Darah, iblis-iblis misterius yang datang entah dari mana, menebar kekacauan kepada umat manusia. Menurut legenda, hanya sang Raja Malam yang mampu menghentikan mereka. Itu terjadi lima ribu tahun silam pada Zaman Permulaan, di mana ketujuh suku Wilayah Pedalaman masih dipimpin oleh satu raja.
Namun sebelum wafat, Raja Malam pernah berkata bahwa dia akan memiliki seorang penerus.
Chen Huang, pemuda bernasib malang yang menjadi orang terakhir dari Suku Gagak setelah penyerangan Tanduk Darah, dia tahu hanya Raja Malam yang jadi harapan terakhirnya.
Apakah dia berhasil menemukan penerus Raja Malam?
Atau hidupnya akan berakhir pada keputusasaan karena ucapan terakhir Raja Malam hanya bualan belaka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode : 8 — Kekhawatiran
Hari-hari berlalu tanpa terasa. Setiap hari Chen Huang hanya menghabiskan waktu dengan guru dan temannya, Qin Mingzhu. Tentu saja, mereka berdua telah mengalami peningkatan cukup pesat di bawah asuhan Qin Yuying.
Qin Mingzhu yang sebelum ini tampak malas-malasan, semangatnya bangkit setelah melihat kemajuan Chen Huang dan dia mulai berlatih keras. Chen Huang sendiri tak mau kalah.
Mungkin sekitar tiga bulan sudah terlewat sejak Chen Huang pertama kali datang ke sini. Namun tetap saja, masih ada beberapa orang yang memandangnya dengan aneh. Meskipun begitu, lebih banyak orang yang bersikap ramah padanya, Chen Huang mulai betah berada di antara kumpulan serigala.
"Mungkin karena kau tak lagi berpakaian hitam-hitam?" Qin Yuying mengemukakan pendapatnya. "Bagaimanapun juga, bukankah itu hal yang baik bagimu?"
"Aku senang, jujur saja, apalagi sejak tempatku dipindahkan dekat dengan tempatmu dan tempat Qin Mingzhu. Aku hanya sedikit merasa bersalah, dulu aku menganggap kalian sebagai suku yang angkuh. Maaf untuk itu."
Qin Yuying tertawa keras. "Hahaha, serigala mana yang tidak angkuh, memang watak angkuh sudah ditanamkan kepada kami sejak kecil." Dia meletakkan tangannya di atas tangan Chen Huang, kemudian kata-kata yang terucap berikutnya selembut ucapan seorang ibu. "Tapi, serigala bukan penyendiri, dia selalu bersama kelompoknya, keluarganya, dan kini hampir semua orang menganggap kau adalah bagian dari kelompok ini."
Chen Huang merasa sedikit tenteram dengan ucapan itu. "Walau aku sudah berpakain seperti kalian," dia memandang jubah kuning emasnya, "tetap saja kebanggaanku adalah sayap hitam milik gagak."
"Aku tahu, aku paham. Pertahankan kebangganmu itu karena kau adalah gagak terakhir."
Gagak terakhir?. Tiba-tiba, Chen Huang merasa ragu. Kupikir tidak, karena aku bukan rajanya, dia teringat ucapan menggema dalam mimpi di ruang bawah tanah Rumah Hantu.
Qin Mingzhu datang dari kejauhan dengan berlari-lari kecil. "Gunakan ilmu meringankan tubuhmu!" Qin Yuying berkata tegas.
Bocah itu menurut, maka beberapa detik setelahnya dia sudah sampai di hadapan Qin Yuying dan Chen Huang.
"Semua gerbang dijaga," katanya. "Menyelinap lewat atap, satu-satunya cara."
"Oh, ini lebih mengasyikkan dari yang kukira, ayo lakukan!"
Demikianlah, tiga orang itu akhirnya tiba di luar Desa Serigala dan masuk ke hutan belantara. Qin Yuying sudah merencanakan hal ini, tapi jika harus melalui perizinan Qin Sheng, dia pasti akan dipaksa untuk membawa pengawal.
"Anak-anak, tangkap hewan apa pun itu dan kita akan memakannya. Jadi, kalian harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah kalian tangkap."
Chen Huang dan Qin Mingzhu mengangguk. Keduanya segera menyebar ke arah yang berlawanan, Chen Huang ke barat sedangkan Qin Mingzhu ke timur. Qin Yuying sendiri, dia naik ke atas pohon tertinggi untuk mengawasi mereka.
"Nah ... bentangkan sayapmu, anak muda ...," gumam wanita itu ketika melihat tubuh Chen Huang yang melesat cepat di antara pepohonan.
Sebelumnya, mereka sudah pernah melakukan ini, dan Chen Huang harus menerima omongan pedas Qin Yuying karena hanya berhasil menangkap kelinci. Hal yang sama terjadi kepada Qin Mingzhu yang menangkap ayam hutan.
"Setidaknya kijang atau macan, kalau perlu gajah." Dalam kejengkelannya, Qin Yuying pernah berkata.
Maka dari itu, Chen Huang berniat mencari kijang kali ini.
Waktu berlalu dan tanpa terasa matahari sudah naik tinggi. Hutan ini tergolong masih aman dari hewan buas karena dekat dengan Desa Serigala, seharusnya tak terlalu sulit menemukan kijang.
"Tapi sejak tadi terlalu sepi!" umpat Chen Huang sambil membanting kakinya. "Bukankah ini terlalu lama?"
Seolah menjawab pertanyaannya, dari arah kanan, datang seekor kijang jantan besar yang berlari dengan panik. Ketika melihat Chen Huang, hewan itu mendompak lalu berbelok.
"Jangan kabur!" Chen Huang menekuk punggungnya, melakukan kuda-kuda awal ilmu meringankan tubuh. Tubuhnya melesat begitu kedua kaki melakukan tolakan ke tanah keras, dan pukulan dari teknik bertarung dasar milik Suku Serigala berhasil mematahkan tanduk Kijang. Binatang itu jatuh dengan napas memburu. "Maaf, tapi dagingmu harus kumakan nanti."
Sama seperti sebelumnya, seolah menjawab perkataan itu, dari arah datangnya rusa muncul dua ekor singa betina. Tak lama setelahnya, seekor singa jantan berjalan tenang dengan congkak.
"Kalau ini, aku yang akan mati!" Chen Huang sudah berniat untuk lari. Namun sialnya, dari arah depan tiba-tiba seekor singa betina lain menerkamnya. Cengkeraman di kedua pundak yang berhasil menjatuhkan Chen Huang. "Keparat, lepaskan aku! Aaaarrgghh ...!"
Pundak kanannya berhasil tergigit taring tajam si singa.
Beruntung, tiga singa lain tak memedulikan itu, mereka lebih tertarik kepada kijang yang rebah tak berdaya di sana.
Chen Huang terus meronta. Dalam kepanikannya, dia melupakan teknik bertarung yang diajarkan Qin Yuying selama ini. Wajar saja karena ini adalah pertama kali baginya menghadapi pertarungan nyata.
"Guru ... guru ... muridmu akan mati ...."
Angin berkesiur dari arah timur, disusul berkelebatnya bayangan keemasan yang segera menyambar kepala singa.
"Lepas!!"
Crasss!
Kepala singa betina itu terbang dan terdengar suara debuk nyaring ketika jatuh menimpa tanah.
Chen Huang ternganga melihatnya. Qin Yuying seolah menjadi orang yang berbeda, tatapannya setajam pedang, wajahnya membayangkan kemarahan berapi-api. Chen Huang juga melihat itu, Simbol Magis, berupa rangkaian simbol-simbol rumit berwarna hijau pucat yang melingkupi kedua punggung tangannya Qin Yuying.
"Ah, jadi itu Simbol Magis milik Serigala? Hebat!"
"Dengan pundak seperti itu, kau masih bisa memujiku? Hebat." Qin Yuying menurunkan Qin Mingzhu yang juga terluka di paha kanan, tak separah Chen Huang. "Mau mati?" dia bergumam lirih seraya menatap ketiga singa lain yang masih berdiri di sana. Secara naluriah, ketiganya merasakan ancaman. Mereka pergi tanpa berani menoleh lagi.
Qin Yuying menendang mayat singa yang menindih tubuh Chen Huang, dia segera mengobati luka muridnya dengan obat bubuk berwarna putih. Chen Huang meringis kesakitan karenanya.
"Kawanan singa ini datang dari utara, di sana tempat Suku Gagak berada," tutur Qin Yuying yang masih membalut luka Chen Huang dengan daun lebar berserat kuat. "Ini pasti ulah Suku Naga. Apa yang mereka lakukan akhir-akhir ini?"
Chen Huang tampak murung. "Aku ingin berdoa agar singa-singa ini dapat membantai para naga itu, tapi sepertinya mustahil karena mereka pindah ke selatan."
"Mungkin karena peliharaan mereka," celetuk Qin Mingzhu. "Aku pernah dengar kalau mereka punya peliharaan hewan setengah singa setengah harimau, hasil perkawinan silang. Memang sialan, aku terluka karena singa betina ganas itu, untung ada Kakak."
Qin Yuying mengangguk. "Mungkin karena itu para singa takut kepada mereka. Makhluk setengah-setengah itu lebih besar dan lebih kuat dari singa ataupun harimau." Namun, wajah perempuan itu membayangkan keresahan. "Tapi kalau hanya hewan peliharaan dapat mengusir singa-singa itu, menurutku tidak masuk akal."
Mendengar itu, Chen Huang merasa ada benang merah antara pembantai sukunya dan ketakutan para singa. "Bagaimanapun, hewan-hewan biasanya memiliki kepekaan lebih tinggi dari manusia."
Qin Yuying mengangguk setuju. "Dan mereka merasakan sesuatu, mungkin ...."
"Sesuatu?" Qin Mingzhu masih belum mengerti. "Maksudnya?"
"Pembantai Suku Gagak."
Qin Mingzhu tampak terguncang setelahnya. Dia mencengkeram ujung jubahnya erat-erat.
Namun, Qin Yuying segera mengalihkan pembicaraan. "Yah, lupakan soal itu. Teknik bertarung kalian sudah maju pesat, aku melihatnya dari jauh, bagus ... bagus."
Chen Huang tersenyum tipis. "Ini berkat ajaran guru."
Qin Mingzhu ikut menimpali. "Sebentar lagi aku akan melampauinya!"
"Aku menantikan itu." Qin Yuying mengelus lembut kepala mereka berdua. Untuk sesaat, wanita itu merasa telah memiliki dua orang putra.
...----------------...
"Kau bengal!"
"Bukan karena itu aku datang ke sini," potong Qin Yuying sebelum pamannya melempar umpatan lebih jauh lagi. "Hewan-hewan dari utara lari ke selatan, entah mereka ingin pindah rumah atau yang lain. Akan tetapi, firasatku mengatakan kalau mereka sedang takut akan sesuatu."
"Apalagi kalau bukan Suku Naga dengan peliharaannya?" raung Qin Sheng yang masih jengkel mengingat keponakannya pergi diam-diam. "Kenapa kau membawa mereka pergi tanpa seizinku, kau—"
"Paman!" Qin Yuying berkata tegas, Qin Sheng bungkam karenanya. "Kita harus mencari tahu, harus! Suku Gagak berada di bagian utara Wilayah Pedalaman, jauh dari suku-suku lain, dan sekarang tempat itu diduduki oleh Suku Naga."
"Kau mengkhawatirkan Suku Naga?"
"Bukan khawatir akan kesialan yang mungkin akan mereka terima," jawab Qin Yuying, "tapi tentang kesialan itu sendiri. Suku Gagak sudah hancur, tak ada lagi yang mengawasi wilayah utara, dan kita tak bisa mengandalkan apa pun dari Suku Naga selain kesombongannya. Aku mohon, kita harus selidiki ini."
Qin Sheng mencerna semua ucapan itu. Dia melirik Ming Zhe, meminta pendapat.
"Nona, bagaimana jika anda sendiri yang pergi?" berkata Ming Zhe. "Jika kekhawatiran kita memang benar, maka kita menghadapi sesuatu yang bukan sembarangan."
"Itu yang aku inginkan." Qin Yuying berlutut di depan pamannya. "Paman, kumohon, biarkan aku memimpin seratus Pasukan Serigala untuk ini."
"Dua ratus dan aku mengizinkanmu."
"Jika itu kehendak paman."
...----------------...
Untuk mengetahui hal-hal mengenai isi cerita secara lebih mendalam, bisa mampir ke instagram @arisena_p
Hanya saja untuk development karakter nya aku masih merasa kurang cukup motivasi. Mungkin karena masih perkembangan awal. Akan tetapi, perlahan namun pasti keberadaan Chen Huang di Serigala, kayaknya akan semakin bisa di terima. Aku cukup merasakan bahwa dia saat ini sudah mulai banyak berinteraksi dengan tokoh lainnya.
Aku baca ulang dan ternyata memang ini flashback😅✌🏻