NovelToon NovelToon
Strange Rebirth

Strange Rebirth

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Sistem / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Teen School/College / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lemonia

Reyna dikirim ke masa lalu setelah berhasil menjebloskan suaminya kedalam penjara.

"Kenapa baru sekarang? Kenapa aku kembali saat aku sudah terbebas dari baj*ngan itu?"

.

"<Bos! kamu membuat mereka lebih dekat! Lakukan sesuatu bos!>"

"Biarkan saja dulu. Sistem, dimana tokoh antagonis sekarang?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lemonia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8: Jatuh

Bintang memilih untuk pergi ke kantin setelah memastikan Reyna tidak kembali lagi ke kelasnya. Dia melangkah masuk dengan langkah ringan, mencari-cari di antara kerumunan siswa yang sedang sibuk dengan makan siang mereka. Saat pandangannya melintas ke sebuah sudut, dia melihat wanita yang tadi ditunggunya.

Di salah satu sudut kantin, Bintang melihat Reyna yang duduk bersama teman-temannya. Namun wanita itu terlihat meringkuk, tubuhnya sedikit condong ke arah lain, seolah-olah mencoba menjauh dari laki-laki yang duduk di sebelahnya. Perasaan tidak suka langsung menyapu hati Bintang. Ia memahami bahwa situasi itu tidak terlihat baik, jadi dia bergerak cepat ke sana.

"Dia merasa tidak nyaman, bukankah harusnya kamu pergi?"

Reyna menoleh dan melihat Bintang berdiri di belakangnya, wajahnya tegas, matanya penuh perhatian.

"Siapa kamu?" Radit bertanya ketus, merasa terganggu. Matanya menyipit dan rahangnya mengeras. Namun, Bintang tidak mengatakan apa pun, membuat Radit berdiri dari duduknya dengan gerakan tiba-tiba. Ia mengamatinya dari kepala sampai kaki, sebelum menatap tajam mata almond itu. "Siapapun kamu, jangan suka ikut campur."

"Aku hanya tidak suka melihat orang diperlakukan tidak baik," kata Bintang dengan tenang namun tegas, sorot matanya tidak goyah.

Radit tertawa sinis, suara tawanya menggema di ruangan yang seketika menjadi sunyi. "Oh, mau sok jadi pahlawan, ya? Dunia ini tidak butuh orang sepertimu."

"Tapi dunia lebih tidak butuh orang sepertimu, " Bintang menjawab tanpa ragu.

"Bintang, kamu salah paham," Reyna mencoba menengahi dengan suara lembut, mencoba meredakan ketegangan yang terasa semakin membesar di antara mereka.Tapi sepertinya kedua laki-laki yang sedang diliputi emosi masing-masing, tidak ingin mendengarkannya.

Radit mengepalkan tangan, marahnya semakin memuncak. Otot-otot di rahangnya semakin kencang, matanya menyala penuh kemarahan. Udara di sekitar mereka terasa tegang, seakan-akan setiap orang menahan napas menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Para siswa yang berada di kantin mulai memperhatikan pertengkaran ini dengan penuh minat dan penasaran. Bisikan-bisikan pelan terdengar, namun tak ada yang berani bergerak atau berbicara keras. Beberapa dari mereka bahkan mulai memundurkan kursi mereka perlahan, bersiap jika situasi menjadi lebih buruk.

"Kamu lihat itu? Radit benar-benar marah kali ini."

"Siapa yang sedang berhadapan dengan Radit? Aku belum pernah melihatnya."

"Siswa baru itu tidak tahu dengan siapa dia berurusan."

Seperti itulah bisikan para siswa yang tertangkap di telinga Reyna. Beberapa siswa menatapnya dengan simpati, sementara yang lain menonton untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka. Bulan dan Bumi pun bingung, tidak tahu apa yang sebaiknya dilakukan.

Sebelum Radit bisa bertindak lebih jauh, Reyna memegang lengannya dengan tangan yang gemetar. "Radit, tolong. Pergilah."

Radit menoleh, matanya bertemu dengan tatapan Reyna yang penuh permohonan. Melihatnya membuat emosi laki-laki itu semakin membara. Apakah Reyna membela cowok itu? Apakah ini alasan dia memutuskannya? Kemarahan dan rasa dikhianati membuncah dalam dirinya, Namun dia menahan diri. Tidak mengatakan apa pun lagi, dia meninggalkan kantin dengan langkah cepat dan kasar, pintu kantin berderit saat dia membukanya dengan paksa.

Suasana di kantin masih tegang, meski Radit telah pergi. Siswa-siswa mulai kembali berbisik, namun kali ini dengan nada yang lebih rendah dan hati-hati.

Berita kejadian di kantin menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Reyna yang sedang berada di perpustakaan pun tidak luput dari pembicaraan para siswa. Beberapa kali dia mendengar bisik-bisik dan tatapan penasaran yang tertuju padanya.

"Hei, kamu dengar tentang Reyna dan Radit tadi di kantin?" seorang siswa berbisik pada temannya, suaranya rendah namun cukup keras untuk terdengar oleh Reyna.

"Iya, katanya Radit marah besar. Apa mereka bertengkar lagi?" jawab temannya dengan nada penasaran.

"Aku dengar ada cowok lain yang membela Reyna. Siapa dia ya?" bisik siswa lain dari sudut yang berbeda.

"Namanya Bintang. Dia siswa baru di sekolah ini dan berada dikelas yang sama dengan Reyna, tapi aku tidak tahu kalau mereka sedekat itu," jawab temannya dengan mata melebar, seakan menyimpan gosip besar.

"Radit pasti cemburu, lihat saja reaksinya tadi," bisik seorang gadis dengan suara penuh keyakinan.

"Dilarang bicara di perpustakaan!" Penjaga perpustakaan memperingatkan mereka dengan suara tegas. Suasana yang semula dipenuhi bisik-bisik pelan seketika hening, beberapa siswa yang mengobrol merasa malu segera menundukkan kepala, kembali fokus pada buku mereka, sementara yang lain saling bertukar pandang dengan canggung, merasakan ketegangan yang tiba-tiba menyelimuti ruangan.

Reyna mencoba fokus pada bukunya, tetapi pikirannya terus terusik oleh kejadian tadi. Kenapa Bintang ikut campur dengan urusannya? Itu kejadian yang tidak pernah terjadi dikehidupan sebelumnya. Seharusnya Bintang lebih fokus pada Bulan, wanita yang disukainya.

Apakah Bintang belum merasa tertarik pada Bulan? Tapi kenapa? Reyna kira Bintang jatuh cinta pada Bulan pada pandangan pertama. Apa yang membuat laki-laki itu berubah?

Reyna merasa bingung dan pusing dengan pikiran-pikiran yang berputar di kepalanya, karenanya ia memutuskan untuk pergi mencuci muka. Air yang menyentuh wajahnya memberikan sedikit kelegaan, tetapi pikirannya tetap tidak tenang. Ia menatap bayangannya di cermin, melihat wajah yang lelah dan mata yang sayu. "Kenapa jadi seperti ini?" gumamnya pada dirinya sendiri, merasa terjebak di tengah situasi yang tak ia harapkan.

Reyna keluar dari kamar mandi dan mendapati Radit berdiri dengan bersandar di tembok. Tatapannya yang tajam membuatnya merasa tidak nyaman, namun dia mencoba untuk tetap tenang.

"Apakah cowok itu, alasanmu memutuskanku?"

"Kamu ngomong apa sih, jangan bicara sembarangan." Reyna menjawab tanpa menoleh, berjalan melewati Radit dengan langkah cepat. Dia merasakan laki-laki itu mengikutinya.

Di anak tangga ke lima, langkah Reyna tiba-tiba tertahan. Tangannya ditarik dengan kasar, memaksa dia untuk berbalik menghadap Radit yang menatapnya tajam.

"Mumpung aku masih bersikap baik, apa kamu tidak akan menjelaskan sesuatu dan akan terus kabur?" desakan Radit terdengar jelas.

Reyna merasa napasnya tersengal-sengal, mencoba untuk tetap tenang meskipun ketakutan mulai menghampirinya. "Lepaskan tanganku!" desisnya dengan suara gemetar, berusaha untuk melepaskan diri dari cengkeraman Radit yang semakin kuat.

"Jangan membuatku marah Rey, aku sudah cukup bersabar sejak tadi pagi."

"Itulah alasanku ingin hubungan kita berakhir, kamu sangat mudah emosi," balas Reyna dengan suara pecah, mencoba menahan tangis dalam suaranya.

Radit semakin mengeratkan genggamannya. "Sakit," rintih Reyna pelan, tatapannya terpaku pada wajah Radit yang semakin menyeramkan. Pemandangan ini membangkitkan kenangan buruk dalam dirinya—sosok Radit dewasa di masa lalu yang pernah menimbulkan luka emosional yang mendalam.

Reyna memberontak, memohon untuk dilepaskan. Tanpa sadar, ia mendorong terlalu keras. Radit yang berdiri di anak tangga yang sempit, tidak berhasil menjaga keseimbangannya. Dia terhuyung mundur kebelakang, kehilangan pijakannya dan berakhir berguling ke bawah.

"Radit!"

1
aca
masih teka teki
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!