" Ibuku pernah bilang begini saat aku kecil; (Nak jadilah Senja yang selalu bersinar untuk orang lain, seperti Senja yang indah di sore hari. Namamu akan selalu diingat orang. Seperti itulah kamu jika selalu berbuat baik kepada semua orang, maka akan selalu di ingat orang lain juga. Itulah kenapa AyahIbu memberimu nama Senja. Kelak doa AyahIbu agar kamu selalu jadi orang yang baik di manapun kamu berada ). Sejak itu aku juga menyukai namaku. Aku selalu melihat matahari di sore hari agar selalu ingat kedua orang tuaku"
Tetapi,Selalu berusaha baik itu terkadang tidak selalu baik. Contohnya pada laki-laki tidak tahu diri ini.
" Kamu dimana Rey? Kenapa gak di angkat?"
" Aku lagi ada meeting sayang"
" Meeting dimana?"
" Di luar, ketemu client"
" Cewek?"
" Gak kok, cowok. Kenapa sayang? Kok tumben nanyanya detail banget"
" Are you kidding me?"
" What's happen?"
" You lie!"
" Im not lie"
" Yes you are!"
Lalu senja mengirim semua foto dan video yang dia dapat tadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizzalizawien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagaimana cara membuatnya jatuh cinta
Senja dan Aiden keluar dari kamar kost Senja. Mereka akan pergi membeli makan di luar. Aiden berjalan duluan menuju mobil yang di parkir tak jauh dari Kostan Senja. Senja mengikuti dari belakang.
" Memangnya Anda bawa mobil siapa Sir?"
" Aku pinjam dari hotel"
" Hah? Lalu anda tahu alamatku dari mana?"
" Ohh tadi aku tanya Pak Hadi"
" Jadi tadi dari hotel belum sempat makan?" Senja sibuk bicara sambil menaiki minibus milik hotel tempat Aiden menginap"
" Ya begitulah, tadinya aku mau mengajakmu makan bersama. Baru sampai malah melihatmu mau di pukul" Aiden menjelaskan sambil menyalakan mobil.
" Maaf Anda jadi terlibat masalah karena aku"
" Seharusnya aku datang lebih cepat. Kau hampir saja di pukulnya "
" Baru kali dia berani kasar, entah kerasukan apa Dia itu"
" Kau saja yang tidak sadar kalau Dia itu jahat. Tuhan akhirnya membuka matamu sekarang agar kau tidak salah langkah"
" Iya aku sangat bersyukur"
" Kau mau makan apa?"
" Terserah Sir Aiden saja"
" Bisakah kau bicara jangan terlalu formal denganku? Panggil saja aku seperti tadi, cukup Aiden"
" Tapi Anda lebih tua dariku, adat kami tidak sopan memanggil hanya nama pada orang yang lebih tua"
" Memangnya umurmu berapa? Apa aku terlihat sangat tua di matamu?"
" Tidak juga, kita hanya beda 3 tahun"
" Nah artinya aku tidak terlalu tua kan"
" Tapi tetap tidak sopan memanggilmu dengan nama"
" Kalau panggil Oppa?"
" Hahahah..apa tidak terlalu akrab memanggil Anda oppa?"
" Justru aku ingin kita jadi lebih akrab"
" Hmm..bagaimana ya..oop..ppa. Arrggh..namamu tidak cocok di panggil Oppa. Hahahah"
" Ohh God. Kenapa kau meledekku terus"
" Hummph..maaf"
" Teruslah tersenyum seperti ini. Jangan menangis lagi"
" Hmm? Memangnya kapan aku menangis?"
" Tadi saat kau memaki laki-laki itu"
" Ahh itu hanya karena aku kesal dia menghinaku"
" Sekarang jauh lebih baik?"
" Ya, feel better. Aku merasa lega bisa lepas darinya "
Karena tak tahu mau kemana, Aiden hanya mengikuti alur lalu lintas di kota itu. Setelah dirasa ada restoran yang terlihat di pinggir jalan yang menarik perhatiannya Aiden membelokkan mobilnya.
" Hei, apa kita akan makan disini?"
" Kenapa? Apa di sini tidak enak? Kau tidak memberitahukan jalan mana. Aku hanya mengikuti arus lalu lintas di sini"
" Tidak, justru ini restoran yang bagus"
" Kalau begitu ayo turun tunggu apalagi?"
" Ohh iya, ayo"
Untung Senja memakai cardigan dengan setelan yang casual walaupun hanya terlihat baju sederhana. Tapi tidak memalukan kalau di bawa keluar ke restoran yang cukup besar itu. Aiden bahkan belum mengganti pakaiannya sejak siang tadi. Walaupun hanya memakai kemeja polos. Tapi Aiden tampak sangat gagah dan tampan. Mereka memasuki sebuah restoran yang cukup terkenal di Denpasar. Setiap berjalan Aiden selalu jadi pusat perhatian. Senja hanya melirik ke beberapa pasang mata yang menatap Aiden tak berhenti memujinya. Mencari tempat duduk yang kosong, di sambut oleh seorang waiter dan di arahkan ke sudut ruangan. Setelah duduk kemudian di persilahkan memilih menu.
" Mau makan apa?" Tanya Aiden
" Ahh malam ini biar aku yang traktir ya. Kemarin kan aku sudah janji, sekaligus tanda terima kasihku sudah membantuku tadi"
" Ok, terserah kau saja"
" Hmm..saya pesan Grill prawn, sate ayam, orange juice dan.. Oppa Mau minum apa?"
" Hehh?? Apa saja yang kau rekomendasikan "
" Ahh, whole coconut ya Kak"
" Baik silakan di tunggu pesanannya ya" Waiter kembali ke belakang .
Aiden tersenyum-senyum menatap Senja. Merasa senang di panggil Oppa.
" Anda kenapa? Senyum-senyum sendiri?" Aiden langsung memasang wajah cool lagi dan sedikit mengernyitkan dahinya.
" Coba panggil aku sekali lagi"
" Panggil apa?"
" Yang tadi kau bilang pas ada waiter"
" Apa?"
Aiden menepuk dahinya. Mau marah tapi bagaimana. Merasa di bodohi Senja.
" Hihihi...iya aku tahu. Aku hanya bercanda. Jangan marah ya. Oop..pa. oh tidak kenapa aku geli sendiri memanggilmu oppa"
" Huuft..." Aiden menghela nafasnya. " Ya sudahlah kau bebas mau memanggilku apa asal jangan "Sir" lagi. Oke?"
" Okeee..." Senja tersenyum memperlihatkan giginya yang rapi.
" Permisi, ini pesanannya" waiter mengantarkan pesanan mereka.
" Apa ini Senja?"
" Ini makanan khas Indonesia. Namanya sate ayam. Namanya mirip yang aku makan tadi siang, tapi ini di bakar dan di beri saus kacang. Cobalah!"
" Hmm..tasty"
" Yupp..kau akan jatuh cinta dengan kuliner Indonesia yang sangat beragam"
" Aku lebih ke orangnya"
" Humm??"
" Iya maksudku dengan orang-orang di sini" Aiden mencoba mengalihkan pembicaraannya sambil melahap satenya yang telah di makan hampir separuh. Sementara Senja baru akan memakan hidangan di depannya.
Setelah selesai makan, Senja menanyakan apa kegiatan Aiden besok.
" Besok mau kemana? Ada meeting dengan klien atau relasi bisnis lagi?"
" Maunya?"
" Maaf saya tidak tahu daily plan Anda Sir"
" Senjaaa.."
" Uppss.." Tanpa sadar Senja menggunakan bahasa formal lagi dengan Aiden.
" Besok Mr.Andy datang ke hotel. Dia mau mengajak kita ke villa-villa miliknya. Sekalian aku riset apa saja yang mau di ganti dan design ulang"
" Lalu tugasku?"
" Kau arahkan dia untuk membeli produk Bali yang cocok apa saja. Nanti kita tinggal cari pengrajin yang bisa di ajak kerja sama"
" Uhm aku tahu pengrajin yang bagus di sini"
" Untuk itu aku perlu bantuanmu. Kau yang lebih tahu daerah sini"
" Aku juga baru tinggal di sini. Tapi kalau untuk tempat-tempat kerajinan itu hal yang mudah. Karena kami memang sering ke tempat-tempat seperti itu"
" Good! Jam berapa besok kau bisa datang ke hotel?"
" Mr. Andy datang jam berapa?"
" Dia belum bisa memastikan, tapi kalau bisa pagi-pagi kau sudah di hotel ya"
" Pakai baju formal lagi? Sepertinya gak usah ya"
" Iya yang santai aja"
" Mobil sudah ready? Apa mau minta Pak Hadi jemput?"
" Apa kau bisa telepon Anderson suruh seseorang antarkan aku mobil kemarin saja. Pak Hadi tak perlu ikut. Karena aku ingin bawa sendiri. Sepertinya aku tertarik ingin membeli mobil itu"
" Oke aku telpon dia sekarang "
Tuttt..tutt..
" Hallo.."
" Hallo Boss, Mr. Aiden mau di antarkan mobil BMW kemarin ke hotel. Katanya dia mau coba pakai sendiri"
" Looh? Pak Hadi gak di suruh antar jemput?"
" Dia tertarik pengen beli itu mobil, jadi pengen coba sendiri katanya"
" Ohh oke, besok Pak Hadi yang antar ke hotel. Lalu besok kalian kemana?"
" Aku juga belum tahu, Aiden ada janji meeting di hotel dengan rekan bisnisnya, jadi aku hanya di suruh datang ke hotel"
" Oke, kabari kalau ada perlu apa-apa"
" Thanks Boss. Ohh iya, apa Reynolds menganggumu datang ke kantor?"
" Ahh aku lupa soal itu. Iya Dia datang berkali-kali ke kantor mencarimu. Ku bilang kau tidak mau ketemu dia lagi. Dia malah marah-marah. Hampir ku hajar Dia. Kau tahu, mulutnya seperti sampah!"
" Harusnya kau hajar saja Dia seperti Aiden"
" Hahh?? Aiden memukulnya?"
" Iya nanti ku ceritakan. Tadi dia memukul Reynolds gara-gara Rey mau menamparku"
" Lalu siapa yang kalah? Pasti Rey kan?"
" Hahaha..boss tahu betul itu. Jadi tak perlu ku ceritakan lagi ya"
" Hahha..baguslah. Sudah seharusnya laki-laki seperti itu kau tinggalkan"
" Iya boss aku memang bodoh. Oke, sampai jumpa nanti ya. Besok aku gak perlu ke kantor ya"
" Oke see u Senja"
Sambungan telepon di matikan. Aiden mengernyitkan dahinya. Bertanya begitu lepas tertawa dengan Anderson.
" Kenapa kau tertawa terus di telepon?"
" Oh itu, aku tertawa karena Boss bisa menebak siapa yang kalah saat kalian baku hantam tadi"
" Kau menceritakan kejadian tadi?"
" Iya, hanya sekilas. Tapi dia bisa menebaknya langsung"
" Tentu saja pasti aku yang menang. Badannya begitu lemah begitu. Pasti tidak pernah berolahraga"
" Ohh, begitu ya"
" Bisa-bisanya kau punya pacar seperti Dia"
" Hentikan, aku tidak mau mengingatnya lagi. Kurasa aku sudah jadi manusia paling bodoh saat itu"
" Ya, kau harus lebih cerdas dan membuka matamu lebar-lebar"
" Memangnya aku harus cari laki-laki yang seperti apa menurut Oppa?"
" Yang pasti Dia harus lebih tampan dari mantanmu itu, pintar juga berkelas"
" Hahaha..kenapa Oppa jadi seperti membanggakan diri sendiri"
" Memangnya tidak boleh?"
" Hahaha..oppa ada-ada saja"
" Kau tertawa, apa lucu?"
" Dwae (Iya)"
" Teruslah tertawa seperti ini ya di dekatku"
" Hummph.." Senja malah berhenti tertawa. Aiden membuatnya tersipu.
" Ehh, Oppa apa sudah selesai makannya?" Senja merasa canggung, jadi memilih beranjak dari kursinya dan pergi ke kasir untuk membayar makan malam mereka. Sementara Aiden masih tersenyum melihat Senja dari belakang. Beginilah rupanya jika laki-laki kaku jatuh cinta. Aiden mulai mengikuti perasaannya, kini dia benar-benar mengakui kalau sudah terpesona dengan gadis berambut pendek itu. Senja sangat manis saat tersenyum apalagi sampai tertawa lepas seperti tadi.
" jib-e gaja (ayo pulang)" Senja bergegas menuju pintu keluar.
" jamkkanman (tunggu)"
.
.
Aiden mengantar Senja pulang ke kostan-nya.
" Gumawo Oppa, hati-hati di jalan "
" Dwae..Goodnite"
Aiden kembali ke hotel, memasang googlemap kembali. Meski belum hafal jalanan, tapi tak membuat Aiden merasa itu sulit. Hari mulai larut malam. Aiden merasa senang sekali hari ini. Kembali ke hotel akan istirahat dengan nyaman.
Kamar Aiden menghadap ke pantai langsung. Aiden membuka pintu balkon. Menatap laut di malam hari. Kamar itu sangatlah besar untuknya tidur sendirian. Aiden hanya suka suasananya. Di sini la dia pertama kali tertarik pada Senja. Malam di mana Dia melihat Senja berjalan sendirian ke arah pantai. Terlihat jelas dari kamarnya. Saat itu Senja berjalan dengan tatapan kosong. Kini Dia tahu apa penyebabnya malam itu Senja nampak murung dan menangis sendirian di pantai. Aiden menyesap segelas wine di tangannya. Memikirkan bagaimana cara agar bisa membuat Senja jatuh hati padanya. Sulit mungkin untuk saat ini, karena Senja baru putus cinta. Apalagi karena di selingkuhi. Bagaimana cara meyakinkan Senja kalau Dirinya jauh lebih baik. Aiden sendiri belum pernah pacaran. Meskipun banyak perempuan di negaranya yang tergila-gila padanya.Tetapi baru kali ini Aiden langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Senja sangat berbeda di matanya. Cantik, tegas berprinsip hidup yang sangat baik, juga pandai menjaga wibawanya sebagai wanita. Dan itu Dia lihat dari cara Senja kerja dengannya hanya dalam beberapa hari ini. Senja sama sekali tidak menunjukkan ketertarikkannya kepada Aiden yang notabene sudah pasti tampan juga kaya raya. Wanita mana pikirnya yang tidak akan terpesona dalam 1 kali pertemuan saja. Tapi tidak dengan Senja. Senja hanya memandangnya sebagai Customer VVIP yang harus di layani dengan baik. Dan itu membuat Aiden sangat penasaran. Apakah Senja mampu dia taklukkan.
.
.
.
🥰🥰🥰🥰🥰🥰